Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Nightmare Disorder general_alomedika 2021-06-02T13:20:55+07:00 2021-06-02T13:20:55+07:00
Nightmare Disorder
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Nightmare Disorder

Oleh :
dr. Irwan Supriyanto PhD SpKJ
Share To Social Media:

Nightmare disorder atau gangguan mimpi buruk adalah munculnya mimpi-mimpi yang menakutkan atau mengerikan yang bisa memicu aktivasi simpatis dan membangunkan seseorang dari tidur. Mimpi buruk biasanya muncul pada tahap tidur rapid eye movement (REM) dan umumnya isi dari mimpi tersebut masih bisa diingat dengan jelas. Hal ini lah yang membedakannya dari sleep terror.[1]

Keluhan pada nightmare disorder biasanya terjadi berulang dan berhubungan dengan insomnia, karena pasien takut untuk kembali tidur. Diagnosis dapat ditegakkan apabila mimpi buruk yang dialami menimbulkan gangguan fungsi pada individu.[2]

shutterstock_120060874-min

Berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual for Mental Disorder Fifth Edition (DSM-5), nightmare disorder didefinisikan sebagai gangguan tidur yang ditandai oleh mimpi buruk berulang yang panjang, sangat disforik, dan bisa diingat dengan jelas. Isi mimpi biasanya berhubungan dengan ancaman terhadap keselamatan, keamanan; integritas fisik; serta terjadi pada paruh akhir waktu tidur.[7]

Nightmare disorder sering terjadi pada anak-anak. Umumnya, isi mimpi buruk yang berulang berhubungan dengan trauma dan sering kali menyebabkan insomnia karena ketakutan untuk tidur dan kembali bermimpi buruk. Meskipun demikian, sebagian besar orang yang mengalami mimpi buruk tidak mengalami gangguan psikiatri.[1] Namun, mimpi buruk yang berulang dapat menimbulkan stres yang sering kali berhubungan dengan psikopatologi tertentu.[2]

Gangguan ini sering ditemukan bersama dengan gangguan psikiatri lainnya, antara lain post-traumatic stress disorder (PTSD); gangguan kepribadian; psikosis; dan penyalahgunaan zat, seperti alkohol, ganja, kokain, dan amfetamin. Tata laksana gangguan ini mengutamakan penggunaan teknik-teknik cognitive behavioral therapy (CBT). Efektivitas farmakoterapi untuk gangguan ini masih rendah.

 

Referensi

1. Sadock BJ, Sadock VA, Ruiz P, editors. Kaplan & Sadock’s comprehensive textbook of psychiatry. Tenth edition. Philadelphia: Wolters Kluwer; 2017.
2. van Schagen A, Lancee J, Swart M, Spoormaker V, van den Bout J. Nightmare Disorder, Psychopathology Levels, and Coping in a Diverse Psychiatric Sample: Nightmares in a Psychiatric Population. J. Clin. Psychol. 2017;73:65–75.
7. APA. Diagnostic and statistical manual of mental disorders (5th ed.). Arlington VA: American Psychiatric Publishing; 2013.

Patofisiologi Nightmare Disorder
Diskusi Terbaru
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Kemarin, 19:58
BRU 2022
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Bali Reumatology Update 2022Link Registrasi: bit.ly/WebinarBRU2022
Anonymous
Kemarin, 16:56
Terapi SLE dengan Diabetes Mellitus Tipe 2 - Penyakit Dalam Ask The Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie, Sp.PD , saya ingin bertanya bagaimana penyesuaian dosis kortikosteroid pada pasien SLE yang kemudian diketahui mengalami diabetes mellitus...
Anonymous
Kemarin, 16:50
Terapi T-3 hormone replacement therapy pada Hashimoto's Disease - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dr. Restie Warapsari, Sp. PD saya ingin bertanya mengenai kapan diperlukan terapi T-3 hormone replacement therapy pada kasus hashimoto disease ya dok?...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.