Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Schistosomiasis general_alomedika 2024-01-24T09:47:15+07:00 2024-01-24T09:47:15+07:00
Schistosomiasis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Schistosomiasis

Oleh :
dr. Nicholas Pratama
Share To Social Media:

Gold standard diagnosis schistosomiasis adalah ditemukannya telur Schistosoma pada spesimen fekal atau urin. Schistosomiasis perlu dicurigai pada pasien dengan gejala abdominal dan urogenital, disertai riwayat berkunjung ke daerah endemis.[6]

Anamnesis

Pasien schistosomiasis akan mengalami keluhan abdominal dan urogenital. Gejala bersifat nonspesifik seperti demam, malaise, myalgia, batuk nonproduktif, diare, dan hematuria.

Schistosomiasis yang paling sering adalah schistosomiasis intestinal, ditandai dengan keluhan buang air besar cair berulang yang disertai adanya darah. Keluhan urogenital yang sering timbul adalah buang air kecil berdarah.

Pada wanita, keluhan genital lebih muncul, yaitu terjadi lesi genital, perdarahan pervaginam, dan nyeri saat hubungan seksual. Sedangkan pada laki–laki dapat ditemukan hematospermia. Walaupun jarang, keluhan inkontinensia urine atau alvi juga dapat terjadi.[6,9,13,14]

Pada sistem respirasi, pasien dengan schistosomiasis dapat mengeluh sesak, batuk berdarah atau produktif, dan nyeri dada nonkardiogenik. Keluhan pada kulit seperti gatal, kemerahan, dan erupsi makulopapular yang dikenal dengan cercarial dermatitis atau swimmer's itch juga dapat ditemukan.

Keluhan pada kulit seringkali ditemukan pada pasien dewasa berupa pruritus dan erupsi kulit, sedangkan keluhan BAK berdarah, nyeri abdomen, dan hepatomegali banyak ditemukan pada anak–anak.[13,14]

Pada pasien dengan sindrom Katayama, dapat mengeluh demam, nyeri sendi, dan keluhan vaskulitis kutan, sesak, penurunan berat badan, dan nyeri perut. Kumpulan keluhan ini biasanya muncul 3–8 minggu setelah kontak dengan parasit dan membaik dalam 2–10 minggu. Akan tetapi, pada beberapa kasus dapat menjadi persisten dengan tanda penurunan berat badan, sesak, diare, dan nyeri abdomen.[14]

Di Indonesia, daerah endemis ada di Provinsi Sulawesi Tengah, tepatnya di Dataran Tinggi Napu, Bodo, dan Lindu Kabupaten Poso dan Sigi. Pasien perlu ditanyakan mengenai riwayat kontak dengan danau atau sungai, misalnya mandi di sungai, serta menyeberangi danau atau sungai.[6,9,14]

Pemeriksaan Fisik

Pada pemeriksaan fisik, dapat ditemukan demam, malaise, nyeri perut disertai hepatomegali dan splenomegali. Pada kondisi penyakit yang lebih berat, dapat ditemukan cairan bebas di abdomen.[6]

Schistosomiasis dapat meliputi sistem urogenital, gastrointestinal, kulit, sistem saraf pusat, dan sindrom Katayama.

Sindrom Katayama

Keadaan ini biasanya muncul 3–8 minggu setelah kontak dengan parasit. Pada pemeriksaan fisik dapat ditemukan demam, vaskulitis kutaneus seperti papul dan plak merah kecoklatan. Lesi ini dapat sembuh spontan dalam 2–10 minggu.

Sindrom Katayama dapat persisten dengan pemeriksaan fisik ditemukan penurunan berat badan, sesak, tanda dehidrasi karena diare, dan hepatosplenomegali.[14]

Sistem Integumen

Lesi dari gejala akut biasanya muncul pada sistem integumen dengan memberikan gambaran hipersensitivitas yang diinduksi cercariae. Gambaran klinis meliputi 2 gambaran, yaitu swimmer’s itch atau cercarial dermatitis dan demam atau sindrom Katayama.

Penetrasi cercarial hanya memerlukan waktu 1–5 menit, di mana selanjutnya akan menyebabkan lesi kulit seperti gambaran inflamasi lokal, yaitu eritema dan erupsi makulopapular. Ruam kemerahan pada kulit juga dapat muncul pada seluruh tubuh.[14]

Sistem Respirasi

Schistosoma dapat mencapai jaringan paru dalam 3–8 minggu setelah penetrasi parasit dengan pemeriksaan fisik yang bermakna adalah peningkatan laju napas, gambaran bronkospasme, hemoptisis, dan wheezing.[14]

Sistem Saraf Pusat

Manifestasi pada sistem saraf pusat (SSP) jarang ditemukan, tetapi dapat terjadi pada infeksi kronik. Pemeriksaan SSP dapat menunjukkan defisit neurologis fokal, kejang maupun epilepsi, flaccid, paraplegia akut, sampai gangguan sensorik dan inkontinensia.[14]

Diagnosis Banding

Diagnosis banding schistosomiasis cukup luas karena gejala bisa sangat tidak spesifik.

Gastroenteritis Akut

Gastroenteritis akut memiliki gejala utama buang air besar cair >3 kali dalam satu hari dengan atau tanpa darah. Pada gastroenteritis akut bakterial atau disentri, dapat ditemukan adanya bakteri pada pemeriksaan analisis feses.[13]

Batu Ginjal

Batu ginjal ditandai dengan nyeri perut yang kolik dan bisa disertai hematuria. Pada pemeriksaan urinalisis dapat ditemukan kristal pada urin, dan batu bisa terlihat pada USG ginjal.[13]

Pemeriksaan Penunjang

Baku emas penegakkan diagnosis schistosomiasis adalah pemeriksaan mikroskopik. Diagnosis ditegakkan dengan adanya telur Schistosoma pada feses atau urin. Pemeriksaan feses dilakukan dengan teknik pewarnaan methylene blue pada gliserin atau preparat kaca. Teknik ini disebut teknik Kato–Katz.[6,10]

Pada urin dapat dilakukan pemeriksaan filtrasi dengan saringan nylon dan polikarbonat dan dilakukan pemeriksaan mikroskopis

  • Telur Schistosoma mansoni besar, dengan ukuran panjang 114–180 µm dan lebar 45–70 µm. Telur memiliki spina lateral menonjol yang posisinya dekat ujung posterior. Ujung anterior berbentuk mendatar dan sedikit melengkung. Ketika diekskresikan ke feses, telur mengandung miracidium matur
  • Telur Schistosoma haematobium besar, dengan ukuran panjang 110–170 µm dan lebar 40–70 µm. Spina terminal menyolok. Telur mengandung miracidium matur ketika diekskresikan di urine
  • Telur Schistosoma japonicum besar dan berbentuk lebih bulat dibandingkan spesies lain. Ukuran panjangnya 70–100 µm dan lebar 55–64 µm. Spina lebih kecil dan lebih tidak mencolok dibandingkan spesies lain. Telur ditemukan di feses[6,10]

 

 

Direvisi oleh: dr. Felicia Sutarli

Referensi

6. World Health Organization. Schistosomiasis Fact Sheets Details. 2020. https://www.who.int/news-room/fact-sheets/detail/schistosomiasis
9. Gray DJ, Ross AG, Li YS, McManus DP. Diagnosis and management of schistosomiasis. BMJ. 2011;342:d2651. doi:10.1136/bmj.d2651
10. Centers for Disease Control and Prevention. Schistosomiasis - Resources for Health Professionals. 2019. https://www.cdc.gov/parasites/schistosomiasis/health_professionals/index.html
13. Lackey EK, Horrall S. Schistosomiasis. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK554434/
14. Carbonell C, Rodríguez-Alonso B, López-Bernús A, Almeida H, Galindo-Pérez I, Velasco-Tirado V, Marcos M, Pardo-Lledías J, Belhassen-García M. Clinical Spectrum of Schistosomiasis: An Update. J Clin Med. 2021 Nov 25;10(23):5521. doi: 10.3390/jcm10235521. PMID: 34884223; PMCID: PMC8672275.

Epidemiologi Schistosomiasis
Penatalaksanaan Schistosomiasis

Artikel Terkait

  • Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
    Penatalaksanaan Askariasis Intestinal pada Anak Usia Bawah 6 Tahun
  • Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
    Enterobius vermicularis pada Kasus Appendicitis
  • Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
    Kondisi Terkini Infeksi Cacing Di Indonesia
Diskusi Terkait
dr. Novia Mulia Pertiwi
Dibalas 16 Februari 2024, 11:29
Keluar ulat di sela jari kuku kaki
Oleh: dr. Novia Mulia Pertiwi
4 Balasan
Alo dokter, ijin untuk berdiskusi.Seorang pasien berusia 60th, laki2.Awalnya mengeluhkan terasa gatal dan berair pd bagiam sela kuku jari jempol kaki, yg...
Anonymous
Dibalas 18 Desember 2023, 07:59
Obat cacing untuk bayi usia 11 bulan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Izin konsul dok, apakah obat cacing sudah bisa diberikan pada anak usia 11 bulan, dg bb 8,5 kgAnak mengeluh mudah diare, BB susah naik, conjungtiva sedikit...
dr.Rivia Pricillia Pantow
Dibalas 01 Juni 2023, 18:02
Apakah obat cacing bisa diberikan pada anak usia di bawah 2 tahun?
Oleh: dr.Rivia Pricillia Pantow
2 Balasan
Alo dokter. Ijin berdiskusi yah saya mendapatkan pasien bayi 6 bln, untuk keluhannya keluar cacing kremi pada waktu bab, dan ada yang keluar lewat anus....

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.