Pedoman Klinis Inseminasi Buatan
Pedoman klinis inseminasi buatan yang harus diperhatikan adalah bahwa program ini bertujuan untuk memperoleh kelahiran bayi sehat dan normal. Jadi harus diingat bahwa tindakan inseminasi buatan adalah suatu manipulasi terhadap proses fertilisasi dalam upaya memulai suatu proses pembuahan dan perkembangan kehamilan guna mencapai tujuan tersebut
Pasangan yang mencari pertolongan medis untuk infertilisasi biasanya akan dianjurkan untuk menjalani prosedur buatan sealamiah mungkin, baru kemudian dianjurkan untuk melakukan inseminasi buatan. Hal ini dikarenakan beberapa keunggulan prosedur ini dan risiko komplikasi yang rendah. Namun, pada pasien yang diberikan obat penyubur atau hormon ovulasi, ovum yang dihasilkan bisa lebih dari satu, sehingga kehamilan kembar atau multipel dapat terjadi, yang mungkin tidak diinginkan oleh pasangan tersebut.
Aspek hemat biaya untuk tindakan ini akan hilang keunggulannya terhadap prosedur IVF apabila pasien harus melakukan prosedur berulang sebelum mencapai keberhasilan konsepsi.
Terdapat beberapa faktor yang memengaruhi keberhasilan tindakan inseminasi buatan, diantaranya :
- Usia maternal
- Frekuensi tindakan, dimana pelaksanaan tindakan setiap bulan, meningkatkan angka keberhasilan hingga 20% per siklus ovulasi
- Normalitas morfologi sperma >5%
- Pemilihan waktu pelaksanaan tindakan
- Etiologi infertilitas
- Konsumsi obat penyubur, seperti clomiphene, letrozole, atau human menopausal gonadotropins
- Patensi tuba falopii dimana sedikitnya satu tuba fallopii harus terbuka dan menghasilkan ovum yang matang
- Sampel semen yang adekuat dengan jumlah dan morfologi sperma yang baik
- Kualitas sel telur
Uterus yang normal [5,7,8,9,10]