Patofisiologi Depresi Postpartum
Pada beberapa dekade terakhir, penelitian mengenai patofisiologi depresi postpartum berfokus pada jalur neurosteroid karena perubahan kadar hormon setelah persalinan.
Perubahan Kadar Hormon setelah Plasenta Lahir
Setelah plasenta lahir, kadar hormon human chorionic gonadotropin (hCG), estrogen, dan progesteron turun drastis dalam 2 minggu pertama. Turunnya kadar progesteron secara cepat dihipotesiskan sebagai penyebab depresi postpartum. Sedangkan penurunan estrogen secara cepat mencetuskan peningkatan sensitivitas reseptor dopamin yang menyebabkan episode psikotik postpartum pada wanita dengan bipolar[2].
Disregulasi Aksis HPA
Disregulasi aksis hypothalamic–pituitary-adrenocortical (HPA) juga merupakan salah satu penemuan biologis konsisten pada gangguan mood. Aksis HPA berubah drastis pada minggu pertama setelah persalinan. Segera setelah persalinan, reseptor corticotrophin releasing hormone (CRH) di hipotalamus menurun jumlahnya, menyebabkan penurunan respon adrenocorticotropic hormone (ACTH) dan penurunan pelepasan kortisol. Respon ini kembali normal dalam 6 minggu postpartum [2].