Peran Obat Pelemas Otot dalam Terapi Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik

Oleh :
dr. Mia Amelia Mutiara Salikim

Penggunaan obat pelemas otot atau muscle relaxant, seperti cyclobenzaprine, tidak bermanfaat dalam manajemen nyeri punggung bawah atau low back pain nonspesifik akut. Di lain pihak, obat pelemas otot kerap digunakan dalam penanganan nyeri punggung bawah meskipun golongan obat ini berpotensi meningkatkan timbulnya efek samping seperti sedasi, mual, sakit kepala, serta rawan mengalami penyalahgunaan.[1-3]

Penanganan Nyeri Punggung Bawah Nonspesifik

Obat pelemas otot adalah obat ketiga paling sering yang diresepkan untuk penanganan nyeri punggung bawah akut dan kronik. Sekitar 2 juta orang di Amerika Serikat melaporkan penggunaan obat pelemas otot, dimana sebanyak 85% menggunakannya untuk mengatasi nyeri punggung bawah atau penyakit otot lainnya. Secara umum, penggunaan pelemas otot pada nyeri punggung bawah akut bertujuan untuk mengurangi durasi ketidaknyamanan selagi melakukan aktivitas.[1,2]

A,Male,Doctor,Explaining,Lumbar,Anatomy,To,Female,Patient,Complaining

Nyeri punggung bawah atau low back pain (LBP) merupakan temuan umum dalam praktik medis. Berbagai obat telah digunakan untuk mengatasi LBP, termasuk obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) seperti naproxen, opioid seperti tramadol, antiepilepsi seperti pregabalin atau gabapentin, antidepresan seperti duloxetine, ataupun kombinasi dari golongan obat tersebut.[2]

Untuk golongan obat pelemas otot sendiri, obat yang sering digunakan adalah centrally acting skeletal muscle relaxants (SMR). Contoh obat golongan ini adalah eperisone, baclofen, carisoprodol, chlorzoxazone, cyclobenzaprine, metaxalone, methocarbamol, orphenadrine, dan tizanidine.[3]

Jenis Obat Pelemas Otot Skeletal

Obat pelemas otot (muscle relaxant) merupakan kelompok obat dengan berbagai indikasi dan mekanisme kerja yang berbeda namun memiliki efek akhir yang sama, yaitu melemaskan otot. Secara umum, obat pelemas otot dibagi menjadi dua kategori utama, yaitu antispasmodik dan antispastisitas.[4]

Antispastisitas

Spastisitas didefinisikan sebagai resistensi yang bergantung pada kecepatan pada gerakan pasif yang mempengaruhi otot saat istirahat. Hal ini ditandai dengan adanya peningkatan tonus yang terus menerus dan seringkali disertai postur tubuh ireguler saat bergerak atau jika ada stimulus yang tidak nyaman. Agen antispastisitas meliputi baclofen, tizanidine, dan dantrolene.[4]

Antispasmodik

Spasme adalah istilah umum yang didefinisikan sebagai kontraksi involunter dari otot. Tidak seperti spastisitas, spasme dapat bercampur dengan periode atonia volunter. Agen antispasmodik meliputi cyclobenzaprine, carisoprodol, metaxalone, methocarbamol, orphenadrine, chlorzoxazone, dan tizanidine.[4]

Efikasi Penggunaan Obat Pelemas Otot sebagai Terapi Nyeri Punggung Bawah

Sebuah meta analisis terhadap 15 studi dilakukan untuk mengetahui efikasi dan keamanan penggunaan obat pelemas otot untuk terapi nyeri punggung bawah. Dari 15 studi tersebut, terdapat 5 randomized control trial dengan kualitas baik (495 partisipan) yang membandingkan langsung efek obat pelemas otot dengan plasebo dalam mengurangi skala nyeri pada nyeri punggung bawah. Dalam meta analisis ini, didapatkan bahwa penggunaan obat pelemas otot mengurangi nyeri punggung bawah akut secara signifikan dalam jangka pendek dengan beda rerata penurunan skor nyeri -21,3 (95% CI -29 hingga -13.5; p < 0.001). Sementara itu, untuk nyeri punggung bawah kronis, penggunaan obat pelemas otot tidak terbukti mengurangi nyeri secara signifikan.[7]

Studi meta analisis lain yang mengevaluasi data dari 22 studi juga menunjukkan bahwa penggunaan obat pelemas otot lebih superior dibandingkan plasebo dalam mengurangi nyeri jangka pendek.[5]

Hasil berbeda didapatkan dalam meta analisis lebih baru (2021) yang mengevaluasi data dari 49 studi dan total 6505 partisipan. Studi ini menunjukkan bahwa bukti ilmiah yang tersedia masih kurang adekuat untuk memastikan efikasi dari obat pelemas otot dalam terapi nyeri punggung bawah. Menurut meta analisis ini, bukti kualitas rendah mengindikasikan bahwa antispasmodik nonbenzodiazepin mungkin memberi penurunan yang tidak bermakna secara klinis dalam intensitas nyeri kasus nyeri punggung bawah akut.[1]

Keamanan Obat Pelemas Otot Sebagai Terapi Nyeri Punggung Bawah

Pelemas otot skeletal harus digunakan dengan hati-hati karena adanya efek samping pada sistem saraf pusat, seperti sedasi, mengantuk, dan pusing.[3,6]

Tinjauan sistematik dan meta analisis oleh Cashin et al menunjukkan adanya peningkatan risiko efek samping, tetapi bukan efek samping berat, akibat penggunaan antispasmodik nonbenzodiazepin dan antispastisitas pada kasus nyeri punggung bawah akut. Di sisi lain, golongan benzodiazepin nampaknya tidak meningkatkan risiko efek samping. Selain itu, studi ini menemukan bahwa pada kasus nyeri punggung bawah kronis penggunaan pelemas otot apapun tidak berkaitan dengan peningkatan risiko efek samping.[1]

Hasil berbeda dilaporkan oleh Chou et al dalam tinjauan sistematik mereka. Studi ini menunjukkan bahwa obat pelemas otot meningkatkan risiko timbulnya efek samping mual, mengantuk dan sakit kepala dengan RR 1,50 bila dibandingkan plasebo. Efek samping susunan saraf pusat, terutama sedasi, juga dilaporkan meningkat dengan RR 2,04 bila dibandingkan plasebo. Obat pelemas otot juga dapat menimbulkan ketergantungan dan rawan untuk disalahgunakan, tetapi belum ada studi yang mengevaluasi risiko pastinya.[5]

Kesimpulan

Obat pelemas otot merupakan salah satu golongan yang paling sering digunakan untuk mengatasi nyeri punggung bawah. Meski demikian, bukti ilmiah yang mendukung efikasi dan keamanannya masih memiliki kualitas kurang baik. Bukti kualitas rendah menunjukkan bahwa obat pelemas otot mungkin efektif dalam penanganan nyeri punggung bawah jangka pendek, tetapi uji klinis acak terkontrol skala besar masih diperlukan untuk memastikan hal tersebut.

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Della Puspita Sari

Referensi