Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Parasomnia general_alomedika 2021-12-10T15:46:33+07:00 2021-12-10T15:46:33+07:00
Parasomnia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Parasomnia

Oleh :
dr. Adrian Prasetio
Share To Social Media:

Langkah awal penatalaksanaan parasomnia adalah menangani komorbid dari parasomnia atau kondisi medis yang diduga mencetuskan parasomnia, misalnya penghentian obat hipnotik sedatif, antipsikotik, atau antidepresan.

Tata laksana parasomnia dibagi menjadi tata laksana umum dan spesifik. Tata laksana umum meliputi edukasi dan profilaksis. Secara spesifik, tata laksana parasomnia meliputi pembangunan pasien antisipatorik, psikoterapi, hipnosis, dan farmakoterapi.[4]

Edukasi

Edukasi yang dapat diberikan pada kasus parasomnia mencakup:

  • Parasomnia non-rapid eye movement (NREM) umumnya ringan dan akan hilang sendiri
  • Terdapat peran genetik
  • Kondisi parasomnia pada dewasa sering berhubungan dengan kondisi psikiatrik, misalnya depresi

  • Penanganan pada komorbid psikiatrik tidak akan mempengaruhi ekspresi parasomnia
  • Keamanan perlu dijaga untuk menghindari cedera, baik pada pasien ataupun pasangan tidur[3,4]

Parasomnia pada anak umumnya akan hilang sendiri, pada kasus ini yang perlu dilakukan adalah mengedukasi dan meyakinkan orang tua pasien.

Pada parasomnia dewasa yang berpotensi melukai diri sendiri dan pasangan tidur, pasien perlu diedukasi mengenai ruangan yang aman tanpa benda tajam atau furnitur dan benda lain yang membahayakan di dekat ranjang. Ranjang didesain dengan menambahkan penghalang pada kedua sisi untuk mencegah jatuh. Jendela dikunci setiap saat. Untuk pasien dengan somnabulisme, menggunakan alarm pada pintu kamar dapat membantu.

Edukasi dilakukan tidak hanya kepada pasien tapi juga pasangan tidur. Apabila pasien berisiko melakukan tindak kekerasan, maka disarankan untuk tidur di ranjang yang berbeda.[1]

Panduan untuk orang lain:

  • Observasi dalam diam
  • Biarkan episode parasomnia berlangsung
  • Cegah pasien apabila melakukan hal yang berpotensi melukai diri sendiri dan orang lain
  • Tidak melakukan restrain karena akan menimbulkan perilaku agresif dan membahayakan[3,4]

Profilaksis

Tindakan profilaksis yang dapat dilakukan pada kasus parasomnia adalah:

  • Hindari kurang tidur, konsumsi alkohol berlebih, dan stress
  • Meminimalkan pengobatan, termasuk psikotropika
  • Melakukan sleep hygiene

  • Mencegah stimulasi dari luar (cahaya, suara, sentuhan)
  • Mengobati komorbiditas medis lain[3,4]

Membangunkan Pasien

Membangunkan pasien untuk mengantisipasi episode parasomnia dilakukan 10-15 menit sebelum episode parasomnia atau terjadi aktivitas otonom pada pasien dengan episode parasomnia tak terprediksi. Apabila terjadi rekurensi, maka dilakukan hal yang sama untuk setiap episode. Metode ini efektif pada terror tidur, somnabulisme, dan eneuresis.[3,4]

Psikoterapi

Psikoterapi yang dilakukan kepada pasien dengan parasomnia diduga mampu memberi jalan kepada pasien untuk menyatakan emosinya secara terbuka dan memperkuat kemampuan menghadapi stress. Psikoterapi sendiri memerlukan motivasi dari pasien dan komitmen jangka panjang.

Beberapa penelitian tentang hipnoterapi pada somnabulisme dan terror tidur menyatakan bahwa pada 42-74% kasus mengalami resolusi penuh atau membaik secara signifikan saat dilakukan kontrol 18 bulan kemudian, dan bertahan selama 5 tahun.[4]

Farmakoterapi

Farmakoterapi pada parasomnia NREM dipertimbangkan apabila terjadi tindakan yang membahayakan diri sendiri dan orang lain. Agen yang paling banyak diteliti dan sering dipakai adalah benzodiazepine, terutama clonazepam. Selective serotonin reuptake inhibitors (SSRIs), seperti fluoxetine, dapat menurunkan episode pada pasien dengan seksomnia. Pemberian topiramate dan dopamine agonis dilaporkan efektif pada pasien dengan gangguan makan terkait tidur.[4]

Terapi farmakologi untuk parasomnia REM diberikan berdasarkan pengamatan dan pengalaman klinis, karena belum banyak bukti ilmiah mengenai terapi tersebut. Clonazepam dengan dosis 0,25-2 mg sebelum tidur dapat menurunkan gejala perilaku REM behavior disorder (RBD) dengan menurunkan aktivitas otot, namun tidak mengembalikan atonia pada fase REM. Beberapa efek samping dari clonazepam antara lain mengantuk di siang hari, penurunan kognitif, dan obstructive sleep apnea (OSA) memberat. Prazosin dapat dipertimbangkan pada pasien dengan mimpi buruk.[7,8]

Melatonin mengembalikan atonia fase REM dengan menghilangkan REM sleep without atonia (RSWA). Mekanisme kerja melatonin pada parasomnia REM masih belum jelas, diduga melatonin menyeimbangkan irama sirkadian, meningkatkan efisiensi tidur, dan memodulasi GABA. Melatonin diberikan dalam dosis 3-12 mg sebelum tidur.[8]

Referensi

1. Singh S, Muacevic A, Adler J. Parasomnia: A Comprehensive Review. Cureus. 2018. 10(12): e3807. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC6402728/
3. Ahmed SMS. Sleepwalking. Medscape. 2019. Available from: https://emedicine.medscape.com/article/1188854-overview#a6
4. Rodriguez CL, Foldvary-Schaefer N, Clinical neurophysiology of NREM parasomnias. Handbook of Clinical Neurology. 2019. Volume 161, Pages 397-410
7. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P. Kaplan & Sadock’s Comprehensive Textbook of Psychiatry. 10th Ed. Philadelphia: Wolters Kluwer. 2017.
8. Porter VR, Avidan AY. Clinical Overview of REM Sleep Behavior Disorder. Semin Neurol. 2017. https://escholarship.org/content/qt3755j32d/qt3755j32d.pdf

Diagnosis Parasomnia
Prognosis Parasomnia
Diskusi Terbaru
dr. Hudiyati Agustini
Kemarin, 13:50
Profilaksis Oftalmia Neonatorum: Apakah Masih Relevan? - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter, Apakah Dokter masih menerapkan pemberian tetes mata antibiotik profilaksis pada bayi baru lahir? Sebenarnya, tindakan ini bertujuan untuk...
Anonymous
Kemarin, 13:11
Daging tumbuh di vagina bagian dalam
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Siang dok, izin berdiskusi ada pasien dengan keluhan daging tumbuh di vagina bagian dalam, user baru menyadari hal ini beberapa hari sebelum konsul,...
Anonymous
1 hari yang lalu
Pilihan antibiotik untuk terapi ISPA di layanan primer
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Alo dokter. Izin bertanya pilihan antibiotik yang paling baik digunakan dalam terapi ISPA ec. bacterial infection di layanan primer apa ya dok? Di tempat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.