Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Diagnosis Perforasi Membran Timpani general_alomedika 2020-10-06T15:34:36+07:00 2020-10-06T15:34:36+07:00
Perforasi Membran Timpani
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Pentalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Perforasi Membran Timpani

Oleh :
dr. Virly Isella
Share To Social Media:

Diagnosis perforasi membran timpani dapat ditegakkan melalui pemeriksaan otoscopy. Pada anamnesis dan pemeriksaan fisik, biasanya ditemukan manifestasi klinis berupa otorea, tinitus, dan gangguan pendengaran.

Anamnesis

Gejala yang ditimbulkan oleh perforasi membran timpani bervariasi, tergantung pada etiologi yang mendasari. Manifestasi yang sering dijumpai adalah otorea (terkadang disertai darah), tinitus, gangguan pendengaran, sensasi penuh pada telinga, dan vertigo. Keluhan tinitus dan vertigo dapat ditemukan bila ada keterlibatan telinga bagian dalam.[2,3]

Perforasi membran timpani tanpa komplikasi tidak disertai dengan otalgia. Adanya otalgia menandakan proses penyakit ini sedang berlangsung.

Sebagian besar kasus perforasi didahului dengan otitis media berulang dengan gejala demam, otalgia, dan gejala infeksi saluran pernapasan atas sebelumnya.

Pada kasus noninfeksi, perlu ditanyakan mengenai riwayat perubahan tekanan atau trauma lainnya. Pada kasus trauma, manifestasi yang sering ditemukan adalah nyeri berat yang muncul tiba-tiba, gangguan pendengaran, tinitus, fistula perilimfe, dan cedera nervus fasial.[1,5]

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan fisik pada kasus perforasi membran timpani dilakukan dengan menggunakan otoskop untuk mempermudah visualisasi membran timpani. Pada beberapa kasus, membran timpani tidak dapat terlihat karena impaksi serumen, eksostosis (pertumbuhan tulang abnormal pada saluran telinga), atau benda asing. Impaksi serumen perlu dibersihkan terlebih dahulu sebelum otoscopy dilakukan.

Sebagian besar kasus perforasi membran timpani dapat ditegakkan dengan temuan membran timpani yang ruptur/tidak intak.[2,5,7]

Berdasarkan lokasi anatomi, perforasi membran timpani dapat dibagi menjadi tipe sentral, marginal, dan atik. Pada tipe sentral, perforasi terletak pada bagian pars tensa dengan bagian annulus intak. Sedangkan pada tipe marginal, terdapat destruksi anulus dan sulkus timpani, dan pada tipe atik perforasi terletak pada pars flaksida.[1,4]

Sebuah studi oleh Naylor et al melaporkan temuan pemeriksaan berupa “otoscope fogging, yaitu pembentukan kondensasi pada lapang pandang otoskop saat otoscopy.

Gambaran ini terjadi karena celah perforasi menyebabkan udara hangat yang berasal dari nasofaring dapat berpindah menuju telinga tengah dan kemudian ke telinga bagian luar. “Otoscope fogging” dapat memberikan manfaat dalam diagnosis perforasi yang tersembunyi yang tidak terlihat dengan visualisasi.[2,13]

Diagnosis Banding

Perforasi membran timpani biasanya mudah diidentifikasi berdasarkan riwayat perjalanan penyakit dan pemeriksaan fisik. Namun, beberapa kondisi lain perlu dipertimbangkan saat mengevaluasi perforasi membran timpani. Diagnosis banding perforasi membran timpani adalah:

Otitis Eksterna

Otitis eksterna sering kali menunjukkan manifestasi berupa otorea, sehingga perlu dibedakan dengan perforasi membran timpani yang dapat terjadi akibat otitis media supuratif kronis. Pada otitis eksterna, didapatkan nyeri tragus dan eritema pada saluran telinga. Otoscopy akan menunjukkan gambaran ruptur membran timpani pada kasus perforasi, tetapi edema pada KAE akibat otitis eksterna sering kali menyebabkan membran timpani sulit untuk dinilai.

Otitis Media Akut

Otalgia merupakan salah satu manifestasi klinis yang menonjol pada kasus otitis media akut. Selain itu, dapat juga terjadi demam, muntah, anoreksia, dan tidur yang terganggu akibat rasa nyeri. Pemeriksaan otoscopy pada otitis media akut dapat menunjukkan gambaran membran timpani yang merah, bulging, atau mengalami perforasi, tergantung pada stadium otitis media.

Kolesteatoma

Pada kolesteatoma, dapat dijumpai otorea yang tidak nyeri. Kolesteatoma yang telah mengerosi bagian osikular dapat menyebabkan gangguan pendengaran yang persisten dan berat. Pada pemeriksaan otoscopy, dapat ditemukan debris keratin berwarna putih yang berada di membran timpani kuadran posterosuperior.[2,14-16]

Pemeriksaan Penunjang

Perforasi membran timpani biasanya dapat ditegakkan dengan otoscopy. Apabila saat pemeriksaan ruptur membran timpani tidak terlihat jelas, pneumatic otoscopy dan timpanometri dapat digunakan untuk melihat perforasi.

Timpanometri

Timpanometri bertujuan untuk mengukur gelombang suara yang dialirkan menuju telinga tengah di bawah kondisi perubahan tekanan udara. Pada membran timpani yang intak, tekanan udara akan sama pada kedua sisi membran dan transmisi energi bunyi terjadi maksimal. Hal ini akan menghasilkan gambaran memuncak pada timpanometri.

Apabila perforasi terjadi, energi bunyi akan ditransmisikan melalui lubang pada membran timpani, sehingga akan didapatkan gambaran timpanometri datar. Pemeriksaan ini dapat dilakukan bila perforasi tidak tampak melalui pemeriksaan otoscopy.[2,17]

Otomikroskopi

Pemeriksaan ini digunakan untuk mengidentifikasi perforasi yang berukuran kecil. Pada beberapa kasus, pemeriksaan menggunakan otomikroskopi masih belum dapat menegakkan diagnosis perforasi.[2,5]

Audiometri

Pemeriksaan audiometri dilakukan untuk mengidentifikasi gangguan pendengaran> Audiometri perlu dilakukan saat diagnosis perforasi ditegakkan dan sebelum dilakukan tindakan rekonstruksi membran timpani. Pemeriksaan audiometri pada perforasi membran timpani umumnya menunjukkan tuli konduktif. Gangguan yang mencapai 30 dB mengindikasikan adanya gangguan pada bagian osikular.[5]

Pencitraan

Pencitraan bukan merupakan pemeriksaan rutin untuk mendiagnosis perforasi membran timpani dan hanya digunakan bila terdapat komplikasi berupa kolesteatoma atau kecurigaan destruksi tulang osikular.[5]

Referensi

1. Durack DT, Street AC. Fever of unknown origin—reexamined and redefined. Curr Clin Top Infect Dis 1991; 11:35–51.
2. Petersdorf RG, Beeson PB. Fever of unexplained origin: report on 100 cases. Medicine (Baltimore) 1961;40:1–30.
3. F. M. Fusco, R. Pisapia et al. Fever of unknown origin (FUO): which are the factors influencing the final diagnosis? A 2005-2015 systematic review. BMC Infectious Diseases (2019) 19:653
4. Mourad O, Palda V, Detsky AS. A comprehensive evidence-based approach
to fever of unknown origin. Arch Intern Med. 2003;163:545–51.
5. Gaeta GB, Fusco FM, Nardiello S. Fever of unknown origin: a systematic review of the literature for 1995-2004. Nucl Med Commun. 2006;27(3):205–11.
7. Beresford RW, Gosbell IB. Pyrexia of unknown origin: causes, investigation and management. Royal Australian College of Physicians. 2016: 1011-1016.
13. I. Brown, N. A. Finnigan. Fever of Unknown Origin (FUO). Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2020. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK532265/#_NBK532265_pubdet_
14. M. R. Karyanti. Fever of Unknown Origin. Sari Pediatri, 2019;21(3):202-6
15. D. Latupeirissa. Demam Berkepanjangan pada Anak di RSUP Fatmawati Tahun 2008-2010. Sari Pediatri, 2012;14(4):241-5.
16. Army Bakry B, Roland Tumbelaka A, Chair I. Etiologi dan karakteristik demam berkepanjangan pada anak di RS Dr. Cipto Mangunkusumo Jakarta. Sari Pediatri 2008;10:83-8.
17. K. Hayakawa, B. Ramasamy, P. H. Chandrasekar. Fever of Unknown Origin: An Evidence-Based Review. [Am J Med Sci 2012;344(4):307–316.]

Epidemiologi Perforasi Membran T...
Pentalaksanaan Perforasi Membran...

Artikel Terkait

  • Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
    Pendekatan Diagnosis Tuli Mendadak
  • Agen Pembunuh Serangga dan Kutu dalam Kanal Telinga
    Agen Pembunuh Serangga dan Kutu dalam Kanal Telinga
  • Metode Parent’s Kiss untuk Mengeluarkan Benda Asing dari Hidung Anak
    Metode Parent’s Kiss untuk Mengeluarkan Benda Asing dari Hidung Anak
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 20:30
Abses
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokPasien laki” usia 65 th dengan keluhan bisul di ketiak kiri sejak kurang lebih satu bulan yang lalu, semakin lama semakin membesar. Pasien sempat...
dr.Yulius Widjaya
Kemarin, 16:34
Sertifikat yg tak ada tanda tgn para pelaksana
Oleh: dr.Yulius Widjaya
7 Balasan
Hari ini saya mengikuti Webinar Def.zat besi kenali faktor resiko & strategi pencegahan.Telah mengikuti post test & dinyatakan lulus sertifikat dikirim tapi...
Anonymous
Kemarin, 10:15
Obat eye drop yang aman untuk anak usia 1 tahun
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter, pasien laki-laki usia 1 tahun dengan mata merah karena kelilipan. Obat apa yang sekiranya aman untuk meredakan mata merah pada anak usia 1 tahun...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.