Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Pseudogout annisa-meidina 2025-05-14T10:42:59+07:00 2025-05-14T10:42:59+07:00
Pseudogout
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Pseudogout

Oleh :
dr. Siti Solichatul Makkiyyah
Share To Social Media:

Diagnosis pseudogout perlu dicurigai pada pasien yang mengalami artritis akut monoartikular atau oligoartikular, terutama pada sendi besar, dengan onset mendadak. Keluhan biasanya disertai pembengkakan, kemerahan, dan nyeri.

Konfirmasi diagnosis dilakukan melalui analisis cairan sinovial dengan mikroskop polarisasi, yang menunjukkan keberadaan kristal kalsium pirofosfat dihidrat. Radiografi sendi dapat membantu mendeteksi kondrokalsinosis sebagai temuan pendukung, meskipun sensitivitasnya terbatas.

Pemeriksaan tambahan, seperti ultrasonografi atau CT-scan, dapat dipertimbangkan untuk mendeteksi kristal pada kasus tertentu. Selain itu, evaluasi faktor predisposisi, seperti hiperparatiroid, harus dilakukan untuk mendukung diagnosis.[1,4]

Anamnesis

Pada anamnesis pasien pseudogout, gejala utama yang perlu digali adalah onset artritis akut yang mendadak, biasanya mengenai satu atau beberapa sendi besar seperti lutut, pergelangan tangan, atau pergelangan kaki. Nyeri sendi biasanya hebat, disertai pembengkakan, kemerahan, dan keterbatasan gerak.

Pasien dapat mengeluhkan rasa kaku dan nyeri tekan pada sendi yang terkena. Riwayat kekambuhan gejala serupa juga penting ditanyakan, karena pseudogout dapat berulang dengan pola serangan yang menyerupai gout. Penting juga untuk menilai faktor risiko yang terkait dengan deposisi kristal kalsium pirofosfat, termasuk riwayat hiperparatiroid, hemokromatosis, dan hipomagnesemia.[1,4,8]

Pseudogout Akut

Pseudogout akut atau acute calcium pyrophosphate deposition merupakan bentuk paling dikenal dari penyakit deposisi kalsium pirofosfat (CPPD). Manifestasi pseudogout akut berupa onset mendadak dari monoartritis atau oligoartritis yang disertai gejala inflamasi seperti teraba hangat, eritema, dan pembengkakan pada sendi yang terkena.

Serangan ini sering menyerupai gout akut atau artritis septik secara klinis, sehingga diagnosis definitif memerlukan analisis cairan sinovial. Gejala sistemik seperti demam, menggigil, dan keluhan konstitusional juga dapat menyertai. Pseudogout akut dapat berlangsung selama beberapa minggu hingga bulan. Jenis ini menyumbang sekitar 25% dari seluruh kasus CPPD.[8]

Pseudogout Kronik

Pseudogout kronik memiliki beberapa fenotipe klinis, tetapi yang paling umum menyerupai osteoarthritis poliartikular. Gejalanya berupa flare inflamasi disertai kerusakan sendi yang berat, dengan distribusi sendi yang tidak lazim untuk osteoarthritis biasa, seperti sendi glenohumeral, pergelangan tangan, dan sendi metakarpofalangeal.[8]

Pseudo-Osteoarthritis (Pseudo-OA)

Pseudo-OA merujuk pada kondisi artritis degeneratif yang disertai deposisi kristal kalsium pirofosfat (CPP) atau BCP (basic calcium phosphate) pada kartilago sendi, terutama pada fase lanjut osteoarthritis. Sendi yang sering terlibat meliputi lutut, metakarpofalangeal, pergelangan tangan, dan bahu.[8]

Chondrocalcinosis Asimtomatik

Chondrocalcinosis asimtomatik merupakan penemuan radiologis berupa kalsifikasi patologis pada kartilago, yang sering dijumpai secara insidental pada pasien lansia (>80 tahun) atau mereka yang memiliki riwayat trauma sendi. Kondisi ini biasanya tidak disertai gejala klinis dan dianggap tidak memiliki signifikansi klinis langsung.

Namun, studi menunjukkan bahwa individu dengan chondrocalcinosis memiliki kecenderungan lebih tinggi mengalami keluhan sendi dibandingkan kelompok kontrol tanpa kalsifikasi tersebut, meskipun mekanisme pastinya belum sepenuhnya dipahami.[8]

Manifestasi Langka

Beberapa manifestasi langka dari pseudogout mencakup deposisi kristal pada jaringan spinal seperti diskus intervertebralis dan ligamen. Crowned dens syndrome, misalnya, disebabkan oleh akumulasi kristal kalsium pirofosfat di sekitar vertebra C2 dan menimbulkan nyeri leher hebat, demam, serta peningkatan penanda inflamasi, yang sering salah didiagnosis sebagai meningitis atau sepsis.[8]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, pemeriksaan status lokalis sendi yang terlibat harus dilakukan. Sendi dapat tampak eritema, edema, dengan palpasi teraba hangat dan terdapat nyeri tekan, range of movement (ROM) dapat berkurang. Namun, pemeriksaan fisik saja sulit untuk membedakan pseudogout dengan penyakit artritis lainnya. Oleh karena itu, diperlukan pemeriksaan penunjang tambahan. Dokter dapat menggunakan pedoman kriteria diagnosis yang dikeluarkan oleh ACR/EULAR untuk penegakkan diagnosis.[4]

Kriteria Diagnosis

Kriteria klasifikasi pseudogout atau penyakit deposisi kalsium pirofosfat (calcium pyrophosphate deposition/CPPD) digunakan pada urutan berikut:

  1. Pasien bisa diinklusikan mengalami CPPD jika pernah mengalami setidaknya satu episode keluhan nyeri sendi, bengkak, atau nyeri pada palpasi.
  2. Pasien dieksklusikan absolut jika semua gejala dapat dijelaskan oleh kondisi lain seperti rheumatoid arthritis, gout, artritis psoriasis, osteoarthritis, dan lainnya.
  3. Pasien dianggap mencukupi untuk diagnosis CPPD jika mengalami setidaknya satu dari: (a) Sindrom crowned dens, atau (b) Hasil analisis cairan sinovial menunjukkan kristal kalsium pirofosfat pada sendi yang bengkak, nyeri palpasi atau keluhan nyeri.

Jika tidak ada kriteria mencukupi yang dipenuhi, pasien diklasifikasikan sebagai CPPD jika jumlah skor dari klasifikasi di Tabel 1 adalah >56 poin. Skor di Tabel 1 dapat diberikan nilai jika pernah dialami pasien selama hidupnya. Jika pasien memenuhi >1 kriteria pada tiap domain, hanya kriteria dengan poin tertinggi yang dinilai.

Tabel 1. Kriteria Diagnosis Pseudogout atau Penyakit Calcium Pyrophosphate Deposition (CPPD)

Domain dan level Poin
A Usia onset gejala sendi (nyeri, bengkak, dan/atau nyeri palpasi)
≤60 tahun 0
>60 tahun 4
B Durasi waktu dan gejala artritis
Tidak ada artritis persisten atau tipikal 0
Artritis persisten 9
1-episode artritis akut tipikal 12
Lebih dari 1-episode artritis akut tipikal 16
C Lokasi tipikal artritis pada sendi perifer
Sendi metatarsophalangeal (MTPJ) 1 -6
Tidak ada episode tipikal 0
Sendi selain pergelangan tangan, lutut, atau MTPJ 1 5
Pergelangan tangan 8
Lutut 9
D Penyakit metabolik terkait
Tidak ada 0
Ada 6
E Analisis kristal cairan sinovial dari sendi yang bergejala
Kristal CPP tidak ada pada ≥2 kejadian -7
Kristal CPP tidak ada pada 1 kejadian -1
Tidak dilakukan 0
F Osteoarthritis tangan atau pergelangan pada pencitraan (didefinisikan sebagai ada jika skor Kellgren dan Lawrence adalah ≥2)
Tidak ada temuan 0
Sendi radiokarpal bilateral 2
≥2 dari sendi berikut: osteoarthritis sendi scaphotrapeziotrapezoid tanpa osteoarthritis sendi karpometakarpal 1; osteoarthritis sendi metakarpofalangeal 2; osteoarthritis sendi metakarpofalangeal 3 7
G Bukti pencitraan CPPD pada sendi perifer
Tidak ditemukan pada USG, CT, atau DECT (tidak ditemukan atau tidak dilakukan radiografi konvensional) -4
Tidak ditemukan pada radiografi konvensional (dan USG, CT, DECT tidak dilakukan) 0
Ditemukan pada radiografi konvensional, USG, CT, atau DECT 16
H Jumlah sendi perifer dengan gambaran CPPD pada modalitas pencitraan apapun tanpa mempertimbangkan gejala
Tidak ada 0
1 16
2-3 23
≥4 25

Sumber: dr. Siti Solichatul Makkiyyah, Alomedika, 2025.[4]

Diagnosis Banding

Pseudogout memiliki beberapa diagnosis banding, yakni gout dan rheumatoid arthritis.

Gout

Diagnosis banding gout dan pseudogout dibedakan melalui analisis mikroskopis cairan sinovial. Gout menunjukkan kristal monosodium urat di bawah mikroskop polarisasi, sedangkan pseudogout menunjukkan kristal kalsium. Selain itu, gout lebih sering menyerang sendi metatarsofalangeal pertama, sedangkan pseudogout lebih sering mengenai sendi besar.[9]

Rheumatoid Arthritis

Pseudogout dapat dibedakan dari rheumatoid arthritis melalui identifikasi kristal kalsium pirofosfat di cairan sinovial dengan mikroskopi polarisasi, sedangkan rheumatoid arthritis menunjukkan faktor reumatoid atau anti-CCP positif dan gambaran sinovitis kronik tanpa kristal.

Selain itu, pola keterlibatan sendi pada pseudogout sering lebih asimetris dan melibatkan sendi-sendi atipikal seperti pergelangan tangan dan glenohumeral, berbeda dengan rheumatoid arthritis yang lebih simetris dan dominan pada sendi kecil tangan.[10]

Ankylosing Spondylitis

Ankylosing spondylitis umumnya menyerang sendi aksial seperti sakroiliaka dan tulang belakang dengan onset bertahap pada usia muda, disertai kekakuan punggung bawah yang membaik dengan aktivitas. Sebaliknya, pseudogout lebih sering menyerang sendi perifer besar seperti lutut atau pergelangan tangan pada usia lanjut, dengan temuan khas kristal kalsium pirofosfat di cairan sinovial.[11]

Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan penunjang utama untuk diagnosis pseudogout adalah analisis cairan sinovial menggunakan mikroskop polarisasi, yang dapat mengidentifikasi kristal kalsium pirofosfat di dalam cairan sendi. Kristal ini berbentuk romboid dan menunjukkan birefringence positif yang lemah, membedakannya dari kristal monosodium urat pada gout.

Selain itu, radiografi sendi dapat membantu dengan mendeteksi adanya kalsifikasi pada kartilago (chondrocalcinosis), meskipun tidak selalu berkorelasi langsung dengan aktivitas penyakit. Pemeriksaan tambahan seperti ultrasonografi atau CT scan dapat digunakan untuk mendeteksi deposit kristal yang tidak terlihat pada radiografi konvensional, terutama pada kasus atipikal.[1,4,8]

Analisis Cairan Sendi

Pasien yang dicurigai mengalami deposisi kristal pada sendi, perlu menjalani artrosentesis untuk analisis cairan sendi. Konfirmasi diagnostik pseudogout dilakukan jika didapat kristal romboid pada cairan sendi yang tampak di bawah mikroskop terpolarisasi. Kristal ini biasanya menunjukkan birefringence positif. Tidak adanya hasil positif pada analisis cairan sendi tidak mengeksklusikan diagnosis.[1,8]

Modalitas Pencitraan

Pada kriteria diagnosis yang dikeluarkan oleh ACR/EULAR diperlukan konfirmasi diagnosis berupa modalitas pencitraan yang menunjukkan adanya deposit kalsium pirofosfat pada area sendi, yang sering disebut dengan kondrokalsinosis. Evaluasi pencitraan dilakukan pada tiga area utama, yaitu evaluasi kalsifikasi pada kartilago fibrosa atau hialin, membran sinovial atau kapsul sendi, dan tendon.[1,12]

Radiografi Konvensional:

Pemeriksaan radiografi konvensional pada ketiga area akan menunjukkan gambaran opasitas linier atau punktata (titik) yang berbeda dari deposit radio-opak berbentuk nummular (bulat) akibat deposit kristal BCP (basic calcium phosphate). Foto radiografi konvensional memiliki sensitivitas 60%, dan spesifisitas hingga 96%.[4,12]

Computed Tomography (CT):

CT scan pada pseudogout dapat menunjukkan deposit kristal kalsium pirofosfat di kartilago, meniskus, atau ligamen, yang tampak sebagai kalsifikasi linear atau punctate di jaringan sendi.[12]

Dual-Energy CT (DECT):

Pemeriksaan DECT pada ketiga area dapat menunjukkan gambaran opasitas berbentuk linier atau punktata, lebih tipis, dengan densitas yang lebih rendah dibandingkan tulang kortikal, dan memiliki indeks energi ganda (DEI) antara 0,016-0,036. Data mengenai penggunaan DECT masih terbatas. Data yang tersedia menunjukkan sensitivitas 78-100% dan spesifisitas yang hingga 94%.[12]

Ultrasound (USG):

Pada pemeriksaan USG terdapat sedikit perbedaan gambaran pada tiap area, yakni:

  • Kalsifikasi pada fibrokartilago atau hialin menunjukkan deposit hiperekoik dengan bentuk dan ukuran beragam, terlokalisir dalam struktur kartilago, yang terfiksir atau bergerak bersama kartilago selama pemeriksaan dinamis dan tidak membentuk shadowing

  • Kalsifikasi pada membran sinovial menunjukkan deposit hiperekoik dengan bentuk dan ukuran beragam, terlokalisir dalam struktur membran sinovial, dan tidak membentuk shadowing posterior kecuali jika mencapai dimensi yang besar.
  • Kalsifikasi pada kapsul sendi menunjukkan deposit hiperekoik dengan bentuk dan ukuran beragam, terlokalisir dalam struktur kartilago, yang terfiksir atau bergerak bersama kapsul sendi selama pemeriksaan dinamis dan tidak membentuk shadowing

  • Kalsifikasi pada tendon deposit hiperekoik, struktur linier tanpa shadowing posterior, terlokalisir dalam struktur tendon, yang terfiksir atau bergerak bersama tendon selama pemeriksaan dinamis.[12]

Pemeriksaan USG telah dilaporkan memiliki sensitivitas hingga 81-88%, dengan spesifisitas berkisar antara 59% hingga 92%. Gambaran kondrokalsinosis sering ditemukan pertama kali pada pemeriksaan USG, sehingga dapat membantu menurunkan penggunaan modalitas pencitraan yang lebih mahal, misalnya MRI. Namun sayangnya, keterbatasan akurasi mengakibatkan gambaran USG tidak dapat membedakan deposit CPP dengan BCP.[1,12]

MRI:

Pemeriksaan MRI spesifik seperti UTE (ultrashort echo time), SWI (susceptibility weighted imaging), atau DESS (dual echo steady state), dapat menjadi kandidat modalitas pemeriksaan di masa depan, tetapi sekarang masih terbatas akibat ketersediaannya dan harga pemeriksaan yang lebih mahal.[12]

Referensi

1. Zamora EA, Naik R. Calcium Pyrophosphate Deposition Disease. StatPearls Publishing. 2023.
4. Abhishek A, Tedeschi SK, Pascart T, et al. The 2023 ACR/EULAR Classification Criteria for Calcium Pyrophosphate Deposition Disease. Arthritis and Rheumatology. John Wiley and Sons Inc; 2023; 75(10): 1703–1713. DOI:10.1002/art.42619
8. Mohammed S, Nasib A, Mohammed R, Alkhudaidy M. Overview on Prevalence, Etiology, and Management of Calcium Pyrophosphate Deposition (CPPD) Disease: Review article. The Egyptian Journal of Hospital Medicine. 2023.
9. Fenando A, Rednam M, Gujarathi R, Widrich J. Gout. StatPearls Publishing. 2024.
10. Chauhan K, Jandu JS, Brent LH, Ak-Dhahir MA. Rheumatoid Arthritis. StatPearls Publishing. 2023.
11. Wenker KJ, Quint JM. Ankylosing Spondylitis. StatPearls Publishing. 2023.
12. Tedeschi SK, Becce F, Pascart T, et al. Imaging Features of Calcium Pyrophosphate Deposition Disease: Consensus Definitions From an International Multidisciplinary Working Group. Arthritis Care and Research. John Wiley and Sons Inc; 2023; 75(4): 825–834. DOI:10.1002/acr.24898

Epidemiologi Pseudogout
Penatalaksanaan Pseudogout

Artikel Terkait

  • Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
    Kortikosteroid vs Obat Antiinflamasi Nonsteroid untuk Terapi Gout Arthritis Akut
  • Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
    Fenofibrate untuk Menurunkan Kadar Asam Urat
  • Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
    Terapi Dosis Titrasi Lebih Baik Dibandingkan Dosis Tetap untuk Gout
  • Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
    Hiperurisemia Asimptomatik: Apakah Perlu Diterapi?
  • Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis
    Efek Omega-3 untuk Mengurangi Risiko Flare Gout Arthritis

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr.Muljadi Hartono MPH
Dibalas 29 September 2024, 14:03
Pedoman diagnosis dan tatalaksana hiperusemia & gout akut, oleh Perhimpunan Rheumatologi Indonesia
Oleh: dr.Muljadi Hartono MPH
1 Balasan
menarik
ISBN-Hiperurisemia-Artritis-Gout_download.pdf
Anonymous
Dibalas 17 April 2024, 13:08
Pengobatan asam urat untuk pasien dengan obat rutin ACE inhibitor
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo Dokter. Saya memiliki pasien laki-laki, usia 62 tahun, obese, dengan riwayat CHF > 1 thn yll. Pasien rutin mengonsumsi obat di antaranya: miniaspi 1x80...
dr.Ika Kurniati Yusni
Dibalas 20 Maret 2024, 20:31
Antiradang sendi untuk penderita diabetes
Oleh: dr.Ika Kurniati Yusni
2 Balasan
Alo dok.. izin diskusi dan bertanya..Pasien laki2 umur 56 tahun dengan riwayat penyakit Diabetes dan Hipertensi.. KGD puasa 180 dan Ad random 350 mg/dl.. TD...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.