Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Diagnosis Pertusis general_alomedika 2022-04-05T17:43:11+07:00 2022-04-05T17:43:11+07:00
Pertusis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Diagnosis Pertusis

Oleh :
Maria Rossyani
Share To Social Media:

 

Baku emas diagnosis pertusis menggunakan kultur walau demikian hal ini sulit dilakukan karena idealnya sampel diambil pada 2 minggu pertama tapi pasien umumnya datang setelah lewat 2 minggu saat gejala khas pertusis muncul.

Anamnesis

Infeksi Pertusis pada subjek yang rentan berdurasi minimal 6 minggu, dapat dibedakan menjadi beberapa fase. Periode inkubasinya antara 1 – 3 minggu namun biasanya antara 7 – 10 hari. Periode inkubasi ini jauh lebih lama dari infeksi saluran napas atas yang biasa, seperti common cold (biasanya hanya 1 – 3 hari). Banyak pasien yang baru mencari pertolongan medis setelah batuk beberapa minggu (sudah memasuki batuk subakut atau kronis).[6]

Anak-anak di atas usia balita, remaja, dan dewasa tidak menunjukkan fase yang jelas. Orang dewasa yang sudah divaksinasi umumnya mengalami bronkitis tanpa whoop, di mana gejala itu akan muncul ditambah dengan muntah paska batuk pada orang dewasa yang belum tervaksinasi. Riwayat vaksinasi juga perlu ditanyakan untuk mengarahkan kecurigaan ke arah Pertusis.[2,6]

Fase 1 –  Periode Catarrhal

Fase 1 –  Periode Catarrhal; durasi 1-2 minggu, terdiri dari gejala-gejala tidak spesifik.

  • Malaise
  • Kongesti hidung
  • Rinorea
  • Bersin-bersin
  • Demam derajat rendah
  • Air mata keluar
  • Injeksi/sufusio konjungtiva (mata berubah kemerahan menyerupai konjungtivitis namun tidak melibatkan proses inflamasi). [6]

Uji diagnostik penunjang sebenarnya paling akurat pada fase ini, namun, manifestasi klinis yang non-spesifik jarang mengarahkan kecurigaan ke arah Pertusis. Pada fase ini Pertusis juga paling infeksius, walaupun tetap dapat menular hingga 3 minggu atau lebih sejak onset batuk.[1]

Fase 2 – Periode Paroksismal

Fase 2 – Periode Paroksismal; durasi 1-6 minggu, pada periode ini ciri khas Pertusis batuk rejan muncul.

  • Batuk yang muncul sangat parah dan intensif, batuk cepat dan dapat berkali-kali batuk dalam sekali inspirasi. Terkadang pada akhir batuk disertai nada melengking (whooping). Satu episode batuk dapat berlangsung hingga beberapa menit.

  • Batuk umumnya muncul tersering pada malam hari (karenanya disebut batuk paroksismal), dengan rata-rata 15 serangan dalam 24 jam. Pada minggu pertama dan kedua fase paroksismal serangannya sangat banyak, menetap pada minggu ke-2 dan 3, lalu perlahan menurun.
  • Setelah batuk pasien sering ingin muntah (post-tussive vomiting), seringkali wajah berubah kemerahan atau bahkan sianotik karena intensitas batuk. [6]

Fase 3 – Periode konvalesens

Fase 3 – Periode konvalesens (penyembuhan)

  • Batuk kronis yang dapat berlangsung dari beberapa minggu hingga beberapa bulan.
  • Batuk menjadi lebih jarang pada malam hari, lalu batuk paroksismal menghilang umumnya dalam 2-3 minggu. [6]

Pemeriksaan Fisik

Pada pasien dengan Pertusis tanpa komorbid/komplikasi penyakit lain, pemeriksaan fisik tidak berkontribusi banyak untuk diagnosis, namun hal yang dapat diperhatikan antara lain:

  • Demam (jarang ditemukan, kebanyakan pasien tidak memiliki infeksi saluran pernapasan bawah).
  • Dehidrasi
  • Perdarahan konjungtiva, petekia pada wajah/kepala/leher, dan rhonki pada paru dapat ditemukan (fase konvalesens)
  • Hipoksia
  • Whooping saat inspirasi (anak usia 6 bulan hingga 5 tahun). Di bawah 6 bulan dan di atas 5 tahun hal tersebut jarang ditemukan (kecuali pada orang dewasa yang belum tervaksinasi). [7]

Diagnosis banding

Secara umum, diagnosis banding Pertusis sangat luas, namun dapat dipersempit dengan menimbang durasi penyakit. Batuk berdurasi di bawah 3 minggu termasuk akut, batuk antara 3 – 8 minggu termasuk subakut, sementara batuk lebih dari 8 minggu termasuk kronik.[2,5]

Beberapa penyakit memiliki batuk persisten dan subakut sehingga dapat menyerupai Pertusis. Berikut penyakit yang gejala klinisnya mirip Pertusis:

  • Infeksi pernapasan karena adenoviral – gejala awal mirip berupa demam, konjungtivitis, terkadang nyeri tenggorokan.
  • Pneumonia – pada pasien yang kecil dapat menunjukkan gejala batuk stakato (inspirasi di antara setiap batuk).
  • Infeksi pernapasan virus syncytial (Respiratory syncytial virus)/RSV. – umumnya pada saluran pernapasan bawah, sering ditemukan rhonki basah dan mengi.

Selain penyakit-penyakit di atas, batuk kronis akibat merokok, GERD (gastroesophageal reflux disease), asma, drip post-nasal, dan batuk akibat penggunaan ACE-inhibitor juga dapat menyerupai Pertusis pada pasien dewasa. [5]

Pemeriksaan Penunjang

Beberapa pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk menunjang diagnosis pertusis adalah :

Diagnosis Laboratorium

Beberapa penunjang diagnosis Pertusis antara lain kultur, polymerase chain reaction (PCR), dan serologi.

  • Kultur – gold standard diagnosis Pertusis, umumnya sampel diambil dari nasofaring posterior (bukan tenggorok) : Idealnya bakteri terisolasi pada 2 minggu pertama (fase catarrhal / awal paroksismal), padahal pasien baru muncul setelah > 2 minggu sehingga kultur sering tidak dapat digunakan. Bakteri B. pertusis sulit dikultur, dapat memakan waktu hingga 2 minggu, dan kemungkinan positifnya bervariasi (30-50%). Media kultur dapat berupa Bordet Gengoi (potato-blood-glycerol agar) dan medium yang mengandung charcoal (Regan Lowe).[1,4]

  • Polymerase Chain Reaction (PCR) : Dapat mengkonfirmasi Pertusis pada outbreak, sangat sensitif [10]

  • Serologi : Dapat mengonfirmasi penyakit pada tahap akhir infeksi setelah tidak terdeteksi kultur. Idealnya dilakukan 2- 8 minggu setelah onset batuk. [5]

Radiologi

X-ray dada dapat menunjukkan infiltrat perihilar atau edema yang derajatnya bervariasi, serta atelektasis. Jika ditemukan konsolidasi, hal tersebut indikatif terhadap infeksi bakterial sekunder, atau pertusis pneumonia (jarang). Pada beberapa kasus, pneumotoraks, pneumomediastinum, atau terperangkapnya udara pada jaringan lunak dapat ditemukan.[5,6]

Gambaran X-ray Pertussis. Sumber: anonim, Openi, 2009. Gambaran X-ray Pertussis. Sumber: Openi, 2009.

Pemeriksaan darah

Leukositosis (15.000 – 50.000/uL) dengan limfositosis absolut terjadi pada akhir fase catarrhal dan paroksismal.[1,5] Temuan ini non-spesifik namun berkorelasi dengan tingkat keparahan penyakit. Sebuah studi menunjukkan bahwa pada bayi yang dicurigai mengalami Pertusis, hitung leukosit absolut di bawah 9400/uL dapat mengeksklusi Pertusis.[2,6]  Namun, pada orang dewasa (khususnya yang telah divaksinasi), jarang ditemukan limfositosis.[5]

Pada bayi berusia 3 bulan atau lebih muda, monitoring sel darah putih serial sangat penting dalam mengidentifikasi risiko dan menentukan prognosis pasien dengan Pertusis. Hitung sel darah putih >30.000/uL (dalam 5,1 hari setelah onset batuk), laju jantung yang cepat, dan hiperventilasi merupakan indikator infeksi Pertusis yang parah.2 Infeksi yang parah juga akan menyebabkan sel darah putih mencapai puncak lebih tinggi daripada kasus yang lebih ringan (rata-rata puncak leukositosis 74.200/uL, dibandingkan 24.200/uL pada kasus yang lebih ringan).[2]

 

Referensi

1. Top KA. Halperin SA. Pertussisn and Other Bordetella Infection. Dalam: Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. Penyunting. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill

2. Yeh S, et al. Pertussis infection in infants and children: Clinical features and diagnosis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober 2017]. Dapat diakses melalui [URL]: https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-infants-and-children-clinical-features-and-diagnosis

4. Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 26th edition. New York : McGrawHill

5. Cornia P, et al. Pertussis infection in adolescents and adults: Clinical manifestations and diagnosis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober 2017]. Dapat diakses melalui [URL]: https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-adolescents-and-adults-clinical-manifestations-and-diagnosis

6. Bocka J. Pertussis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober 2017]. Dapat diakses melalui [URL]: https://emedicine.medscape.com/article/967268-overview

7. Schläpfer G, Cherry JD, Heininger U, et al. Polymerase chain reaction identification of Bordetella pertussis infections in vaccinees and family members in a pertussis vaccine efficacy trial in Germany. Pediatr Infect Dis J 1995; 14:209.

10. Schmidt-Schläpfer G, Liese JG, Porter F, et al. Polymerase chain reaction (PCR) compared with conventional identification in culture for detection of Bordetella pertussis in 7153 children. Clin Microbiol Infect 1997; 3:462.

Epidemiologi Pertusis
Penatalaksanaan Pertusis
Diskusi Terkait
Anonymous
11 Desember 2022
Apakah masih diperlukan vaksinasi DPT jika sedang mengalami pertusis?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok,izin bertanya TS, seorang anak usia 5 tahun dengan diagnosa Pertussis, dengan riwayat belum pernah immunisasi DPT, apakah masih diperlukan vaksinasi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.