Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS) general_alomedika 2020-06-09T14:48:53+07:00 2020-06-09T14:48:53+07:00
Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Pendahuluan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)

Oleh :
dr. Nurul Falah
Share To Social Media:

Severe acute respiratory syndrome (SARS) merupakan penyakit infeksi saluran pernapasan yang disebabkan oleh severe acute respiratory syndrome coronavirus  (SARS-CoV). Penyakit ini pertama kali ditemukan di China Selatan pada November 2002. WHO kemudian mengumumkan SARS sebagai ancaman global pada 15 Maret 2003. Saat itu SARS merupakan epidemi baru yang menyebar dengan cepat ke seluruh dunia, terutama di negara-negara Asia.[1,2]

SARS-CoV dapat menyebar melalui droplet, kontak dengan material terkontaminasi, dan melalui jalur fecal-oral. Umumnya SARS menunjukkan gambaran pneumonia atipikal dengan gejala demam, batuk dan sesak yang dapat berkembang menjadi acute respiratory distress syndrome (ARDS) pada 20% kasus. Apabila ARDS tidak ditangani, penyakit dapat berkembang menjadi sepsis, syok sepsis, dan kematian. Penyakit ini memiliki laju mortalitas sekitar 10%.[1,3]

shutterstock_1630990573-min

Baku emas diagnosis SARS adalah pemeriksaan laboratorium reverse-transcriptase polymerase chain reaction (RT-PCR). Namun apabila RT-PCR tidak tersedia atau sulit dilakukan, penegakkan diagnosis dapat dilakukan dengan anamnesis mengenai riwayat kontak dengan orang berisiko, musang bulan atau kelelawar. Pemeriksaan fisik juga sangat penting untuk melihat apakah SARS sudah menyebabkan sepsis hingga syok.[1-5]

Sampai saat ini, belum terdapat antiviral yang terbukti efektif untuk SARS. Penatalaksanaan SARS yang dianggap paling penting adalah terapi suportif yang mengupayakan agar penderita tidak mengalami dehidrasi, gagal napas, dan infeksi sekunder. Terapi suportif meliputi pemberian cairan kristaloid dan oksigen. Pemberian cairan harus dilakukan dengan hati-hati karena dapat memperburuk oksigenasi apabila diberikan secara berlebihan. Penggunaan alat bantu pernapasan seperti ventilator juga disarankan untuk tatalaksana gagal napas.[2,4]

Referensi

1. Chan-Yeung M, Xu RH. SARS: epidemiology. Respirology. 2003;8(1):S9‐S14.
2. WHO. Consensus document on the epidemiology of severe acute respiratory syndrome (SARS).2003. https://www.who.int/csr/sars/en/WHOconsensus.pdf
3. Chen J, Subbarao K. The Immunobiology of SARS*. Annu Rev Immunol. 2007;25:443‐472.
4. Ksiazek TG, Erdman D, Goldsmith C, et al. A novel coronavirus associated with severe acute respiratory syndrome. N Engl J Med 2003; 348.
5. Wang LF, Eaton BT. Bats, civets and the emergence of SARS. Curr Top Microbiol Immunol. 2007;315:325‐344.

Patofisiologi Severe Acute Respi...

Artikel Terkait

  • Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona
    Upaya Kesehatan Masyarakat dalam Menghadapi Pandemi Virus Corona
  • Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
    Penggunaan Alat Pelindung Diri untuk Mencegah Penyakit Infeksius pada Tenaga Medis dalam Menghadapi Pandemi COVID-19
  • Ventilasi Mekanik pada Acute Respiratory Distress Syndrome
    Ventilasi Mekanik pada Acute Respiratory Distress Syndrome
  • Rontgen Toraks Normal tidak Dapat Menyingkirkan COVID-19
    Rontgen Toraks Normal tidak Dapat Menyingkirkan COVID-19
  • Kemiripan MIS-C Akibat COVID-19 dengan Penyakit Kawasaki pada Anak
    Kemiripan MIS-C Akibat COVID-19 dengan Penyakit Kawasaki pada Anak

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
21 hari yang lalu
Antihipertensi pada pasien post stroke ICH dengan long COVID-19
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Selamat malam dok, ijin diskusi pasien post COVID gejala berat, kadang batuk dan sesak, terutama bila beraktivitas diluar kegiatan harian.Pasien post koma...
dr. Kaleb Daud Samson Salossa
17 April 2022
Pandemi Covid 19 vs New Normal baru dimana kita harus berteman dengan COVID-19
Oleh: dr. Kaleb Daud Samson Salossa
2 Balasan
Ijin diskusi sejawat sekalian,Ada salah satu ahli epidemiologi dari UI, saya lupa Namanya, perna ditayangkan di stasiun TV swasta (TV One kalau tdk salah)....
dr. Hudiyati Agustini
07 April 2022
Palpitasi dan extrasistole pasca COVID-19 - Penyakit Dalam Ask the Expert
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALo dr. Desy SpPD. Pasien saya, wanita 50 tahun mengeluh gangguan detak jantung setelah sembuh dari COVID-19. Sudah konsultasi ke spesialis penyakit dalam,...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.