Cara Aman Meresepkan PDE-5 Inhibitor Untuk Disfungsi Ereksi

Oleh :
dr.Alvi Muldani

Obat disfungsi ereksi yang paling sering diresepkan adalah golongan PDE-5 inhibitor, seperti sildenafil dan tadalafil. Namun, untuk meresepkan obat ini dengan aman, dokter perlu mengevaluasi adanya kontraindikasi dan potensi interaksi obat.

Secara global, disfungsi ereksi dilaporkan dialami 10% hingga 48% pria dewasa, yang mana angka kejadiannya meningkat seiring dengan pertambahan usia. Disfungsi ereksi akan berdampak pada menurunnya keintiman seksual, kualitas hidup, dan produktivitas, serta telah dikaitkan dengan beberapa masalah psikologis seperti kecemasan, depresi, amarah, frustasi, penurunan kepercayaan diri, dan rasa bersalah.[1,2]

 

PDE5 untuk Disfungsi Ereksi

Peran PDE-5 Inhibitor dalam Penanganan Disfungsi Ereksi

Terapi lini pertama pada disfungsi ereksi adalah obat golongan phosphodiesterase 5 inhibitor (PDE-5i) yang kemanjurannya telah banyak dilaporkan dalam penelitian. Bukti ilmiah yang tersedia juga menyatakan bahwa PDE-5i efektif dan aman untuk subgrup pasien dengan disfungsi ereksi yang sulit diterapi. Ada tujuh PDE-5i yang telah ditemukan dan empat di antaranya telah disetujui penggunaannya untuk manajemen disfungsi ereksi, yakni avanafil, sildenafil, tadalafil, dan vardenafil.

PDE-5i bekerja dengan cara menghambat enzim PDE-5 yang secara alami terdapat dalam otot polos dan pembuluh darah, sehingga menyebabkan degradasi cGMP menjadi terhalang. Adanya cGMP yang terakumulasi akan mempertahankan aktivasi protein kinase G sehingga terjadi relaksasi otot polos pada pembuluh darah yang berakhir pada vasodilatasi. Vasodilatasi arteri penis membuat ereksi bertahan lebih lama. Selain itu, PDE-5i juga meningkatkan fungsi endotel dan menurunkan apoptosis otot polos pada korpus kavernosa.[3,4]

Cara Aman Meresepkan PDE-5 Inhibitor

Usia merupakan salah satu aspek penting yang berkaitan dengan keamanan peresepan PDE-5i. Pasien disfungsi ereksi yang memiliki usia lebih tua, cenderung memiliki penyakit-penyakit lain, seperti penyakit kardiovaskular dan hipertensi. Selain itu, penyakit metabolik, seperti diabetes melitus, dapat mempengaruhi berbagai sistem organ yang berkontribusi dalam percepatan perburukan disfungsi ereksi.

Adanya berbagai komorbiditas dan penurunan fungsi fisiologis yang terjadi seiring usia akan meningkatkan risiko efek samping, interaksi obat, dan keberadaan kontraindikasi pada pasien. Sebagai contoh, pada pasien disfungsi ereksi yang mengonsumsi nitrat untuk sindrom koroner, penggunaan PDE-5i dikontraindikasikan karena dapat menyebabkan hipotensi berat dan mengancam nyawa.[4,5]

Perhatikan Adanya Kontraindikasi Absolut dan Potensi Interaksi Obat Pada Pasien

Salah satu kontraindikasi absolut dari penggunaan PDE-5i adalah konsumsi pada pasien yang juga mendapat nitrat. Penggunaan bersamaan kedua obat tersebut akan menyebabkan penurunan preload yang berlebihan dan potensiasi efek hipotensi dari nitrat, terutama nitrat long-acting seperti isosorbid dinitrat dan nitrogliserin. Kontraindikasi absolut lainnya adalah adanya hipotensi akibat penyebab lain seperti dehidrasi.

Selain itu, vardenafil diketahui dapat menyebabkan pemanjangan segmen QT. Atas dasar ini, penggunaannya kontraindikasi pada pasien yang berisiko atau telah mengalami gangguan irama jantung.

Neuropati optik iskemik dan gangguan retina degeneratif juga merupakan kontraindikasi penggunaan PDE-5i. Penghentian konsumsi PDE-5i sangat dianjurkan jika terjadi kehilangan penglihatan mendadak. Kontraindikasi lain adalah adanya hipersensitivitas pada PDE-5i atau komponen formulasinya, veno-oklusi paru, hipertensi pulmonal yang berkaitan dengan anemia sel sabit, dan atrofi multisistem.[4,6,7]

Perhatikan Kontraindikasi Relatif dan Komorbiditas Pasien

Penggunaan PDE-5i harus hati-hati pada pasien dengan gangguan kardiovaskular, seperti pasien dengan riwayat infark miokard, stroke, riwayat aritmia mengancam nyawa, riwayat hipotensi saat istirahat, hipertensi, riwayat gagal jantung, dan angina tidak stabil.  Penggunaan PDE-5i juga harus hati-hati pada pasien yang menggunakan obat golongan alpha blocker, maupun pada pasien dengan disfungsi hati dan ginjal.[4,6]

Catatan Khusus dalam Penggunaan PDE-5 Inhibitor

Pada kasus disfungsi ereksi, efek yang diharapkan dari PDE-5i adalah pemanjangan waktu ereksi pada pasien. Meski demikian, efek dari PDE-5i yang dikonsumsi pasien bersifat sistemik dan tidak hanya berlaku pada penis saja. Oleh sebab itu, golongan obat ini cenderung memiliki banyak efek samping dan beberapa kali telah dilaporkan menyebabkan fatalitas jika tidak digunakan sesuai petunjuk.[4-8]

Penanganan Pasien yang Telah Mengonsumsi PDE-5 Inhibitor dan Membutuhkan Terapi Nitrat

Seperti telah disebutkan di atas, penggunaan nitrat bersamaan dengan PDE-5i merupakan suatu kontraindikasi. Pemberian bersamaan kedua obat tersebut dapat mencetuskan vasodilatasi hebat dan menyebabkan hipotensi berat.

Pada pasien yang sudah mengonsumsi PDE-5i dan mengalami angina atau infark miokard, The American College of Cardiology and American Heart Association (ACC/AHA) menyarankan penggunaan nitrat dilakukan setelah 24 jam dari penggunaan sildenafil atau 48 jam setelah penggunaan tadalafil dengan pemantauan klinis dan hemodinamik. Penggunaan obat-obatan angina selain nitrat dapat langsung diberikan sesuai indikasi.

Jika pasien yang mengonsumsi PDE-5i dan mendapat nitrat mengalami hipotensi berat, ACC/AHA menyarankan menangani pasien dengan posisi Trendelenburg, terapi cairan agresif, dan jika diperlukan dapat diberikan agonis alfa, agonis beta, dan intraaortic balloon counterpulsation.[4,8]

PDE-5 Inhibitor Dapat Diberikan Dengan Mayoritas Obat Antihipertensi Kecuali Alpha Blocker

PDE-5i dapat dikonsumsi bersamaan dengan kebanyakan obat antihipertensi. Penurunan tekanan darah yang disebabkan PDE-5i jika digunakan sendiri maupun bersamaan dengan obat penurun tekanan darah lainnya masih dianggap dapat ditoleransi, termasuk jika digunakan PDE-5i jangka panjang seperti tadalafil. Walau begitu, PDE-5i tidak boleh digunakan bersamaan dengan obat antihipertensi golongan alpha blocker.

Obat alpha blocker dapat berupa uroselektif seperti tamsulosin dan alfuzosin, maupun non-selektif seperti terazosin. Semua alpha blocker dapat menyebabkan vasodilatasi dan hipotensi ortostatik, sehingga penggunaan bersamaan dengan PDE-5i dapat meningkatkan risiko penurunan tekanan darah yang signifikan secara klinis.[4,8]

PDE-5 Inhibitor dan Disfungsi Ginjal

Semua PDE-5i mengalami reabsorpsi ekstensif di tubulus ginjal dan secara ekstensif diekskresikan sebagai metabolit pada feses. Pada pasien dengan insufisiensi ginjal berat, penggunaan PDE-5i harus dimulai dengan dosis serendah mungkin yang kemudian dapat menjalani titrasi gradual sesuai respon klinis dan toleransi pasien.[4-7]

PDE-5 Inhibitor dan Disfungsi Hepar

PDE-5i mengalami metabolisme di hati, terutama melalui jalur CYP3A. Sama seperti rekomendasi penggunaan PDE-5i pada disfungsi ginjal, penggunaan pada pasien gangguan hati juga disarankan dimulai dengan dosis rendah dan dapat dilakukan titrasi naik secara gradual dengan pemantauan efek samping dan follow up berkala.[4-7]

Kesimpulan

PDE-5 inhibitor (PDE-5i) merupakan obat yang sering diresepkan pada kasus disfungsi ereksi. Walau efikasi obat ini telah banyak dilaporkan pada penelitian, beberapa aspek terkait keamanannya perlu diperhatikan untuk memastikan safe prescribing bagi pasien.

Dokter harus mengevaluasi adanya kontraindikasi absolut, kontraindikasi relatif, komorbiditas pasien, dan potensi interaksi dengan obat lain. Sebagai contoh, obat golongan PDE-5i tidak boleh dikonsumsi bersamaan dengan golongan nitrat karena dapat menyebabkan hipotensi berat yang mengancam nyawa. Penggunaan PDE-5i vardenafil juga sebaiknya dihindari pada pasien yang berisiko atau telah diketahui memiliki gangguan irama jantung.

Referensi