Edukasi dan Promosi Kesehatan Ventilator-Associated Pneumonia
Edukasi dan promosi kesehatan terkait ventilator-associated pneumonia (VAP) meliputi edukasi tenaga kesehatan mengenai pencegahan VAP. Strategi pencegahan VAP yang paling efektif yang dapat diterapkan institusi adalah mengurangi paparan faktor risiko, yang disebabkan oleh prosedur intubasi.
Edukasi Tenaga Kesehatan
Dalam studi oleh Babcock et al, dilakukan program edukasi pada perawat ICU dan terapis pernapasan mengenai praktik pencegahan VAP yang meliputi pemberian modul dan pemasangan poster-poster terkait pencegahan VAP di ICU dan departemen respiratory care. Studi tersebut menunjukkan intervensi edukasi berkaitan dengan penurunan angka VAP di ICU.[14]
Strategi Pencegahan VAP Oleh Staf ICU
Adapun strategi pencegahan terhadap VAP yang dapat diterapkan oleh staf ICU, berupa:
- Kebijakan cuci tangan menggunakan produk berbahan dasar alkohol
Early discontinuation peralatan invasif
- Mengurangi angka re-intubasi
- Memposisikan pasien semi-recumbent (30-45 derajat)
- Tekanan cuff endotracheal tube ~20 cmH2O
- Trakeostomi dini[4]
Strategi Pencegahan VAP Oleh Staf Institusi Rumah Sakit
Adapun strategi pencegahan VAP yang dapat diterapkan oleh staf institusi rumah sakit, berupa:
- Program profiling patogen dan membuat antibiogram
- Program edukasi rutin untuk mengurangi pemberian antibiotik yang tidak perlu
- Memperbanyak penggunaan ventilasi tekanan positif non-invasif (NIPPV)
- Menggunakan jenis endotracheal tube (ETT) yang berpotensi mengurangi risiko VAP, seperti ETT polyurethane-cuffed, ETT berlapis perak/antibiotik, ETT yang dapat mengaspirasi sekresi subglotis (ETT HI-LO)
- Kebijakan dekontaminasi oral
- Penyapihan dan ekstubasi dini
- Pengurangan dosis sedasi harian[4]
Upaya Pencegahan dan Pengendalian Penyakit
Upaya pencegahan VAP yang paling efektif adalah mengurangi paparan faktor risiko, yang disebabkan oleh prosedur intubasi. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah menghindari intubasi sebisa mungkin, dan menerapkan protokol sedasi dan penyapihan untuk memperpendek waktu ventilasi mekanik. Tenaga kesehatan wajib mengenakan sarung tangan dan menerapkan cara cuci tangan yang benar untuk membantu mencegah infeksi.[3,6]
Pencegahan Inhalasi/ Mikroaspirasi dari Saluran Napas Atas
Mikroaspirasi atau inhalasi sekret dari saluran napas atas merupakan mekanisme utama terjadi ventilator-associated pneumonia (VAP). Beberapa upaya untuk menurunkan risiko infeksi nosokomial pada pasien dengan ventilator di antaranya:
- Mempertahankan tekanan cuff endotracheal ≥20 cmH2O untuk mencegah kebocoran
- Membatasi penggunaan obat-obatan sedatif dan agen paralitik yang dapat menekan refleks batuk
- Mengurangi frekuensi suction trakeal yang tidak diperlukan
- Menghindari over distensi gaster
Durasi penggunaan ventilator juga berpengaruh pada faktor risiko kejadian VAP. Usaha untuk weaning dari ventilator setiap harinya dapat menurunkan insidensi dari VAP.
Posisi semi recumbent (45o) dapat mencegah refluks gastroesofageal, sehingga risiko aspirasi lebih rendah daripada posisi berbaring. Setiap pasien direkomendasikan untuk dalam posisi semi rekumben selama tidak terdapat kontraindikasi.
Penggunaan kinetic beds, yakni tempat tidur yang memfasilitasi pergerakan rotasi lateral secara kontinu dapat memperbaiki drainase sekret dan mengurangi risiko aspirasi. Identifikasi dan penatalaksanaan awal terhadap disfagia, terutama pada pasien lanjut usia dan pasien dengan riwayat stroke atau operasi, merupakan salah satu hal penting untuk mencegah kejadian aspirasi.[12,21]
Penggantian Sirkuit dari Ventilator
Penggantian sirkuit dari ventilator tidak perlu dilakukan kurang dari 1 minggu. Berdasarkan sebuah studi, penggantian terlalu sering, kurang dari 1 minggu, tidak menunjukkan hasil yang lebih baik dalam mencegah infeksi. Penggantian lebih cepat bila didapatkan kontaminasi oleh secret purulent, muntahan, atau darah. Penggunaan heat and moisture exchanger (HME) dengan filter bacterial lebih direkomendasikan.[19,20,21]
Dekontaminasi Orofaring dan Saluran Pencernaan
Upaya lain yang dapat mengurangi kejadian VAP dan pneumonia nosokomial pada pasien kritis adalah dekontaminasi orofaring dan/atau saluran pencernaan atau selective decontamination of the digestive tract (SDD). Namun, upaya ini masih menimbulkan banyak kontroversi apakah efektif dan harus dilakukan. Metode potensial yang digunakan termasuk antiseptik orofaring seperti chlorhexidine, dekontaminasi selektif dengan antibiotik nonabsorbable diterapkan di orofaring dan peroral, dengan atau tanpa antibiotik intravena.[12,21]