Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Indikasi Prosedural Sedasi karyanti 2022-02-11T10:22:09+07:00 2022-02-11T10:22:09+07:00
Prosedural Sedasi
  • Pendahuluan
  • Indikasi
  • Kontraindikasi
  • Teknik
  • Komplikasi
  • Edukasi Pasien
  • Pedoman Klinis

Indikasi Prosedural Sedasi

Oleh :
dr. Utari Nur Alifah
Share To Social Media:

Indikasi prosedural sedasi adalah pada semua pasien yang akan menjalani prosedur medis, diagnostik, atau terapeutik, di mana prosedur ini akan memberikan rasa tidak nyaman pada pasien seperti rasa nyeri, takut, atau cemas. Pertimbangan lain yaitu untuk memastikan patient safety, meminimalisir rasa nyeri dan cemas, meminimalisir gerakan pasien selama tindakan, dan memaksimalkan hasil dari tindakan medis.[2,6]

Kedalaman Sedasi

Kedalaman sedasi yang dibutuhkan bergantung pada perkiraan besarnya tingkat nyeri yang mungkin akan dialami, dan durasi diperlukannya pasien dalam keadaan diam selama operasi atau prosedur medis berlangsung. Ada banyak versi tingkat kedalaman sedasi namun secara garis besar dapat dibagi sebagai berikut:

  • Sedasi minimal (ansiolisis): kondisi yang diinduksi obat di mana pasien dapat berinteraksi atau merespon secara normal terhadap perintah verbal. Meskipun fungsi kognitif dan koordinasi fisik mungkin terganggu, namun refleks saluran napas, fungsi ventilasi, dan sistem kardiovaskular tidak terpengaruh
  • Sedasi sedang: turunnya kesadaran yang diinduksi obat di mana pasien merespon perintah verbal yang disengaja, baik terhadap perintah tunggal atau disertai stimulasi taktil. Tidak ada intervensi yang dibutuhkan untuk mengamankan patensi jalan napas, ventilasi spontan adekuat, dan fungsi kardiovaskular tetap terjaga
  • Sedasi dalam: turunnya kesadaran yang diinduksi obat yang mana menyebabkan pasien tidak dapat dengan mudah dibagunkan tetapi dapat merespon perintah yang diberikan secara sengaja setelah stimulasi berulang atau stimulasi nyeri. Kemampuan mempertahankan ventilasi secara spontan dapat terganggu. Pasien mungkin memerlukan bantuan dalam mempertahankan patensi jalan napas, dan ventilasi spontan mungkin tidak memadai. Fungsi kardiovaskular biasanya masih tidak terpengaruh
  • Disosiatif: keadaan di mana pasien tetap terjaga tetapi tidak menyadari rasa sakit dan tidak mengingat kejadian tersebut. Pasien tetap dapat mengikuti perintah, dan refleks jalan napas tetap terjaga[2,4,6]

Penilaian Status Medis Pasien Sebelum Memutuskan Sedasi

Pengambilan keputusan untuk dilakukan prosedural sedasi harus dilakukan berdasarkan tanda-tanda vital dan stabilitas pasien. Riwayat penyakit kronis terutama penyakit kardiovaskular atau pernapasan harus dinilai secara teliti. Alergi obat yang akan diberikan harus ditanyakan terlebih dahulu.[2,6]

Sistem klasifikasi yang paling umum digunakan untuk penilaian klinis adalah penilaian status fisik sebelum tindakan medis atau operatif adalah American Society of Anesthesiologist physical status classification system (ASAPS):

  • ASA 1: Pasien sehat normal. Contoh: Sehat, tidak obesitas (indeks massa tubuh/IMT di bawah 30 kg/m2), pasien tidak merokok dengan toleransi olahraga yang baik
  • ASA 2: Pasien dengan penyakit sistemik ringan. Contoh: pasien tanpa keterbatasan fungsional dan memiliki penyakit yang terkontrol dengan baik, seperti hipertensi terkontrol, obesitas dengan IMT <35 kg/m2, dan perokok
  • ASA 3: Pasien dengan penyakit sistemik berat yang tidak mengancam jiwa. Contoh: pasien dengan keterbatasan fungsional karena penyakit, seperti hipertensi atau diabetes tidak terkontrol, obesitas morbid, penyakit ginjal kronis, penyakit bronkospastik dengan eksaserbasi intermiten, angina stabil, atau memiliki implant alat pacu jantung

  • ASA 4: Pasien dengan penyakit sistemik berat yang secara konstan dapat mengancam jiwa. Contoh: pasien dengan keterbatasan fungsional dari penyakit berat yang mengancam jiwa, seperti angina tidak stabil, infark miokard, atau stroke kurang dari 3 bulan sebelum tindakan
  • ASA 5: pasien kritis yang diperkirakan tidak akan bertahan hidup tanpa operasi. Pada kondisi ini, pasien diperkirakan tidak akan bertahan hidup lebih dari 24 jam berikutnya tanpa adanya tindakan pembedahan. Contohnya adalah ruptur aneurisma aorta abdominalis, trauma masif, dan perdarahan intrakranial ekstensif
  • ASA 6: Pasien mati batang otak yang organnya diambil dengan maksud untuk ditransplantasikan ke pasien lain

Penambahan “E” pada penulisan ASAPS (contoh ASA 3E) menunjukkan kebutuhan prosedur bedah darurat. ASA mendefinisikan keadaan darurat sebagai keadaan yang mana jika ada keterlambatan dalam perawatan atau tindakan akan menyebabkan peningkatan signifikan terhadap risiko kematian atau kerusakan bagian tubuh.[7]

Prosedur Kardiologi

Elektrokardioversi untuk terapi atrial fibrilasi membutuhkan prosedural sedasi dengan kedalaman ringan hingga sedang. Pemasangan pacemaker membutuhkan prosedural sedasi dengan kedalaman ringan hingga sedang.

Tindakan lain di bidang kardiologi yang berbasis kateter saat ini semakin berkembang dan semakin dipilih dikarenakan durasi yang lebih singkat. Tingkat sedasi dapat disesuaikan oleh ahli anestesi dengan mempertimbangkan stabilitas pasien dan kondisi komorbid yang dimiliki.[6]

Prosedur Gastroenterologi

Program skrining kanker pencernaan, termasuk kontrol berkala, membutuhkan sedasi dengan tingkat kedalaman sedang hingga dalam. Prosedur yang biasa dilakukan berupa endoskopi, ultrasonografi per endoskopi, endoscopy cholangiopancreatography retrograde (ERCP), endoskopi diseksi submukosal, endoskopi reseksi mukosal, dan ablasi. Tujuan sedasi pada prosedur adalah untuk meningkatkan akurasi prosedur dan imobilitas pasien yang mana dapat dicapai jika dilakukan sedasi dalam atau anestesi umum.[6]

Prosedur di Bidang Pulmonologi

Kombinasi dari bronkoskopi fleksibel dengan berbagai probe seperti brush, jarum, laser, cryo, dan ultrasonografi memungkinkan perkembangan bronkoskopi menjadi sarana terapeutik. Dalam tindakan tersebut, diperlukan manipulasi jalan napas sehingga pasien membutuhkan sedasi dalam.[6]

Prosedur Radiointervensi dan Neuroradiologi

Radiologi intervensi menggunakan pedoman gambar untuk memungkinkan prosedur minimal-invasif serta prosedur yang berbasis.  Prosedur seperti insersi kateter, pemasangan stent endovaskular, embolisasi jaringan, dan ablasi tumor walaupun termasuk minimal-invasif namun tetap dapat menyebabkan rasa nyeri yang hebat, sehingga dibutuhkan prosedural sedasi dan analgesia tingkat sedang hingga dalam.

Pemilihan sedasi dibanding anestesi umum memungkinkan pemantauan fungsi neurologi pasien secara lebih baik serta risiko fluktuasi hemodinamik yang lebih rendah.[6]

Ansiolisis dan Trauma

Pada banyak prosedur medis, rasa tidak nyaman dan cemas sering muncul pada pasien. Pada kondisi ini, prosedural sedasi ringan dapat dipilih. Pada pasien trauma, prosedural sedasi dan analgesia dapat mengurangi rasa tidak nyaman akibat nyeri.[8]

Prosedural Sedasi pada Bayi

Beberapa tindakan diagnostik dan terapeutik rutin dibutuhkan pada pasien bayi. Pemberian sedasi dengan tingkat kedalaman sedang selama prosedur sangatlah penting dikarenakan bayi memiliki tingkat kecemasan, agitasi, dan sensitivitas terhadap nyeri yang lebih tinggi.

Sebagai contoh, bayi yang hendak menjalani pemeriksaan CT scan atau MRI dapat diberikan sedasi terlebih dahulu agar lebih tenang ketika pemeriksaan berlangsung sehingga hasil pemeriksaan dapat lebih akurat.[8]

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. DrRiawati MMedPH

Referensi

2. Benzoni T, Cascella M. Procedural Sedation. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK551685/
4. American Society of Anesthesiologists. Committee on Quality Management and Departmental Administration. Continuum of Depth of Sedation: Definition of General Anesthesia and Levels of Sedation/Analgesia. 2019. https://www.asahq.org/standards-and-guidelines/continuum-of-depth-of-sedation-definition-of-general-anesthesia-and-levels-of-sedationanalgesia
6. van Haperen M, Preckel B, Eberl S. Indications, contraindications, and safety aspects of procedural sedation. Curr Opin Anaesthesiol. 2019 Dec;32(6):769-775. doi: 10.1097/ACO.0000000000000777. PMID: 31389805.
7. Doyle DJ, Goyal A, Bansal P, et al. American Society of Anesthesiologists Classification. [Updated 2021 Oct 9]. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2021 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK441940/

Pendahuluan Prosedural Sedasi
Kontraindikasi Prosedural Sedasi

Artikel Terkait

  • Pilihan Obat Rapid Sedation atau Rapid Tranquilizer untuk Pasien Gaduh Gelisah
    Pilihan Obat Rapid Sedation atau Rapid Tranquilizer untuk Pasien Gaduh Gelisah
  • Manfaat dan Risiko Preoksigenasi pada Induksi Anestesi
    Manfaat dan Risiko Preoksigenasi pada Induksi Anestesi
Diskusi Terkait
dr.Surya
26 Januari 2023
Pilihan obat dan dosis untuk sedasi pasien anak dan neonatus
Oleh: dr.Surya
4 Balasan
Izin bertanya dok. Untuk pasien anak maupun neonatus yang datang dengan desaturasi dan tidak perbaikan dengan terapi oksigen. Sehingga, perlu di lakukan...
dr.Surya
17 Januari 2023
Dosis obat sedasi dan pengencerannya
Oleh: dr.Surya
6 Balasan
Pagi dok. Izin bertanya dok mengenai penggunaan obat sedasi saat jaga IGD untuk melakukan intubasi. Cukup sering pasien datang dengan klinis yang berat dan...
Anonymous
24 November 2022
Keamanan pehacaine (lidocaine + epinephrine) untuk bedah minor pada jari
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Halo dok, salam sejahtera.Mohon advicenya terutama dari dokter bedah / dokter anestesi / sub-bagian yang biasanya terpapar sengan tindakan bedah. Izin dok,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.