Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Edukasi Pasien Inseminasi Buatan y2afrika 2022-05-12T14:41:07+07:00 2022-05-12T14:41:07+07:00
Inseminasi Buatan
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Edukasi Pasien Inseminasi Buatan

Oleh :
dr. DrRiawati MMedPH
Share To Social Media:

Edukasi pasien pada inseminasi buatan atau artificial insemination dimulai sejak konseling awal, termasuk informed decision kepada pasangan suami istri. Pasangan harus dijelaskan terperinci mengenai indikasi, kontraindikasi, tingkat keberhasilan, dan risiko komplikasi prosedur.[1,4]

Konsultasi pengobatan infertilitas pria maupun infertilitas wanita harus menggunakan prinsip shared decision making, sehingga dapat dipilih terapi yang paling tepat dan terbaik.

Edukasi Persiapan Pasien

Sebelum memutuskan untuk melakukan tindakan ini, pasien harus memahami bahwa metode yang sering dilakukan adalah intrauterine insemination (IUI), yaitu terapi non-invasif dengan tingkat kehamilan klinis per siklus berkisar 10‒20%. Tindakan ini merupakan lini pertama untuk infertilitas dengan faktor yang tidak dapat dijelaskan dan faktor imunologi.[1]

Edukasi Persiapan Wanita

Pasien wanita diberikan penjelasan tujuan melakukan pemeriksaan kadar hormon dalam darah dan USG transvaginal, yaitu untuk pemeriksaan kematangan sel telur. Selanjutnya, diberikan edukasi manfaat controlled ovarian hyperstimulation (COH), yang dapat meningkatkan keberhasilan prosedur.[1]

Perlu juga diberitahu bahwa obat-obatan untuk COH dapat menyebabkan rasa tidak nyaman, seperti sakit kepala, mood swing, dan hot flushes. Efek samping COH yang berbahaya adalah ovarian hyperstimulation syndrome (OHSS).[1]

Walaupun OHSS jarang terjadi, tetapi pasien tetap harus diedukasi agar segera ke dokter apabila timbul gejala mual, muntah, oliguria, sesak napas, pingsan, nyeri abdomen berat, dan penambahan berat badan sekitar 3 kg dalam waktu 3‒5 hari.[1,6,10,11]

Edukasi Persiapan Pria

Edukasi persiapan untuk pasien pria adalah tidak melakukan koitus sejak 5 hari sebelum pengumpulan sperma.[6]

Edukasi Setelah Tindakan

Pasien dijelaskan bahwa tindakan IUI tidak membutuhkan rawat inap. Setelah prosedur, pasien wanita dapat melakukan aktivitas normal seperti biasanya. Walaupun pada beberapa pasien memerlukan istirahat di rumah, tetapi umumnya tidak harus bedrest total.[10,11]

Pasien juga diedukasi untuk mengenali gejala normal pasca prosedur, seperti keluar cairan dari vagina yang berwarna jernih atau berdarah, kram ringan perut bawah, kembung, konstipasi, dan nyeri payudara.[10,11]

 

 

 

 

Direvisi oleh: dr. Hudiyati Agustini

Referensi

1. Allahbadia GN. Intrauterine Insemination: Fundamentals Revisited. J Obstet Gynaecol India. 2017;67(6):385-392. doi:10.1007/s13224-017-1060-x
4. Scholten I. van Zijl M. Custers IM. et al. The effectiveness of intrauterine insemination: A matched cohort study. Eur J Obstet Gynecol Reprod Biol. 2017. 212, 91-95. doi: 10.1016/j.ejogrb.2017.03.028
6. US Centers for Disease Control and Prevention. Intrauterine Insemination. March 2022. https://www.cdc.gov/reproductivehealth/infertility/index.htm
10. Pemerintah Republik Indonesia. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61, Tahun 2014 tentang Kesehatan Reproduksi, http://www.bpkp.go.id/pencarian/result.bpkp
11. Tjon-Kon-Fat RI. Tajik P. Zafarmand MH. et al. IVF or IUI as first-line treatment in unexplained subfertility: the conundrum of treatment selection markers. Hum Reprod, 2017. 32(5), 1028-1032. doi: 10.1093/humrep/dex037

Komplikasi Inseminasi Buatan
Pedoman Klinis Inseminasi Buatan

Artikel Terkait

  • Memprediksi Ovulasi pada Menstruasi Ireguler
    Memprediksi Ovulasi pada Menstruasi Ireguler
  • Perbedaan IVF dan IUI
    Perbedaan IVF dan IUI
  • Jenis Pengobatan Infertilitas
    Jenis Pengobatan Infertilitas
  • Terapi Pembedahan Mioma pada Kasus Subfertilitas
    Terapi Pembedahan Mioma pada Kasus Subfertilitas
Diskusi Terkait
Anonymous
29 Maret 2022
Suplemen infertilitas yang dapat dianjurkan untuk pasutri menikah 7 bulan
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter pasutri kurang lebih 7 bulan berhubungan suami istri teratur di masa subur tanpa menggunakan alat KB belum mempunyai anak. Riwayat dismenorrhea,...
Anonymous
15 Februari 2022
Sering berhubungan seksual menurunkan kualitas sperma
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pertanyaan dari pasien mengenai jika tidak berhubungan seks dalam jangka waktu yang lama apakah bisa meningkatkan kualitas sperma...
Anonymous
28 Oktober 2021
Pasien dengan Teratozoospermia
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Selamat malam alo dok. Saya ingin bertanya, Pada pasien dengan yg memiliki diagnosis Teratozoopermia pada pemeriksaan analisis sperma, terapi atau...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.