Epidemiologi Pertusis
Cakupan imunisasi merupakan penentu tinggi rendahnya epidemiologi pertusis di suatu daerah karena penyakit ini sangat menular. Epidemiologi pertusis tinggi terutama di negara berkembang dengan cakupan imunisasi rendah. Indeks penularan Bordetella mencapai 75 – 100%, yaitu jika terdapat sumber infeksi dan kontak dengan tidak adanya kekebalan, kasus penyebarannya akan sangat luas hingga mencapai 100%.[3]
Satu kasus primer Pertusis dapat menyebabkan 17 kasus sekunder pada subjek yang rentan, penularan terutama sering terjadi di dalam keluarga. Seperti yang telah disebutkan sebelumnya, reservoir utama dari patogen di alam dan sumber infeksi adalah tubuh manusia, utamanya pada usia anak-anak 3-6 tahun. Di negara dengan 4 musim, musim gugur dan musim dingin adalah masa penularan meningkat.[7]
Global
Sebelum ditemukannya vaksin whole-cell di Amerika Serikat pada tahun 1940, Pertusis merupakan penyakit berat dengan mortalitas yang tinggi terutama di kalangan anak-anak dan bayi. Vaksinasi Pertusis yang luas menurunkan insiden penyakit sekitar 80%.[2]
Saat ini Pertusis masih merupakan endemik global, walaupun dengan adanya vaksinasi. Insiden Pertusis secara global pada tahun 2015 menurut WHO adalah 24,1 juta kasus Pertusis, di mana 142.512 kasus berujung pada kematian.[8] Walaupun B. pertussis dapat ditemukan di seluruh dunia, penyebaran dan mortalitas terdapat pada wilayah dengan cakupan imunisasi yang rendah, umumnya di negara berkembang.[3,8]
Indonesia
Di Indonesia belum terdapat data nasional terhadap kasus pertusis nasional, namun pemerintah provinsi Jawa Tengah melaporkan 5 kasus antara tahun 2011- 2015. Kelimanya ditemukan hanya di tahun 2015, dengan 4 kasus ditemukan di Kudus dan 1 kasus ditemukan di Semarang.[9]