Manfaat Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Ulkus pada Kaki

Oleh :
dr. Wendy Damar Aprilano

Terapi oksigen hiperbarik dikembangkan untuk penyakit dekompresi, dan kemudian telah dilakukan uji coba untuk penanganan kondisi lain, termasuk ulkus kronis pada kaki. Ulkus merupakan luka kronis yang membutuhkan waktu lama untuk sembuh dan seringkali mengalami rekurensi.[1-3]

Ulkus pada kaki biasanya dihubungkan gangguan sirkulasi pembuluh darah arteri atau vena yang menyebabkan jaringan kekurangan suplai oksigen, seperti pada penderita diabetes mellitus, penyakit buerger, atau klaudikasio intermiten. Kerusakan sistem saraf otonom menyebabkan sensasi rasa menghilang, disertai kulit mengering dan menebal sehingga pecah-pecah dan terjadi ulkus.[1-3]

shutterstock_1339996193-min

Kondisi ini sering ditemukan pada kaki, yaitu area yang memiliki aliran pembuluh darah paling jauh dari jantung, dan yang paling sering mendapatkan tekanan atau gesekan dari luar. Apabila tidak diterapi dengan baik, maka dampak yang disebabkan oleh ulkus akan semakin berat  seperti gangren, osteomyelitis, sepsis, hingga amputasi.[1-3]

Sekilas Mengenai Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik merupakan terapi yang dirancang untuk meningkatkan suplai oksigen pada jaringan. Terapi oksigen hiperbarik memiliki dua mekanisme utama, yaitu hiperoksigenasi dan penurunan ukuran gelembung. Terapi oksigen hiperbarik telah digunakan untuk terapi pada keracunan karbon monoksida (CO) atau sianida (CN), gangguan dekompresi (terutama pada penyelam), embolisme, sindrom kompartemen, hingga luka bakar. Selain itu, terapi oksigen hiperbarik juga dapat menjadi salah satu pilihan terapi untuk mengatasi ulkus diabetes pada kaki.[1-4]

Terapi ini dilakukan dengan menempatkan pasien dalam kamar bertekanan tinggi, untuk kemudian bernapas menggunakan aliran oksigen murni. Oksigen yang diberikan adalah oksigen 100% dengan tekanan atmosfer 2‒ 3 kali lebih besar dari normal. Kondisi ini sama dengan keadaan saat menyelam pada kedalaman sekitar 15 meter di bawah permukaan laut.[1-3]

Pada kondisi tersebut, diharapkan konsentrasi oksigen yang terlarut di dalam darah akan meningkat dari 0,32% menjadi 6,8%. Oksigenasi  ke jaringan yang mengalami perlukaan akan semakin baik, yaitu meningkat 2‒3 kali dari nilai normal. Dengan terapi ini, diharapkan penyembuhan luka kronis dapat terjadi karena oksigen yang dibutuhkan untuk proses perbaikan jaringan meningkat.[1-3]

Fungsi Terapi Oksigen Hiperbarik pada Ulkus

Terapi oksigen hiperbarik pada ulkus dapat memberikan efek antimikroba dan meningkatkan oksigenasi ke jaringan luka yang mengalami hipoksia. Pemberian terapi akan meningkatkan kemampuan neutrofil dalam membunuh bakteri, menstimulasi terjadinya angiogenesis, meningkatkan aktivitas fibroblas serta sintesis kolagen pada ulkus, meningkatkan perfusi oksigen, mengurangi edema, dan menurunkan sitokin penyebab inflamasi.[2,4]

Meningkatkan Aktivitas Fibroblas dan Sintesis Kolagen

Terapi oksigen hiperbarik akan meningkatkan gradien konsentrasi oksigen di jaringan perifer, yang akan memicu terjadinya angiogenesis dengan meningkatkan Growth factor terutama Vascular endothelial growth factor (VEGF).[2,4]

Siklus Krebs kemudian akan meningkatkan kerjanya sehingga terjadi peningkatan sintesis nikotinamida adenin dinukleotida hidrogen (NADH) yang akan memicu peningkatan fibroblas.Fibroblas bersama dengan VEGF akan meningkatkan sintesis kolagen untuk penyembuhan luka dan neovaskularisasi jaringan. Oksigen juga berperan dalam proses hidroksilasi lisin dan prolin selama proses sintesis dan pematangan dari kolagen.[2,4]

Menstimulasi Angiogenesis

Hal lainnya, terapi oksigen hiperbarik akan meningkatkan hadirnya reactive oxygen species (ROS) yang mengatur aktivitas antioksidan pada jaringan. ROS berperan sebagai senyawa messenger yang meregulasi penyembuhan luka, proliferasi dan migrasi sel, angiogenesis, serta sintesis matriks ekstraseluler.[2,4]

Mengurangi Edema

Edema pada luka ulkus akan menyebabkan terjadinya hipoksia, dan terapi oksigen hiperbarik akan mengkondisikan jaringan menjadi hiperoksia yang memicu vasokonstriksi pembuluh darah sehingga edema akan berkurang.[2,4]

Memberikan Efek Antimikroba

Kadar oksigen yang tinggi juga secara efektif membunuh bakteri anaerob melalui proses oksidasi protein dan lipid membran, merusak DNA, dan menghambat fungsi metabolik dari bakteri. Tekanan parsial oksigen jaringan yang meningkat lebih dari 30 mmHg akan meningkatkan kerja makrofag, sehingga makrofag akan lebih aktif dalam melawan bakteri.

Kondisi tekanan oksigen tinggi juga akan meningkatkan kerja antibiotik seperti fluorokuinolon, amfoterisin B, dan aminoglikosida yang menggunakan oksigen sebagai transpor dalam melewati membran sel. Hal-hal tersebut kemudian akan memicu terjadinya proses penyembuhan pada ulkus. [2,4]

Penelitian Terkait Terapi Oksigen Hiperbarik untuk Ulkus Kaki

Uji klinis pada tahun 2010 meneliti terapi oksigen hiperbarik pada penderita diabetes mellitus dengan ulkus diabetikum kronis pada kaki. Uji dilakukan secara randomized, single-center, double-blinded, dan placebo-controlled,  melibatkan 94 pasien yang dibagi menjadi kelompok yang menerima terapi oksigen hiperbarik 40 sesi dan kelompok tanpa terapi oksigen hiperbarik. Uji dilakukan dengan setting rawat jalan.[4]

Hasil uji menunjukan bahwa pasien yang mendapatkan terapi oksigen hiperbarik mengalami penyembuhan sebesar 61%, dibandingkan dengan plasebo hanya 27%. Terapi ini meningkatkan kemampuan penyembuhan luka dalam waktu yang cukup singkat yaitu pada minggu ke-6 terapi, tetapi hasil lebih lanjut tidak tampak untuk terapi jangka panjang. Penelitian ini menyimpulkan bahwa terapi oksigen hiperbarik dapat menjadi salah satu alternatif terapi dalam penyembuhan ulkus diabetikum pada kaki.[4]

Studi metaanalisis pada tahun 2015 menganalisis 10 percobaan dengan total 531 orang dengan ulkus kaki diabetikum. Data yang dikumpulkan menunjukkan peningkatan penyembuhan ulkus dengan terapi oksigen hiperbarik pada 6 minggu terapi, tetapi manfaat tidak terbukti pada terapi jangka panjang 1 tahun. Tidak ada perbedaan yang signifikan secara statistik pada tingkat amputasi mayor.[1]

Hasil studi memberi gambaran bahwa terapi oksigen hiperbarik untuk penderita ulkus diabetikum secara signifikan dapat menyembuhkan ulkus dalam jangka pendek. Namun, tidak dalam jangka panjang dan uji coba memiliki berbagai kekurangan atau bias.[1]

Pelaksanaan Terapi Oksigen Hiperbarik

International Working Group on the Diabetic Foot (IWGDF) tahun 2015 memberikan rekomendasi “weak/moderate” untuk penggunaan terapi oksigen hiperbarik pada kasus ulkus diabetikum kaki. Kebutuhan terapi bervariasi pada setiap orang karena tergantung pada kondisi masing-masing. Untuk terapi ulkus pada kaki, terapi oksigen hiperbarik berkisar antara 20‒40 kali pemberian, dengan durasi 1‒2 jam setiap sesinya tergantung dari penyembuhan ulkus.[2,4,5]

Pasien dengan ulkus pada kaki, saat terapi diharapkan tidak menggunakan kaos kaki agar oksigen juga dapat kontak dengan permukaan luka. Sebelum pelaksanaan terapi, pasien dilarang menggunakan parfum, cat kuku, perhiasan atau jam tangan, alat bantu dengar, dan kacamata/lensa kontak. Pasien dapat tidur, membaca, atau menonton selama proses terapi berlangsung.[2,4]

Efek Samping Terapi Oksigen Hiperbarik

Secara umum, terapi oksigen hiperbarik sangat aman dan jarang menimbulkan efek samping. Terapi oksigen hiperbarik tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi pasien mungkin akan mengalami sedikit perasaan tidak nyaman pada telinga atau sinus karena adanya peningkatan tekanan. Kondisi ini mirip seperti kondisi ketika naik pesawat terbang yang sedang landing atau take off, dan biasanya muncul pada 5 menit pertama terapi. Apabila kondisi ini muncul, pasien dianjurkan untuk menguap, menggerakan rahang bawah, atau memencet hidung dan meniup dengan mulut terkatup (valsava manuver).[2,4]

Efek samping lain yang jarang ditemukan adalah intoksikasi oksigen, perubahan fungsi penglihatan, hingga batuk kering yang akan hilang setelah terapi dihentikan. Pasien claustrophobia membutuhkan edukasi teknik relaksasi selama terapi berlangsung, atau pada kasus khusus membutuhkan obat sedatif.[2]

Pada sebuah penelitian ulkus diabetes pada kaki, menyebutkan terapi oksigen hiperbarik dapat menimbulkan efek samping hipoglikemia, kehilangan kesadaran, dan otitis barotrauma yang membutuhkan tindakan miringotomi. Namun, angka kejadian efek samping tersebut sangat rendah.[4]

Kontraindikasi Terapi Oksigen Hiperbarik

Terapi oksigen hiperbarik memiliki kontraindikasi absolut dan relatif. Kontraindikasi absolut adalah kondisi pneumotoraks yang belum ditata laksana. Sedangkan kontraindikasi relatif adalah:

  • Kondisi umum lemah
  • Tekanan sistolik lebih dari 170 mmHg atau kurang dari 90 mmHg
  • Tekanan diastolik lebih dari 110 mmHg atau kurang dari 60 mmHg
  • Infeksi saluran napas akut, sinusitis, asma, dan emfisema

  • Infeksi kuman aerob, seperti tuberkulosis dan lepra

  • Riwayat neuritis optik

  • Sedang menjalani kemoterapi[2,4]

Kesimpulan

Walaupun sudah cukup banyak penelitian yang mengatakan bahwa terapi oksigen hiperbarik cukup baik untuk terapi ulkus, tetapi International Working Group on the Diabetic Foot (IWGDF) pada tahun 2015 hanya memberikan rekomendasi “weak/moderate” untuk penggunaan terapi oksigen hiperbarik pada kasus ulkus diabetikum kaki.

Studi metaanalisis memberikan hasil bahwa  penyembuhan ulkus diabetikum kaki dengan terapi oksigen hiperbarik meningkat pada 6 minggu terapi. Namun, manfaat tidak terbukti pada terapi jangka panjang 1 tahun dan tidak ada perbedaan yang signifikan pada tingkat amputasi mayor. Dibutuhkan lebih banyak uji coba untuk mengevaluasi terapi oksigen hiperbarik untuk ulkus kronis, yaitu uji coba yang dirancang untuk meminimalkan semua jenis bias.

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi