Teknik Sistoskopi
Teknik sistoskopi dapat dibedakan menjadi sistoskopi rigid dan fleksibel. Sistoskopi rigid dilakukan dengan menggunakan sistoskop yang kaku dan anestesi general di ruang operasi. Teknik ini umumnya dilakukan untuk indikasi terapeutik. Di lain sisi, sistoskopi fleksibel dilakukan dengan menggunakan sistoskop yang fleksibel dan tanpa anestesi dalam setting rawat jalan. Teknik ini biasanya dilakukan untuk indikasi diagnostik.[2-5]
Bila dibandingkan dengan sistoskop yang fleksibel, sistoskop yang rigid memberikan kualitas visualisasi yang lebih baik, lumen yang lebih lebar untuk prosedur, dan aliran medium irigasi yang lebih baik. Namun, sistoskop yang fleksibel memiliki kelebihan berupa lebih banyaknya opsi posisi pasien, passage yang lebih lancar dalam leher kandung kemih, inspeksi penuh kandung kemih karena ujung sistoskop dapat bergerak, dan kenyamanan pasien yang lebih baik.[3]
Studi menunjukkan bahwa sistoskopi fleksibel dalam setting rawat jalan merupakan prosedur yang aman dan bisa ditoleransi dengan baik, dengan risiko komplikasi setelah prosedur yang rendah. Sistoskopi fleksibel dapat menghindari penggunaan anestesi general dan mengurangi biaya prosedural dibandingkan sistoskopi rigid.[7]
Persiapan Pasien
Sebelum prosedur, jelaskan indikasi dan risiko tindakan pada pasien lalu mintakan informed consent. Sekitar 5–7 hari sebelum prosedur, lakukan urinalisis dan kultur urine untuk mengetahui ada tidaknya infeksi saluran kemih akut. Pasien infeksi saluran kemih akut, terutama yang simtomatik, tidak disarankan untuk menjalani sistoskopi sampai kondisinya telah diterapi.[2,6]
Antibiotik profilaksis sebelum sistoskopi sebaiknya hanya diberikan jika ada faktor risiko infeksi saluran kemih, misalnya usia lanjut, kelainan anatomi saluran kemih, gizi buruk, perokok, penggunaan kortikosteroid jangka panjang, defisiensi imun, penggunaan kateter permanen, infeksi yang sedang berlangsung, dan rawat inap yang lama.[1,2]
Bila terdapat faktor risiko, antibiotik profilaksis yang disarankan adalah dosis tunggal fluoroquinolone atau trimethoprim-sulfamethoxazole. Opsi lain adalah aminoglikosida (dengan atau tanpa ampicillin), sefalosporin generasi pertama atau kedua, atau amoxicillin-clavulanate. Pasien dengan kultur urine negatif dan pasien yang tidak punya faktor risiko tidak memerlukan antibiotik profilaksis sebelum sistoskopi.[1,2,6]
Rekomendasi tersebut berlaku untuk sistoskopi sederhana. Namun, semua pasien yang akan menjalani sistoskopi dengan manipulasi harus menerima profilaksis antibiotik.[1]
Persiapan lainnya akan berbeda tergantung pada setting tindakan apakah sistoskopi secara rawat jalan atau di ruang operasi. Sistoskopi fleksibel secara rawat jalan bersifat lebih sederhana karena umumnya tanpa anestesi. Pasien diminta untuk mengosongkan kandung kemih sebelum tindakan.[3,4,7]
Peralatan
Peralatan yang dibutuhkan untuk prosedur sistoskopi meliputi sistoskop, sistem video, dan medium irigasi. Peralatan lainnya disesuaikan dengan setting tindakan apakah rawat jalan atau di ruang operasi.[1,3,7]
Sistoskop
Sistoskop rigid terdiri dari tiga bagian, yaitu teleskop, bridge, dan sheath. Teleskop memiliki sudut pandang bervariasi (0°, 12°, 25°, 30°, 70°, atau 120°). Alat dengan sudut 0° dan 12° memiliki sudut pandang ke bawah. Namun, visualisasi retrograde tidak bisa dicapai dengan sistoskop rigid. Sistoskop fleksibel punya keunggulan, yaitu visualisasi penuh seluruh kandung kemih dengan satu saja instrumen optik, fleksibilitas posisi pasien (tidak harus litotomi), dan kurangnya nyeri.[1,2]
Kekurangan sistoskop fleksibel adalah saluran aliran irigasi yang terbatas, yang dapat mengganggu proses visualisasi. Penggunaan instrumen kerja melalui saluran yang sama juga memperburuk visualisasi.[1,2]
Sistem Video
Kemajuan video-endoskopi telah meningkatkan kualitas prosedur sistoskopi secara signifikan. Dengan sistem video yang baik, prosedur bisa dilakukan dengan lebih nyaman dan disertai perekaman video. Video-endoskopi juga memungkinkan pasien melihat temuan penting selama sistoskopi.[1]
Medium Irigasi
Medium irigasi yang paling umum digunakan adalah air steril dan larutan salin normal. Larutan salin normal tidak boleh digunakan saat elektrokauterisasi, sementara air steril tidak boleh digunakan saat pengambilan sampel untuk evaluasi sitologi. Medium irigasi sebaiknya dipanaskan dahulu hingga mencapai suhu tubuh sebelum digunakan.[1,2]
Peralatan Lainnya
Peralatan lainnya yang diperlukan adalah lubrikan bedah, peralatan disinfeksi seperti povidone iodine dan kapas atau kasa, sarung tangan steril, dan kain steril. Selain itu, diperlukan gel lidocaine 2% dalam prefilled syringe.[1,4]
Posisi Pasien
Posisi yang paling umum untuk sistoskopi adalah litotomi. Namun, sebagian besar pria yang menjalani sistoskopi fleksibel dapat diperiksa dalam posisi supinasi.[1,4]
Prosedural
Langkah awal untuk prosedur sistoskopi adalah sebagai berikut:
- Pasien diposisikan di meja tindakan lalu area vulva atau penis dibersihkan dengan larutan povidone iodine menggunakan kasa berbeda sebanyak tiga kali
- Gunakan kain (drape) steril untuk menutupi paha dan perut pasien
- Masukkan gel lidocaine 2% ke dalam uretra dan biarkan selama 5 menit[1,2,4]
Pada pria, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Lubrikasi sistoskop
- Penis ditarik secara maksimal untuk meluruskan uretra
- Bila menggunakan sistoskop rigid, penis dipegang dengan lima jari tangan non-dominan operator
- Bila menggunakan sistoskop fleksibel, penis dijepit di antara jari ketiga dan keempat tangan non-dominan, sehingga ibu jari dan jari telunjuk tetap bebas untuk membantu mengarahkan sistoskop masuk ke dalam uretra
- Masukkan ujung distal sistoskop ke dalam meatus uretra dan lanjutkan memasukkan alat sambil melihat visualisasi uretra melalui monitor video
- Setelah melewati fossa navikularis, mulai alirkan medium irigasi
- Penis harus diposisikan dengan sudut 45–90° terhadap dinding perut saat sistoskop melewati uretra anterior
- Setelah melewati uretra membranosa, sistoskop diarahkan ke anterior untuk memasuki kandung kemih (hal ini dilakukan dengan fleksi aktif ke atas jika memakai sistoskop fleksibel, atau dengan menurunkan ujung distal sistoskop ke arah meja operasi jika memakai sistoskop rigid)
- Evaluasi saluran kemih bawah secara sistematis saat sistoskop dimasukkan, dengan irigasi maksimal yang terus berjalan
- Uretra penis dan bulbar harus diperiksa untuk mendeteksi striktur
- Setelah sistoskop mencapai uretra prostatik, evaluasi ukuran lobus prostat, panjang uretra prostatika, atau obstruksi leher kandung kemih
- Saat memasuki kandung kemih, periksa mukosa dengan cermat. Lantai dan trigonum kandung kemih diperiksa dahulu, termasuk identifikasi orifisium ureter. Aliran urine dari masing-masing ureter diamati untuk melihat ada tidaknya darah.
- Seluruh bagian kandung kemih kemudian diperiksa untuk batu kandung kemih, trabekulasi, divertikula, area eritematosa, atau lesi berbentuk papiler atau sesil
- Dinding lateral dapat divisualisasikan dengan memutar sistoskop sambil mempertahankan orientasi kamera
- Bagian kubah (dome) dan dinding posterolateral kandung kemih diperiksa menggunakan lensa 70–120° jika memakai sistoskop kaku, atau dengan cara retrofleksi pada sistoskop fleksibel
- Sebelum mengeluarkan sistoskop, kandung kemih harus dikosongkan.[2,4]
Pada wanita, langkah selanjutnya adalah sebagai berikut:
- Lubrikasi sistoskop
- Pemasangan sistoskop rigid dapat dilakukan dengan bantuan sheath obturator
- Pemasangan sistoskop fleksibel dapat dilakukan dengan cara yang mirip seperti pemasangan kateter Foley, dengan penggunaan defleksi aktif sesuai kebutuhan
- Dengan tangan non-dominan, buka labia untuk mengakses meatus uretra
- Dengan tangan lainnya, masukkan ujung distal sistoskop secara perlahan ke dalam meatus uretra, lalu dorong ke dalam kandung kemih
- Alirkan medium irigasi dan biarkan cairan irigasi mengisi kandung kemih, kemudian matikan alirannya untuk menghindari ketidaknyamanan
- Lanjutkan pemeriksaan kandung kemih seperti pada pasien pria, dengan evaluasi sistematis terhadap seluruh struktur
- Saat selesai, luruskan dan tarik keluar sistoskop sambil memeriksa uretra
- Jika ada kekhawatiran mengenai divertikulum uretra, jari dapat dimasukkan ke dalam fornix vagina untuk memijat dinding posterior uretra saat sistoskop ditarik keluar. Tindakan ini dapat mengeluarkan cairan dari divertikulum dan membantu mengarahkan pemeriksa ke lokasi muara divertikulum.[2,4]
Follow Up
Sistoskopi yang dilakukan secara rawat jalan umumnya dapat ditoleransi dengan baik dan tidak memerlukan perawatan khusus setelahnya. Kandung kemih akan terisi cairan irigasi, sehingga pasien dianjurkan untuk berkemih setelah prosedur. Pasien mungkin mengalami gejala iritasi saluran kemih ringan yang sementara. Gejala ini biasanya mereda dalam waktu 24–48 jam.[4]