Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Etiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) general_alomedika 2020-06-09T14:59:30+07:00 2020-06-09T14:59:30+07:00
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Etiologi severe acute respiratory syndrome (SARS) adalah infeksi oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus (SARS-CoV). Genom SARS-CoV telah diurutkan (sequenced) dan tidak terkait dengan coronavirus manusia ataupun coronavirus hewan yang telah dikenal sebelumnya. Kemungkinan SARS-CoV awalnya adalah virus pada hewan yang kemudian mengalami mutasi menjadi patogen manusia.[10,11]

Virologi

Coronavirus adalah anggota dari famili Coronaviridae, yaitu suatu virus yang besar dan mempunyai selubung (envelope). Coronavirus (CoVs) awalnya dianggap sebagai virus pernapasan yang relatif tidak berbahaya bagi manusia. Coronavirus dapat ditemukan secara luas di berbagai spesies hewan seperti kucing, anjing, babi, kelinci, tikus, ayam, kalkun, dan paus. Namun, keberadaan coronavirus zoonosis yang meningkatkan penularan antar spesies akhirnya meningkatkan insidensi dan mortalitas pada populasi manusia.

Selubung coronavirus dipenuhi dengan tonjolan-tonjolan yang panjang berbentuk daun bunga (petal). Genom RNA coronavirus mempunyai ukuran 27-32 kb dan merupakan genom yang terbesar di antara semua virus yang ada. Genom virus ini beruntai tunggal (single-stranded) dan membentuk suatu nukleokapsid helikal yang fleksibel dan panjang. Nukleokapsid ini terletak di dalam suatu selubung lipoprotein yang terbentuk dari penggembungan membran intraseluler.[10,11,12]

Replikasi virus in vivo dapat terjadi pada kompartemen sitoplasma yang dikelilingi lapisan membran ganda. Replikasi dapat tersebar (disseminated) sehingga menyebabkan infeksi sistemik atau dapat terbatas pada beberapa tipe sel (seringkali sel epitel saluran pernapasan atau saluran cerna dan makrofag) dan menyebabkan infeksi lokal. Seperti kebanyakan virus RNA lain, coronavirus memiliki frekuensi mutasi yang sangat besar.[11,12]

Stabilitas Virus

Selain menular melalui droplet, SARS-CoV juga diisolasi dari feses dengan viral load yang tinggi. Hal ini membuat beberapa peneliti menduga bahwa virus ini juga dapat menyebar melalui jalur fecal-oral. SARS-CoV memiliki stabilitas yang tinggi di lingkungan dan dapat bertahan 2-3 hari di suhu ruangan pada permukaan kering yang terkontaminasi, serta 2-4 hari pada feses. Selain itu, studi oleh Rabenau HF et al menemukan bahwa SARS-CoV dapat bertahan sampai 9 hari pada cairan dan dapat bertahan 24 jam sampai 6 hari pada lingkungan kering.[5,13]

Reservoir dan Host SARS

Investigasi epidemiologi awal menduga bahwa reservoir alami dari SARS-CoV adalah musang bulan (Paguma larvata). Selain itu, studi oleh Wang LF et al juga melaporkan bahwa kelelawar tapal kuda genus Rhinolophus telah diidentifikasi sebagai reservoir alami untuk SARS-like coronaviruses.[5]

Faktor Risiko

Faktor risiko SARS bermacam-macam, salah satunya adalah bepergian ke daerah endemis.  Selain itu, kontak dengan pasien, hewan reservoir (musang bulan dan kelelawar), serta tenaga kesehatan yang tidak menggunakan alat pelindung diri yang sesuai juga menjadi faktor risiko.[1,5]

Beberapa pasien (terutama yang berusia tua) lebih mudah terpapar SARS-CoV oleh karena komorbiditas sebelumnya, seperti:

  • Penyakit endokrin: diabetes mellitus tipe 1 dan diabetes mellitus tipe 2

  • Penyakit kardiovaskular: penyakit jantung kronis
  • Penyakit ginjal: penyakit ginjal kronis

  • Penyakit keganasan: kanker payudara

  • Penyakit imunodefisiensi: pasien dengan infeksi HIV

  • Penyakit saraf: parkinson[1,14]

Referensi

1. Chan-Yeung M, Xu RH. SARS: epidemiology. Respirology. 2003;8(1):S9‐S14.
5. Wang LF, Eaton BT. Bats, civets and the emergence of SARS. Curr Top Microbiol Immunol. 2007;315:325‐344.
10. Nicholls J, Dong XP, Jiang G, Peiris M. SARS: clinical virology and pathogenesis. Respirology. 2003;8 Suppl(Suppl 1):S6‐S8.
11. Poutanen SM, Low DE, Henry B, et al. Identification of severe acute respiratory syndrome in Canada. N Engl J Med. 2003:348.
12. Stertz S, Reichelt M, Spiegel M, et al. The intercellular sites of early replication and budding of SARS-coronavirus. Virology. 2007;361(2):304-15.
13. Rabenau HF, Cinatl J, Morgenstern B, et al. Stability and inactivation of SARS coronavirus. Med Microbiol Immunol. 2005;194(1-2):1‐6.
14. Moni MA, Liò P. Network-based analysis of comorbidities risk during an infection: SARS and HIV case studies. BMC Bioinformatics. 2014;15:333.

Patofisiologi Severe Acute Respi...
Epidemiologi Severe Acute Respir...

Artikel Terkait

  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Ventilasi Mekanik pada Acute Respiratory Distress Syndrome
    Ventilasi Mekanik pada Acute Respiratory Distress Syndrome
  • Rontgen Toraks Normal tidak Dapat Menyingkirkan COVID-19
    Rontgen Toraks Normal tidak Dapat Menyingkirkan COVID-19
  • Kemiripan MIS-C Akibat COVID-19 dengan Penyakit Kawasaki pada Anak
    Kemiripan MIS-C Akibat COVID-19 dengan Penyakit Kawasaki pada Anak
  • Azithromycin Tidak Bermanfaat sebagai Terapi COVID-19
    Azithromycin Tidak Bermanfaat sebagai Terapi COVID-19

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
dr. ALOMEDIKA
6 hari yang lalu
Trending! TOP 5 Artikel COVID 19 yang Paling Banyak di Baca Dokter di Tahun 2022
Oleh: dr. ALOMEDIKA
2 Balasan
ALO Dokter,Tidak terasa ya, Dok, kita telah memasuki separuh kedua dari tahun 2022. Meskipun sempat menurun, beberapa waktu belakangan ini diketahui tingkat...
Anonymous
13 hari yang lalu
Tertular COVID-19 di tempat kerja - Kedokteran Okupasi Ask the Expert
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Selamat sore dr. Fani SpOK.. jika tertular covid-19 di tempat kerja termasuk kecelakaan kerja?
Anonymous
03 Mei 2022
Antihipertensi pada pasien post stroke ICH dengan long COVID-19
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Selamat malam dok, ijin diskusi pasien post COVID gejala berat, kadang batuk dan sesak, terutama bila beraktivitas diluar kegiatan harian.Pasien post koma...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.