Diagnosis Depresi Postpartum
Diagnosis depresi postpartum didasarkan pada anamnesis terhadap gejala dari penyakit ini. Tingginya prevalensi penyakit ini membuat semua wanita sebaiknya dilakukan skrining terhadap depresi postpartum pada masa nifas.
Anamnesis
Karena faktor budaya dan stigma, kebanyakan ibu yang mengalami depresi postpartum tidak terbuka dengan gejala-gejala yang dialami, begitu pula dengan keluarganya. Biasanya gejala-gejala yang dialami akan dihubungkan dengan kelelahan karena mengurusi bayi, kurang tidur, atau karena bayi yang rewel [23].
Gejala-gejala depresi postpartum harus ditanyakan dan dikonfirmasikan secara hati-hati. Bila diperlukan, sebelum anamnesis dapat dilakukan skrining dengan menggunakan instrumen Edinburgh Postnatal Depression Scale (EPDS) sebelum dilakukan anamnesis lebih mendalam pada mereka yang dicurigai mengalami depresi postpartum. Karena sering kali ibu tidak mengenali gejala-gejala yang dialami, maka juga perlu dilakukan aloanamnesis dengan keluarganya [23].
Diagnosis Banding
Diagnosis banding depresi postpartum yang harus pertama disingkirkan adalah penyebab organik, seperti anemia, sindrom Sheehan dan gangguan tiroid. Diagnosis banding psikiatrik di antaranya adalah postpartum blues dan psikosis postpartum. Diagnosis banding ini bisa dengan mudah disingkirkan berdasarkan observasi perjalanan penyakit, anamnesis, dan pemeriksaan fisik yang cermat, serta pemeriksaan laboratorium untuk penyebab organik [28].
Pemeriksaan Penunjang
Anemia selama kehamilan maupun pasca melahirkan sering kali menimbulkan gejala-gejala yang mirip dengan gejala fisik depresi postpartum. Untuk menyingkirkan diagnosis anemia, sebaiknya dilakukan pemeriksaan darah rutin.
Kriteria Diagnostik PPDGJ-III
Kriteria diagnostik depresi postpartum berdasarkan Pedoman Penggolongan Diagnosis Gangguan Jiwa III (PPDGJ-III) adalah sebagai berikut:
Gangguan jiwa yang berhubungan dengan masa nifas (tidak lebih dari 6 minggu setelah persalinan), yang tidak memenuhi kriteria di tempat lain, serta memenuhi kriteria episode depresi.
Kriteria Episode Depresi
Gejala episode depresi adalah sebagai berikut:
- Gejala utama:
- Afek depresif,
- Kehilangan minat dan kegembiraan, dan
- Berkurangnya energi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah (rasa lelah yang nyata sesudah kerja) dan menurunnya aktivitas
- Gejala lainnya:
- Konsentrasi dan perhatian berkurang
- Harga diri dan kepercayaan diri berkurang
- Gagasan tentang rasa bersalah dan tidak berguna
- Pandangan masa depan yang suram
- Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri
- Tidur terganggu
- Nafsu makan berkurang
Untuk episode depresif diperlukan masa sekurang-kurangnya 2 minggu untuk penegakan diagnosis, akan tetapi periode lebih pendek dapat dibenarkan jika gejala sangat berat dan berlangsung cepat.
Depresi ringan jika terdapat setidaknya 2 dari 3 gejala utama depresi, disertai setidaknya 2 gejala lainnya (tidak boleh ada gejala yang berat), dengan kesulitan ringan dalam pekerjaan dan kegiatan sosial.
Depresi sedang jika terdapat setidaknya 2 dari 3 gejala utama depresi, disertai setidaknya 3 (sebaiknya 4) gejala lain, dengan kesulitan nyata untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, dan urusan rumah tangga.
Depresi berat jika terdapat ketiga gejala utama depresi ditambah setidaknya 4 gejala lainnya, beberapa harus berintensitas berat, dengan ketidakmampuan untuk meneruskan kegiatan sosial, pekerjaan, atau urusan rumah tangga.
Kriteria Diagnostik DSM-5
Sedangkan kriteria diagnostik depresi postpartum berdasarkan Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders 5 (DSM-5) adalah memenuhi kriteria episode depresi mayor dengan onset dalam 4 minggu setelah melahirkan.
Gejala Episode Depresi
Gejala episode depresi:
- Mood depresif hampir sepanjang hari, hampir setiap hari,
- Kehilangan minat dan kegembiraan pada seluruh, atau hampir seluruh aktivitas sepanjang hari, hampir sepanjang hari,
- Terdapat penurunan atau peningkatan berat badan yang signifikan, padahal tidak sedang diet (perubahan berat badan > 5% dalam 1 bulan), atau penurunan/ peningkatan nafsu makan hampir setiap hari,
Insomnia atau hipersomnia setiap hari,
- Agitasi atau retardasi psikomotor hampir setiap hari,
- Kelelahan atau kehilangan energi hampir setiap hari,
- Perasaan tidak berguna atau perasaan bersalah yang tidak sesuai (dapat berupa delusi) hampir setiap hari,
- Berkurangnya kemampuan berpikir/konsentrasi, atau kesulitan membuat keputusan, hampir setiap hari,
- Pikiran berulang tentang kematian, ide bunuh diri berulang tanpa rencana yang spesifik, atau percobaan bunuh diri atau membuat rencana spesifik untuk bunuh diri [26]
Kriteria Episode Depresi Mayor
Episode depresi disebut sebagai episode depresi mayor jika:
- Terdapat 5 (atau lebih) gejala berikut yang terjadi selama setidaknya 2 minggu
- Representatif terdapat perubahan fungsi dari sebelumnya
- Harus memiliki gejala mood depresi atau kehilangan minat atau kegembiraan
Meskipun dalam DSM V dinyatakan bahwa onset terjadi dalam waktu 4 minggu setelah melahirkan, namun kebanyakan peneliti dan ahli berpendapat bahwa onset bisa timbul kapan saja dalam waktu satu tahun setelah melahirkan [23,27].
Skrining Depresi Postpartum
Skrining untuk depresi postpartum penting untuk segera dilakukan bila terdapat faktor risiko. Instrumen yang mudah dan telah divalidasi untuk alat skrining depresi postpartum di Indonesia adalah Edinburg postnatal depression scale (EPDS) [4]. Instrumen ini terdiri dari 10 pertanyaan dengan skor antara 0-30 dan bisa diaplikasikan kurang dari 5 menit. Pertanyaan-pertanyaan dalam EPDS adalah mengenai apa yang ibu rasakan selama minggu sebelumnya. Cut off point untuk EPDS adalah 13 dengan skor > 13 menunjukkan kemungkinan adanya depresi postpartum. Namun EPDS adalah instrumen untuk skrining saja, penegakan diagnosis tetap harus melalui wawancara klinis.