Diagnosis Pseudogout
Diagnosis pseudogout perlu dicurigai pada pasien yang mengalami artritis akut monoartikular atau oligoartikular, terutama pada sendi besar, dengan onset mendadak. Keluhan biasanya disertai pembengkakan, kemerahan, dan nyeri.
Konfirmasi diagnosis dilakukan melalui analisis cairan sinovial dengan mikroskop polarisasi, yang menunjukkan keberadaan kristal kalsium pirofosfat dihidrat. Radiografi sendi dapat membantu mendeteksi kondrokalsinosis sebagai temuan pendukung, meskipun sensitivitasnya terbatas.
Pemeriksaan tambahan, seperti ultrasonografi atau CT-scan, dapat dipertimbangkan untuk mendeteksi kristal pada kasus tertentu. Selain itu, evaluasi faktor predisposisi, seperti hiperparatiroid, harus dilakukan untuk mendukung diagnosis.[1,4]
Anamnesis
Pada anamnesis pasien pseudogout, gejala utama yang perlu digali adalah onset artritis akut yang mendadak, biasanya mengenai satu atau beberapa sendi besar seperti lutut, pergelangan tangan, atau pergelangan kaki. Nyeri sendi biasanya hebat, disertai pembengkakan, kemerahan, dan keterbatasan gerak.
Pasien dapat mengeluhkan rasa kaku dan nyeri tekan pada sendi yang terkena. Riwayat kekambuhan gejala serupa juga penting ditanyakan, karena pseudogout dapat berulang dengan pola serangan yang menyerupai gout. Penting juga untuk menilai faktor risiko yang terkait dengan deposisi kristal kalsium pirofosfat, termasuk riwayat hiperparatiroid, hemokromatosis, dan hipomagnesemia.[1,4,8]
Pseudogout Akut
Pseudogout akut atau acute calcium pyrophosphate deposition merupakan bentuk paling dikenal dari penyakit deposisi kalsium pirofosfat (CPPD). Manifestasi pseudogout akut berupa onset mendadak dari monoartritis atau oligoartritis yang disertai gejala inflamasi seperti teraba hangat, eritema, dan pembengkakan pada sendi yang terkena.
Serangan ini sering menyerupai gout akut atau artritis septik secara klinis, sehingga diagnosis definitif memerlukan analisis cairan sinovial. Gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan keluhan konstitusional juga dapat menyertai. Pseudogout akut dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Jenis ini menyumbang sekitar 25% dari seluruh kasus CPPD.[8]
Pseudogout Kronik
Pseudogout kronik memiliki beberapa fenotipe klinis, tetapi yang paling umum menyerupai osteoarthritis poliartikular. Gejalanya berupa flare inflamasi disertai kerusakan sendi yang berat, dengan distribusi sendi yang tidak lazim untuk osteoarthritis biasa, seperti sendi glenohumeral, pergelangan tangan, dan sendi metakarpofalangeal.[8]
Pseudo-Osteoarthritis (Pseudo-OA)
Pseudo-OA merujuk pada kondisi artritis degeneratif yang disertai deposisi kristal kalsium pirofosfat (CPP) atau BCP (basic calcium phosphate) pada kartilago sendi, terutama pada fase lanjut osteoarthritis. Sendi yang sering terlibat meliputi lutut, metakarpofalangeal, pergelangan tangan, dan bahu.[8]
Chondrocalcinosis Asimtomatik
Chondrocalcinosis asimtomatik merupakan penemuan radiologis berupa kalsifikasi patologis pada kartilago, yang sering dijumpai secara insidental pada pasien lansia (>80 tahun) atau mereka yang memiliki riwayat trauma sendi. Kondisi ini biasanya tidak disertai gejala klinis dan dianggap tidak memiliki signifikansi klinis langsung.
Namun, studi menunjukkan bahwa individu dengan chondrocalcinosis memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami keluhan sendi dibandingkan kelompok kontrol tanpa kalsifikasi tersebut, meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami.[8]
Manifestasi Langka
Beberapa manifestasi langka dari pseudogout mencakup deposisi kristal pada jaringan spinal seperti diskus intervertebralis dan ligamen. Crowned dens syndrome, misalnya, disebabkan oleh akumulasi kristal kalsium pirofosfat di sekitar vertebra C2 dan menimbulkan nyeri leher hebat, demam, serta peningkatan penanda inflamasi, yang sering salah didiagnosis sebagai meningitis atau sepsis.[8]
Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan status lokalis sendi yang terlibat harus dilakukan. Sendi dapat tampak eritema, edema, dengan palpasi teraba hangat dan terdapat nyeri tekan, range of movement (ROM) dapat berkurang. Namun, pemeriksaan fisik saja sulit untuk membedakan pseudogout dengan penyakit artritis lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan penunjang tambahan. Dokter dapat menggunakan pedoman kriteria diagnosis yang dikeluarkan oleh ACR/EULAR untuk penegakkan diagnosis.[4]
Kriteria Diagnosis
Kriteria klasifikasi pseudogout atau penyakit deposisi kalsium pirofosfat (calcium pyrophosphate deposition/CPPD) digunakan pada urutan berikut:
- Pasien bisa diinklusikan mengalami CPPD jika pernah mengalami setidaknya satu episode keluhan nyeri sendi, bengkak, atau nyeri pada palpasi.
- Pasien dieksklusikan absolut jika semua gejala dapat dijelaskan oleh kondisi lain seperti rheumatoid arthritis, gout, artritis psoriasis, osteoarthritis, dan lainnya.
- Pasien dianggap mencukupi untuk diagnosis CPPD jika mengalami setidaknya satu dari: (a) Sindrom crowned dens, atau (b) Hasil analisis cairan sinovial menunjukkan kristal kalsium pirofosfat pada sendi yang bengkak, nyeri palpasi atau keluhan nyeri.
Jika tidak ada kriteria mencukupi yang dipenuhi, pasien diklasifikasikan sebagai CPPD jika jumlah skor dari klasifikasi di Tabel 1 adalah >56 poin. Skor di Tabel 1 dapat diberikan nilai jika pernah dialami pasien selama hidupnya. Jika pasien memenuhi >1 kriteria pada tiap domain, hanya kriteria dengan poin tertinggi yang dinilai.
Tabel 1. Kriteria Diagnosis Pseudogout atau Penyakit Calcium Pyrophosphate Deposition (CPPD)
Domain dan level | Poin | |
A | Usia onset gejala sendi (nyeri, bengkak, dan/atau nyeri palpasi) | |
≤60 tahun | 0 | |
>60 tahun | 4 | |
B | Durasi waktu dan gejala artritis | |
Tidak ada artritis persisten atau tipikal | 0 | |
Artritis persisten | 9 | |
1-episode artritis akut tipikal | 12 | |
Lebih dari 1-episode artritis akut tipikal | 16 | |
C | Lokasi tipikal artritis pada sendi perifer | |
Sendi metatarsophalangeal (MTPJ) 1 | -6 | |
Tidak ada episode tipikal | 0 | |
Sendi selain pergelangan tangan, lutut, atau MTPJ 1 | 5 | |
Pergelangan tangan | 8 | |
Lutut | 9 | |
D | Penyakit metabolik terkait | |
Tidak ada | 0 | |
Ada | 6 | |
E | Analisis kristal cairan sinovial dari sendi yang bergejala | |
Kristal CPP tidak ada pada ≥2 kejadian | -7 | |
Kristal CPP tidak ada pada 1 kejadian | -1 | |
Tidak dilakukan | 0 | |
F | Osteoarthritis tangan atau pergelangan pada pencitraan (didefinisikan sebagai ada jika skor Kellgren dan Lawrence adalah ≥2) | |
Tidak ada temuan | 0 | |
Sendi radiokarpal bilateral | 2 | |
≥2 dari sendi berikut: osteoarthritis sendi scaphotrapeziotrapezoid tanpa osteoarthritis sendi karpometakarpal 1; osteoarthritis sendi metakarpofalangeal 2; osteoarthritis sendi metakarpofalangeal 3 | 7 | |
G | Bukti pencitraan CPPD pada sendi perifer | |
Tidak ditemukan pada USG, CT, atau DECT (tidak ditemukan atau tidak dilakukan radiografi konvensional) | -4 | |
Tidak ditemukan pada radiografi konvensional (dan USG, CT, DECT tidak dilakukan) | 0 | |
Ditemukan pada radiografi konvensional, USG, CT, atau DECT | 16 | |
H | Jumlah sendi perifer dengan gambaran CPPD pada modalitas pencitraan apapun tanpa mempertimbangkan gejala | |
Tidak ada | 0 | |
1 | 16 | |
2-3 | 23 | |
≥4 | 25 |
Sumber: dr. Siti Solichatul Makkiyyah, Alomedika, 2025.[4]
Diagnosis Banding
Pseudogout memiliki beberapa diagnosis banding, yakni gout dan rheumatoid arthritis.
Gout
Diagnosis banding gout dan pseudogout dibedakan melalui analisis mikroskopis cairan sinovial. Gout menunjukkan kristal monosodium urat di bawah mikroskop polarisasi, sedangkan pseudogout menunjukkan kristal kalsium. Selain itu, gout lebih sering menyerang sendi metatarsofalangeal pertama, sedangkan pseudogout lebih sering mengenai sendi besar.[9]
Rheumatoid Arthritis
Pseudogout dapat dibedakan dari rheumatoid arthritis melalui identifikasi kristal kalsium pirofosfat di cairan sinovial dengan mikroskopi polarisasi, sedangkan rheumatoid arthritis menunjukkan faktor reumatoid atau anti-CCP positif dan gambaran sinovitis kronik tanpa kristal.
Selain itu, pola keterlibatan sendi pada pseudogout sering lebih asimetris dan melibatkan sendi-sendi atipikal seperti pergelangan tangan dan glenohumeral, berbeda dengan rheumatoid arthritis yang lebih simetris dan dominan pada sendi kecil tangan.[10]
Ankylosing Spondylitis
Ankylosing spondylitis umumnya menyerang sendi aksial seperti sakroiliaka dan tulang belakang dengan onset bertahap pada usia muda, disertai kekakuan punggung bawah yang membaik dengan aktivitas. Sebaliknya, pseudogout lebih sering menyerang sendi perifer besar seperti lutut atau pergelangan tangan pada usia lanjut, dengan temuan khas kristal kalsium pirofosfat di cairan sinovial.[11]
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosis pseudogout adalah analisis cairan sinovial menggunakan mikroskop polarisasi, yang dapat mengidentifikasi kristal kalsium pirofosfat di dalam cairan sendi. Kristal ini berbentuk romboid dan menunjukkan birefringence positif yang lemah, membedakannya dari kristal monosodium urat pada gout.
Selain itu, radiografi sendi dapat membantu dengan mendeteksi adanya kalsifikasi pada kartilago (chondrocalcinosis), meskipun tidak selalu berkorelasi langsung dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan tambahan seperti ultrasonografi atau CT scan dapat digunakan untuk mendeteksi deposit kristal yang tidak terlihat pada radiografi konvensional, terutama pada kasus atipikal.[1,4,8]
Analisis Cairan Sendi
Pasien yang dicurigai mengalami deposisi kristal pada sendi, perlu menjalani artrosentesis untuk analisis cairan sendi. Konfirmasi diagnostik pseudogout dilakukan jika didapat kristal romboid pada cairan sendi yang tampak di bawah mikroskop terpolarisasi. Kristal ini biasanya menunjukkan birefringence positif. Tidak adanya hasil positif pada analisis cairan sendi tidak mengeksklusikan diagnosis.[1,8]
Modalitas Pencitraan
Pada kriteria diagnosis yang dikeluarkan oleh ACR/EULAR diperlukan konfirmasi diagnosis berupa modalitas pencitraan yang menunjukkan adanya deposit kalsium pirofosfat pada area sendi, yang sering disebut dengan kondrokalsinosis. Evaluasi pencitraan dilakukan pada tiga area utama, yaitu evaluasi kalsifikasi pada kartilago fibrosa atau hialin, membran sinovial atau kapsul sendi, dan tendon.[1,12]
Radiografi Konvensional:
Pemeriksaan radiografi konvensional pada ketiga area akan menunjukkan gambaran opasitas linier atau punktata (titik) yang berbeda dari deposit radio-opak berbentuk nummular (bulat) akibat deposit kristal BCP (basic calcium phosphate). Foto radiografi konvensional memiliki sensitivitas 60%, dan spesifisitas hingga 96%.[4,12]
Computed Tomography (CT):
CT scan pada pseudogout dapat menunjukkan deposit kristal kalsium pirofosfat di kartilago, meniskus, atau ligamen, yang tampak sebagai kalsifikasi linear atau punctate di jaringan sendi.[12]
Dual-Energy CT (DECT):
Pemeriksaan DECT pada ketiga area dapat menunjukkan gambaran opasitas berbentuk linier atau punktata, lebih tipis, dengan densitas yang lebih rendah dibandingkan tulang kortikal, dan memiliki indeks energi ganda (DEI) antara 0,016-0,036. Data mengenai penggunaan DECT masih terbatas. Data yang tersedia menunjukkan sensitivitas 78-100% dan spesifisitas yang hingga 94%.[12]
Ultrasound (USG):
Pada pemeriksaan USG terdapat sedikit perbedaan gambaran pada tiap area, yakni:
- Kalsifikasi pada fibrokartilago atau hialin menunjukkan deposit hiperekoik dengan bentuk dan ukuran beragam, terlokalisir dalam struktur kartilago, yang terfiksir atau bergerak bersama kartilago selama pemeriksaan dinamis dan tidak membentuk shadowing
- Kalsifikasi pada membran sinovial menunjukkan deposit hiperekoik dengan bentuk dan ukuran beragam, terlokalisir dalam struktur membran sinovial, dan tidak membentuk shadowing posterior kecuali jika mencapai dimensi yang besar.
- Kalsifikasi pada kapsul sendi menunjukkan deposit hiperekoik dengan bentuk dan ukuran beragam, terlokalisir dalam struktur kartilago, yang terfiksir atau bergerak bersama kapsul sendi selama pemeriksaan dinamis dan tidak membentuk shadowing
- Kalsifikasi pada tendon deposit hiperekoik, struktur linier tanpa shadowing posterior, terlokalisir dalam struktur tendon, yang terfiksir atau bergerak bersama tendon selama pemeriksaan dinamis.[12]
Pemeriksaan USG telah dilaporkan memiliki sensitivitas hingga 81-88%, dengan spesifisitas berkisar antara 59% hingga 92%. Gambaran kondrokalsinosis sering ditemukan pertama kali pada pemeriksaan USG, sehingga dapat membantu menurunkan penggunaan modalitas pencitraan yang lebih mahal, misalnya MRI. Namun sayangnya, keterbatasan akurasi mengakibatkan gambaran USG tidak dapat membedakan deposit CPP dengan BCP.[1,12]
MRI:
Pemeriksaan MRI spesifik seperti UTE (ultrashort echo time), SWI (susceptibility weighted imaging), atau DESS (dual echo steady state), dapat menjadi kandidat modalitas pemeriksaan di masa depan, tetapi sekarang masih terbatas akibat ketersediaannya dan harga pemeriksaan yang lebih mahal.[12]