Pesan Teks berbasis Cognitive-Behavioural Therapy untuk Membantu Pasien Berhenti Merokok – Telaah Jurnal

Oleh :
dr. Edwin Njoto MIPH MHM

Effectiveness of a text-messaging-based smoking cessation intervention (“Happy Quit”) for smoking cessation in China: A randomized controlled trial

Liao Y, Wu Q, Kelly BC, Zhang F, Tang Y-Y, Wang Q, et al. Effectiveness of a text-messaging-based smoking cessation intervention ("Happy Quit") for smoking cessation in China: A randomized controlled trial. PLoS medicine. 2018;15(12):1-18. PMID: 30562352

Abstrak

Latar Belakang: China memiliki prevalensi perokok terbesar di dunia yang mengonsumsi lebih dari 40% dari keseluruhan konsumsi rokok di dunia. Di China, layanan untuk berhenti merokok sangat terbatas. Mengingat intervensi berbasis pesan teks sudah pernah diterapkan di negara lain, peneliti mengadakan studi berhenti merokok menggunakan intervensi berbasis pesan teks di China.

Metode: Peneliti mengadakan penelitian terandomisasi di 30 kota dan provinsi di China selama periode 17 Agustus 2016 dan 27 Mei 2017. Studi ini melibatkan perokok berusia 18 tahun ke atas dengan keinginan untuk berhenti merokok. Kemudian partisipan secara acak dibagi ke dalam 3 kelompok dengan perbandingan jumlah responden 5:2:3: kelompok pertama mendapatkan pesan teks dengan frekuensi yang tinggi selama 12 minggu (kelompok HFM), kelompok kedua mendapatkan pesan teks dengan frekuensi yang rendah selama 12 minggu (kelompok LFM), dan kelompok kontrol yang mendapatkan pesan teks yang tidak terkait dengan berhenti merokok (kelompok kontrol).

Hasil primer yang diharapkan adalah berhenti merokok secara berkelanjutan selama 24 minggu yang dibuktikan dengan pemeriksaan biokimia. Hasil sekunder yang diharapkan adalah: berhenti merokok selama 7 hari yang dilaporkan sendiri pada minggu 1, 4, 8, 12, 16, 20, dan 24; berhenti merokok yang berkelanjutan selama  4, 12, dan 24 minggu; dan jumlah rokok yang dikonsumsi harian (dilaporkan oleh pasien sendiri).

Hasil: 1.369 partisipan mengikuti studi ini. Karakteristik dasar partisipan di antara kelompok HFM (n=674), LFM (n=284), dan kontrol (n=411) adalah sama. Mayoritas partisipan adalah laki-laki (94,6% partisipan) dengan rerata usia 38,1 tahun (simpang baku: 9,79 tahun) dan merokok rata-rata 20,1 batang rokok per hari (simpang baku: 9,19 batang rokok). Analisis intention to treat digunakan dalam studi ini.

Dari pemeriksaan biokimia, didapatkan partisipan yang berhenti merokok selama 24 minggu adalah sebagai berikut:

  • HFM: 6,5% partisipan
  • LFM: 6% partisipan
  • Kontrol:1,9% partisipan

Kelompok HFM (odds ratio [OR] = 3.51, 95% CI 1.64–7.55, p < 0.001) dan kelompok LFM (OR = 3.21, 95% CI 1.36–7.54], p = 0.002) secara signifikan lebih cenderung untuk berhenti merokok jika dibandingkan dengan kelompok kontrol. Namun, tidak didapatkan perbedaan angka berhenti merokok yang bermakna antara partisipan pada kelompok HFM dan LFM.

Peneliti juga menemukan bahwa angka berhenti merokok selama 7 hari dari minggu pertama hingga minggu ke 24 bervariasi dari 10% hingga 26% pada kelompok dengan intervensi dan bervariasi antara 4% hingga 12% pada kelompok tanpa intervensi. Pada kelompok HFM, partisipan yang tetap merokok dapat mengonsumsi 1-3 batang rokok per hari lebih sedikit jika dibandingkan dengan kelompok LFM selama 24 minggu masa studi.

Keterbatasan studi ini adalah partisipan dapat menggunakan layanan berhenti merokok yang lain, keterbatasan tes cotinine yang hanya dapat mendeteksi status merokok selama beberapa hari, dan proporsi partisipan yang berhenti merokok yang kecil.

Kesimpulan: Temuan studi menunjukkan bahwa intervensi berbasis layanan teks (“Happy Quit”) (HFM dan LFM) dapat membantu partisipan dalam berhenti merokok dan dapat dipertimbangkan untuk digunakan dalam skala besar di China. Intervensi berbasis ponsel ini dapat dikombinasikan dengan layanan berhenti merokok yang lain untuk membantu para perokok yang hendak berhenti merokok di China.

Depositphotos_11419127_s-2019_compressed

Ulasan Alomedika

Jurnal ini membandingkan berbagai frekuensi penggunaan pesan teks dalam upaya berhenti merokok pada perokok dewasa yang mempunyai keinginan untuk berhenti merokok. Tujuan dari penelitian ini adalah membuktikan efektivitas penggunaan pesan teks dalam upaya berhenti merokok. Pesan teks dibuat dengan pendekatan Cognitive Behavioural Therapy mencakup tiga aspek:

  • Saran untuk berhenti merokok: misalnya gejala yang umum dihadapi saat berhenti merokok, tips cara beradaptasi terhadap keinginan untuk kembali merokok
  • Dukungan motivasional: misalnya mengenai jumlah uang yang dihemat dengan berhenti merokok dan peningkatan harapan hidup
  • Distraction: misalnya olahraga, fashion, travel, musik[1]

Untuk menguji apakah partisipan benar-benar berhenti merokok, peneliti menggunakan uji biokimia dan pelaporan pasien sendiri yang diverifikasi oleh anggota keluarga yang lain. Uji acak terkendali ini dilaksanakan karena besarnya konsumsi rokok di China (40% konsumsi rokok di dunia) dan keterbatasan layanan berhenti merokok di China. Partisipan dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok dengan perbandingan jumlah responden 5:2:3. Kelompok pertama mendapatkan pesan teks dengan frekuensi yang tinggi selama 12 minggu (kelompok HFM), kelompok kedua mendapatkan pesan teks dengan frekuensi yang rendah selama 12 minggu (kelompok LFM), dan kelompok kontrol mendapatkan pesan teks yang tidak terkait dengan berhenti merokok (kelompok kontrol).

Kelebihan Penelitian

Kelebihan dari penelitian ini adalah tipe penelitian yang digunakan yakni uji acak terkendali yang bersifat prospektif sehingga dapat meminimalisir bias. Penelitian ini juga membandingkan langsung dua kelompok yang mendapatkan pesan teks dengan frekuensi yang berbeda sehingga dapat terlihat jelas pengaruh terhadap partisipan untuk berhenti merokok dan serta tingkat kegagalan dari pesan teks tersebut. Selain itu, penelitian ini menggunakan metode single blind  di mana peneliti tidak mengetahui partisipan berada di kategori yang mana sehingga dapat mengurangi potensi peneliti dalam mempengaruhi hasil studi.

Kelebihan lain dari studi ini adalah penggunaan pesan teks singkat sebagai sebuah terapi perilaku kognitif (cognitive behavioural therapy / CBT) yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing partisipan. Terapi CBT yang digunakan ini adalah pesan motivasional dan teknik perubahan perilaku yang dikembangkan tidak hanya oleh pakar di bidang berhenti merokok, tetapi juga pakar CBT, peneliti di bidang terkait, serta juga melibatkan orang awam. Pesan motivasional ini berjumlah lebih dari 1000 jenis pesan yang akan dicocokkan dengan karakteristik pasien menggunakan algoritma sehingga pesan yang dikirim bersifat individual.

Limitasi Penelitian

Limitasi penelitian ini adalah tingginya angka drop out dari studi ini (angka drop out > 20%). Hal ini bisa menyebabkan bias yang dapat mempengaruhi hasil studi. Tingginya angka drop out ini memang tidak dapat dihindari pada uji acak terkendali dengan pendekatan intention to treat, tetapi dapat diminimalisir dengan berbagai teknik, misalnya komunikasi secara teratur kepada para partisipan.

Kelemahan lain studi ini adalah penerapan uji biokimia secara mandiri (dilakukan oleh partisipan dengan mencelupkan dipstick ke dalam urine partisipan) dan kuesioner yang diisi mandiri oleh partisipan untuk menentukan apakah partisipan benar-benar berhenti merokok. Penerapan pengujian mandiri ini dapat mengganggu hasil dan validitas hasil studi ini.

Hal lain yang perlu menjadi perhatian adalah peneliti tidak berusaha mencari tahu motivasi partisipan untuk berhenti merokok dan mengikuti studi ini. Motivasi partisipan ini penting dalam mengarahkan pesan teks agar lebih terfokus terhadap motivasi masing-masing responden.

Aplikasi Hasil Penelitian di Indonesia

Kondisi Indonesia serupa dengan kondisi di China tempat penelitian ini dilakukan berupa prevalensi perokok yang tinggi. Selain itu, juga terdapat isu keterbatasan akses terhadap layanan berhenti merokok, terutama di daerah rural. Dengan demikian, program intervensi berbasis pesan teks yang mudah diakses dan murah cocok untuk diterapkan di Indonesia.

Untuk menerapkan hasil penelitian ini di Indonesia, diperlukan kerja sama antara pakar berhenti merokok dan psikiater/psikolog, serta masyarakat untuk mengembangkan pesan teks berhenti merokok yang relevan di Indonesia. Dengan mempertimbangkan kelebihan dan limitasi yang telah disebutkan di atas, sebaiknya replikasi studi ini di Indonesia perlu menambahkan data motivasi partisipan untuk berhenti merokok dan mengikuti studi ini. Selain itu, hendaknya pengujian apakah partisipan benar-benar berhenti merokok sebaiknya dilakukan secara objektif. Pengujian hasil ini hendaknya dilakukan oleh peneliti tanpa mengetahui alokasi kelompok partisipan.

Referensi