Mengetahui agen yang efektif sebagai pembunuh serangga dan kutu pada kanal telinga adalah hal yang penting. Hal ini dikarenakan masuknya serangga dan kutu ke dalam kanal akustikus eksternus (KAE) merupakan kasus yang cukup sering ditemukan. Kondisi ini dapat menyebabkan otalgia, tinnitus, otorea, pendarahan, hingga distres emosional bagi penderitanya. Dalam beberapa kasus dilaporkan terjadi komplikasi berupa parese nervus fasial yang disebabkan oleh neurotoksin pada saliva kutu.[1–3]
Mengeluarkan serangga dan kutu yang masih hidup dari dalam KAE lebih sulit dilakukan karena keduanya akan melekat pada KAE. Pergerakan dan gigitannya juga dapat akan menyebabkan kepala sulit difikisasi serta melukai dinding KAE dan membran timpani, sehingga menimbulkan nyeri. Selain itu, pemberian tekanan yang berlebihan saat mencoba mengeluarkan serangga dan kutu hidup juga berisiko menularkan mikroba ke pasien. Beberapa literatur melaporkan kejadian otoacariasis, yaitu manifestasi kutu yang berkembang biak di dalam KAE.[1,2]
Tatalaksana awal yang perlu dilakukan sesegera mungkin adalah membunuh serangga yang masuk ke dalam KAE. Hal ini bertujuan untuk mengurangi distres, mencegah penularan infeksi, menghindari komplikasi sekunder, dan mempermudah pengeluaran serangga. Namun, hingga saat ini masih menjadi perdebatan terkait agen yang paling efektif untuk hal ini. Agen yang ideal diharapkan dapat memberikan potensi anestesi, mengurangi edema KAE, memiliki toksisitas yang rendah, dan tersedia secara luas di fasilitas kesehatan.[1,4]
Kecoak adalah serangga yang paling sering ditemukan sebagai benda asing pada KAE. Agen-agen yang telah dilaporkan pada berbagai literatur dapat membunuh atau melemahkan serangga, diketahui tidak memiliki efektifitas yang sama untuk kutu. Untuk itu, sebelum melakukan tindakan, penting untuk membedakan antara serangga atau kutu di dalam KAE.[1,4]
Agen Pembunuh Serangga
Pada masa lalu, minyak mineral digunakan secara luas sebagai agen pembunuh serangga di dalam KAE. Namun, beberapa panduan mulai melaporkan bahwa penggunaan lidokain 2-4% dapat menyebabkan paralisis pada serangga, sehingga ekstraksi dari KAE lebih mudah dilakukan dibandingkan minyak mineral yang lebih kental.[5]
Kecoak adalah serangga yang paling sering ditemukan pada kasus benda asing di telinga. Minyak mikroskop (minyak mineral yang telah mengalami penyaringan) dan lidokain 2-4% dapat membunuh kecoak dalam waktu kurang dari 60 detik. Apabila tidak tersedia lidokain, maka dapat menggunakan gliserin atau kloroform. Agen lain seperti isopropil alkohol, air, suksinilkolin, dan hidrogen peroksida diketahui tidak efektif untuk membunuh kecoak.[2,5]
Antonelli et al menemukan bahwa minyak mikroskop dan agen antiseptik (etanol 95%, isopropyl alkohol 70%, klorheksidin, betadine, cuka, air sabun, dan hidrogen peroksida 3%) merupakan insektisida yang lebih poten dibandingkan agen anestesi seperti lidokain, terlepas dari target spesies serangga. Namun, lidokain memiliki potensi anestesi yang dapat membuat proses ekstraksi lebih nyaman. Meskipun demikian, agen-agen tersebut ditemukan tidak memiliki efektivitas yang sama dalam melemahkan atau bahkan membunuh kutu.[4]
Agen Pembunuh Kutu
Penting untuk mengetahui agen yang memiliki potensi optimal untuk membunuh kutu pada kanal telinga. Hal ini dikarenakan beberapa literatur melaporkan bahwa secara umum kutu resisten terhadap cairan pembunuh serangga yang banyak digunakan pada layanan kesehatan. Lidokain, yang banyak direkomendasikan sebagai agen pembunuh serangga di dalam KAE, ditemukan tidak potensial untuk membunuh atau menyebabkan paralisis pada kutu. Studi terdahulu menyatakan bahwa nimfa dan kutu dewasa dilaporkan tetap aktif setelah aplikasi lidokain.[1]
Etanol dan isopropil alkohol dilaporkan efektif dalam membunuh hampir semua jenis kutu. Tetapi, keduanya membutuhkan waktu dua kali lebih panjang dalam membunuh kutu, dibandingkan aseton. Selain itu, etanol 70% dapat menyebabkan eritema dan edema ringan pada mukosa telinga tengah. Sedangkan isopropyl alkohol 90-95% meskipun dapat digunakan sebagai profilaksis otitis eksterna, dapat mengeringkan KAE serta menyebabkan iritasi lokal. Kedua cairan tersebut juga memiliki potensi ototoksisitas. [1]
Aseton secara signifikan bekerja lebih cepat dibandingkan etanol atau isopropil alkohol, serta ditemukan efektif terhadap mayoritas kutu. Aseton dilaporkan mampu membunuh semua nimfa dan kutu dewasa dalam 30 detik hingga 10 menit. Selain efektif, aseton juga dilaporkan memiliki toksisitas yang rendah. Aseton tidak memiliki potensi mutagenik atau karsinogenik apabila mengenai kulit. Paparan akut aseton terhadap kulit dapat ditoleransi dengan baik, sedangkan paparan kronis aseton terhadap kulit dilaporkan dapat menyebabkan dermatitis kontak iritan.[1]
Belum banyak penelitian mengenai potensi ototoksisitas dari aseton. Penggunaan aseton harus dilakukan dengan hati-hati apabila terdapat kecurigaan membran timpani yang tidak intak, atau adanya potensi perforasi membran timpani oleh gigitan serangga. Meskipun aseton berevaporasi dengan sangat cepat, irigasi KAE dengan cairan steril setelah ekstraksi selesai dilakukan dapat meminimalisasi efek samping dari aseton.[1]
Kesimpulan
Pada saat menemukan benda asing yang hidup di dalam KAE, perlu untuk membedakan apakah itu adalah serangga atau kutu. Hal ini disebabkan keduanya memerlukan tatalaksana yang berbeda. Serangga atau kutu yang masih hidup di dalam KAE sebaiknya dilemahkan atau dibunuh terlebih dahulu dengan agen pembunuh, sebelum dikeluarkan dari dalam KAE. Hal ini bertujuan untuk menghindari komplikasi yang mungkin ditimbulkan pada KAE. Lidokain secara umum ditemukan paling efektif untuk menangani serangga dalam KAE. Untuk kutu, aseton dilaporkan sebagai agen pembunuh yang paling efektif dan cepat. Selain itu, aseton juga memiliki risiko efek samping yang sangat rendah.