Red Flag Keringat Malam

Oleh :
Sunita

Identifikasi red flag atau tanda bahaya pada pasien dengan keringat malam penting dilakukan agar klinisi dapat menentukan tata laksana yang cepat sesuai etiologi dan risiko masing-masing pasien. Keringat malam dapat disebabkan oleh penyakit yang tidak berbahaya, tetapi juga dapat ditimbulkan oleh kondisi serius yang membutuhkan penanganan lebih lanjut.

Secara umum, keringat malam adalah produksi keringat berlebihan di malam hari yang tidak disebabkan oleh faktor lingkungan seperti cuaca panas. Namun, hingga saat ini belum ada konsensus tentang kriteria standar keringat malam.[1,2]

shutterstock_502529713-min

Sekilas tentang Etiologi Keringat Malam

Keringat malam dapat disebabkan oleh penyakit infeksi sederhana maupun infeksi yang lebih kompleks, seperti tuberkulosis (TB) dan HIV. Data prevalensi keringat malam pada pasien tuberkulosis menunjukkan bahwa gejala ini lebih banyak ditemukan pada pasien TB usia dewasa muda, pasien TB ekstrapulmoner, dan pasien koinfeksi TB-HIV.

Keringat malam juga dapat disebabkan oleh keganasan (contohnya limfoma Hodgkin, limfoma non-Hodgkin, kanker paru) dan oleh obat tertentu, misalnya terapi hormonal untuk kanker prostat. Selain itu, keringat malam juga dapat disebabkan oleh menopause, hipertiroidisme, dan kecemasan.[1,2]

Red Flags pada Pasien Keringat Malam

Berikut ini adalah sejumlah red flags yang perlu dikenali pada pasien dengan keringat malam dan penyakit yang mungkin menjadi etiologinya:

  • Penurunan berat badan signifikan tanpa sebab yang jelas: kondisi ini mungkin menandakan limfoma, keganasan lain, HIV, tuberkulosis, atau hipertiroidisme
  • Limfadenopati: kondisi ini mungkin menandakan limfoma, tuberkulosis, infeksi bakteri lain, atau infeksi jamur
  • Batuk dan hemoptisis: kondisi ini mungkin menandakan tuberkulosis, kanker paru, atau histoplasmosis
  • Hematuria: kondisi ini mungkin menandakan kanker uroepitelial, karsinoma sel ginjal, atau vaskulitis
  • Melena dan hematokezia: kondisi ini mungkin menandakan kanker lambung atau kanker kolon

  • Ruam: kondisi ini mungkin menandakan HIV, sifilis, atau vaskulitis
  • Radang sendi: kondisi ini mungkin menandakan penyakit reumatologi, HIV, atau endokarditis

  • Diare: kondisi ini mungkin menandakan tumor karsinoid, hipertiroidisme, infeksi usus, atau penyakit radang usus
  • Palpitasi: kondisi ini mungkin menandakan feokromositoma, hipertiroidisme, atau efek obat tertentu
  • Sesak napas: kondisi ini mungkin menandakan tumor karsinoid, kanker paru, efusi perikardium, atau efusi pleura[1,3-6]

Sekilas tentang Manajemen Pasien dengan Red Flags Keringat Malam

Penentuan tata laksana lebih lanjut perlu diawali dengan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang yang terarah agar etiologi dapat dipastikan.

Anamnesis

Pertanyaan mengenai suhu ruangan penting untuk membedakan keringat malam yang patologis dari keringat malam yang fisiologis akibat suhu ruangan panas. Dokter juga perlu menanyakan berapa lama keringat malam telah terjadi, apakah pasien demam, dan apakah demam persisten tanpa sebab yang jelas.

Dokter juga dapat menanyakan faktor risiko tuberkulosis seperti riwayat kontak dengan penderita tuberkulosis dan faktor risiko HIV seperti riwayat penggunaan narkoba suntik, transfusi darah berulang, hemodialisis, perilaku seksual berisiko tinggi, dan riwayat infeksi menular seksual.

Apabila pasien memiliki riwayat penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, tidak bernafsu makan, limfadenopati, hematuria, hematokezia, benjolan payudara, benjolan testis, atau perdarahan pascamenopause, diagnosis keganasan dapat dipikirkan.

Riwayat penggunaan obat-obatan dan riwayat psikiatri seperti kecemasan juga perlu ditanyakan. Bila pasien dicurigai menopause, dokter juga dapat menanyakan riwayat hot flush, perubahan mood, dan kekeringan vagina.[1,2]

Pemeriksaan Fisik

Suhu tubuh dan berat badan pasien perlu diukur untuk menentukan demam dan penurunan berat badan. Dokter juga dapat mengamati ada tidaknya perubahan warna kulit akibat flushing yang dapat menandakan kelainan hormon tiroid atau menopause. Kondisi ini dapat memiliki predileksi pada kulit wajah, leher, dan dada bagian atas, serta meluas ke telapak tangan dan kaki.

Bila ada kecurigaan etiologi paru seperti tuberkulosis, pneumonia, dan efusi, perkusi dan auskultasi toraks wajib dilakukan. Bila ada kecurigaan tumor abdomen, lakukan palpasi abdomen untuk mencari massa. Pemeriksaan palpasi untuk kelenjar limfa juga perlu dilakukan pada pasien dengan keringat malam.[1,2]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang yang dapat dipertimbangkan pada pasien dengan keringat malam mencakup pemeriksaan darah lengkap, laju endap darah (LED), dan thyroid stimulating hormone (TSH). Apabila diperlukan, pemeriksaan bakteri tahan asam (BTA) sputum dan pemeriksaan HIV juga dapat dilakukan. Pencitraan seperti rontgen toraks atau USG abdomen juga dapat dilakukan bila perlu.

Kultur darah dapat dipertimbangkan bila pasien dicurigai mengalami endokarditis. Pasien dengan peningkatan LED dan hasil kultur darah positif sangat mungkin mengalami endokarditis sehingga rujukan lebih lanjut ke dokter spesialis jantung untuk ekokardiografi sangat disarankan.[7-9]

Kasus keringat malam dengan red flag yang masih tidak dapat ditentukan etiologinya setelah pemeriksaan dasar dan membutuhkan CT scan atau MRI lebih lanjut sebaiknya dirujuk ke fasilitas kesehatan lebih lengkap. Penatalaksanaan akan tergantung pada etiologi yang berhasil ditemukan.[1]

Referensi