Pengawasan Klinis Morfin
Pengawasan morfin adalah menilai efek samping berbahaya, salah satunya depresi pernapasan. Pemberiannya harus berhati-hati pada pasien dengan gangguan ginjal dan hati, penyakit Addison’s, hipotiroid, hipertrofi prostat, striktur uretra, pasien lansia dan pasien tidak sadarkan diri.
Pengawasan Efek Samping
Mengingat efek samping morfin yang mengancam nyawa, perlu dilakukan pengawasan ketat, terutama untuk mendeteksi adanya gangguan sistem kardiovaskular, depresi napas dan SSP. Dalam melakukan pengawasan, sebaiknya disediakan alat resusitasi dan nalokson. Berikut adalah pengawasan yang perlu dilakukan:
- Pengawasan pasien dalam 24 jam pertama setelah mendapatkan dosis inisial secara epidural atau intratekal
- Pengawasan gejala depresi napas pada pasien yang mendapat dosis inisial atau dosis ditingkatkan
- Dalam 24 jam setelah pemberian, morfin dapat meningkatkan pemeriksaan kadar amilase dan lipase
- Penggunaan morfin harus disertai dengan monitor alat tanda vital dan antidotum (nalokson)[4,5,10,11]
Pemeriksaan Laboratorium dan Penunjang
Oleh karena dibutuhkan pengawasan atau penyesuaian dosis pada beberapa populasi khusus, seperti pasien dengan gangguan ginjal dan hati, penyakit Addison’s, hipotiroid, hipertrofi prostat, striktur uretra, pasien lansia dan pasien tidak sadarkan diri, maka dibutuhkan beberapa pemeriksaan laboratorium. Beberapa pemeriksaan tersebut adalah pemeriksaan fungsi ginjal, fungsi hati, status hipotiroid. Selain itu pemeriksaan USG prostat untuk melihat adanya hipertrofi prostat.[4,5,10,11]
Direvisi oleh: dr. Renate Parlene Marsaulina