Epidemiologi Pseudogout
Data epidemiologi mengindikasikan bahwa pseudogout mayoritas dialami pasien usia lebih tua. Prevalensi pseudogout meningkat pada individu di atas usia 65 tahun, dan paling banyak dilaporkan pada pasien di atas 85 tahun.[1,7]
Global
Pseudogout terutama terjadi pada individu berusia di atas 65 tahun, dengan 30–50% kasus terjadi pada usia lebih dari 85 tahun. Sebuah studi potong lintang terhadap 2.157 kasus pseudogout di Amerika Serikat melaporkan prevalensi titik sebesar 5,2 per 1000, dengan rerata usia 68 tahun dan dominasi laki-laki sebesar 95%.
Kejadian pseudogout akan meningkat pada pasien dengan penyakit tertentu. Ini termasuk pasien dengan hiperparatiroid, hemokromatosis, hipomagnesemia, dan penyakit ginjal kronis,.[8]
Indonesia
Data epidemiologi pseudogout di Indonesia belum tersedia.
Mortalitas
Pseudogout dapat menyebabkan morbiditas akibat nyeri, keterbatasan fungsi sendi, dan kekambuhan berulang. Meski pseudogout sendiri jarang meningkatkan mortalitas secara langsung, kondisi ini sering berhubungan dengan peningkatan risiko komplikasi akibat imobilisasi, infeksi nosokomial, atau eksaserbasi penyakit penyerta. Selain itu, penggunaan terapi, seperti kortikosteroid, pada pasien pseudogout juga akan menambah risiko efek samping.[1,8]