Red Flags Nyeri Panggul

Oleh :
dr. Audrey Amily

Adanya red flags atau tanda bahaya nyeri panggul menandakan kondisi yang perlu ditangani segera, seperti fraktur patologis atau septic arthritis. Nyeri panggul sering ditemui pada praktik sehari-hari dan bisa dialami berbagai populasi usia ataupun profesi. Berbagai etiologi juga mendasari terjadinya nyeri panggul, seperti cedera pada daerah panggul dan inguinal, hingga adanya osteoarthritis yang umum dialami pasien lanjut usia.[1]

Sekilas Tentang Etiologi Nyeri Panggul

Nyeri panggul bisa muncul akibat kelainan dari berbagai macam anggota tubuh, termasuk tulang belakang, lutut, hingga abdomen. Penyebab dari nyeri panggul juga bisa dibedakan menjadi penyebab akibat trauma dan non-trauma. [2,3]

nyeripanggul

Etiologi Non-Trauma dan Trauma

Pada etiologi non-trauma, osteoarthritis menjadi etiologi tersering dari keluhan nyeri panggul. Penyebab non-trauma lain mencakup greater trochanteric pain syndrome atau bursitis trokanterik, rheumatoid arthritis, septic arthritis, hingga malignansi atau metastasis keganasan. Di sisi lain, penyebab trauma tersering adalah fraktur pelvis dan nekrosis avaskular.[2,3]

Etiologi Berdasarkan Lokasi Nyeri

Klasifikasi etiologi lain dari nyeri panggul berdasarkan lokasi dari nyeri yang dirasakan. Nyeri panggul biasanya terjadi pada 1 dari 3 lokasi berikut, yakni anterior, lateral, dan posterior.

Nyeri panggul bagian anterior umumnya disebabkan karena kelainan pada daerah intraabdominal atau intrapelvis. Nyeri panggul yang dirasakan di bagian lateral seringkali disebabkan adanya greater trochanteric pain syndrome atau bursitis trokanterik. Sementara itu, nyeri panggul posterior dihubungkan dengan adanya kondisi patologis pada area lumbal, jepitan nervus sciatica, serta impingement pada daerah ischiofemoral.[3,4]

Red Flags Nyeri Panggul

Adanya red flags atau tanda bahaya nyeri panggul memerlukan investigasi dan penanganan lanjutan. Red flags nyeri panggul yang perlu diperhatikan, yaitu:

  • Onset nyeri yang mendadak dan intensitas berat
  • Nyeri yang memburuk dengan cepat
  • Fraktur patologis
  • Nyeri yang diikuti dengan kelemahan motorik pada ekstremitas bawah
  • Massa di abdomen atau regio pelvis
  • Nyeri yang disertai dengan bengkak, kemerahan pada otot, serta bisa disertai atau tanpa demam. Gejala dapat mengarah ke septic arthritis atau osteomyelitis

  • Riwayat keganasan, seperti kanker payudara, kanker paru, kanker ginjal, dan kanker prostat

  • Nyeri panggul disertai dengan penurunan berat badan >10 kg dalam 3 bulan, hilangnya nafsu makan, dan lemas
  • Nyeri kronik (> 3 bulan) yang belum diketahui penyebabnya
  • Gambaran radiologi yang menunjukkan nekrosis avaskular[2,5-8]

Sekilas Tentang Manajemen Pasien dengan Tanda Bahaya Nyeri Panggul

Manajemen pasien dengan tanda bahaya nyeri panggul dimulai dari anamnesis serta pemeriksaan yang terarah untuk menentukan etiologi dan tata laksana yang sesuai.

Anamnesis

Anamnesis harus mencakup riwayat adanya displasia panggul selama perkembangan, aktivitas olahraga, dan riwayat cedera. Evaluasi juga riwayat keluarga dengan masalah panggul, dimana lokasi dan kualitas nyeri, serta faktor yang memberatkan dan meringankan nyeri.

Femoroacetabular impingement merupakan salah satu penyebab tersering dari nyeri panggul pada dewasa muda. Pasien biasanya datang dengan nyeri panggul dengan onset bertahap tanpa cedera spesifik. Sementara itu, pasien dengan robekan labral dapat mengeluhkan nyeri panggul anterior dan riwayat cedera yang berhubungan dengan olahraga, trauma, atau gerakan repetitif. Pasien juga bisa mengeluhkan bunyi klik yang terkait dengan aktivitas seperti menari, senam, basket, dan sepak bola.

Fraktur stres pada leher femur biasanya berkaitan dengan penggunaan berlebihan dan lebih banyak ditemukan pada wanita. Nekrosis avaskular kepala femur paling sering muncul pada dewasa yang lebih tua, dengan faktor risiko mencakup penggunaan alkohol, merokok, kortikosteroid sistemik, hemoglobinopati, kemoterapi, sindrom metabolik, dan obesitas.

Osteoarthritis panggul biasanya memiliki onset bertahap. Pasien mungkin mengalami nyeri saat duduk dan berjalan dalam waktu lama dan mungkin memiliki gaya berjalan antalgik.[2,5,8]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik sederhana pada pasien dengan nyeri panggul bisa dilakukan dengan melihat dan mengukur ada tidaknya perbedaan panjang dari kedua ekstremitas bawah, pemeriksaan palpasi pada area yang nyeri, massa dan tonus otot, serta kemungkinan adanya kontraktur otot.

Pemeriksaan fisik lanjutan yang dapat dilakukan adalah pemeriksaan terkait gait, kemampuan berdiri atau berjalan, koordinasi dan keseimbangan pasien, serta pemeriksaan range of motion (ROM) sendi panggul, tonus dan kekuatan motorik otot. Pada pemeriksaan fisik bisa didapatkan antalgic gait atau Trendelenburg gait. Selain itu, perlu untuk dilakukan pemeriksaan neurologi untuk menentukan ada tidaknya kelainan neurovaskular pada ekstremitas bawah.

Pada pasien dengan fraktur, pemeriksaan fisik biasanya menunjukkan ketidakmampuan untuk berjalan pada tungkai yang terkena. Dokter bisa melihat adanya kelainan posisi tungkai, misalnya rotasi eksternal dan abduksi tungkai pada posisi supinasi.[1,2,5]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang awal yang umum dilakukan adalah rontgen area panggul dan pelvis. Pemeriksaan penunjang lanjutan yang mungkin diperlukan adalah pemeriksaan MRI atau USG. Selain dari pemeriksaan radiologi, pemeriksaan darah bisa dilakukan jika dicurigai etiologi infeksi dari nyeri panggul.

Pada kasus osteoarthritis, akan tampak penyempitan celah sendi dan pembentukan osteofit pada pemeriksaan radiologi. Di sisi lain, nekrosis avaskuler stadium lanjut bisa tampak pada rontgen, tetapi deteksi pada stadium awal biasanya memerlukan MRI dan CT Scan.

Robekan labral bisa dilihat dengan MRI. Meskipun dahulu diperlukan kontras untuk mengevaluasi robekan labral, saat ini MRI 3-tesla terbaru sudah bisa mendeteksi robekan labral tanpa kontras. Sementara itu, fraktur stres leher femur biasanya sulit dilihat dari rontgen dan akan memerlukan MRI.[2,3,5]

Tata Laksana

Menentukan etiologi pasti menjadi kunci utama dalam penatalaksanaan nyeri panggul. Penatalaksanaan medikamentosa yang umumnya digunakan terkait dengan nyeri panggul adalah pemberian analgesik, seperti diklofenak oral. Pada kasus dengan derajat nyeri lebih berat, dapat diberikan opioid.

Kebanyakan fraktur panggul memerlukan koreksi dan fiksasi bedah. Pada osteoarthritis, pemberian analgesik atau kortikosteroid intraartikular mungkin bisa bermanfaat, tetapi penggantian sendi panggul juga bisa diperlukan pada beberapa kasus.

Pada nekrosis avaskular dini, perawatan non-bedah seperti modifikasi aktivitas, obat antiinflamasi, dan terapi fisik mungkin bisa membantu mengurangi gejala dan memperlambat perkembangan penyakit. Meski demikian, kondisi ini bersifat kondisi progresif dan seringkali membutuhkan pembedahan.[2,5,7-9]

Referensi