Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Pertusis general_alomedika 2022-04-05T17:42:57+07:00 2022-04-05T17:42:57+07:00
Pertusis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Pertusis

Oleh :
Maria Rossyani
Share To Social Media:

Berbeda dengan patofisiologi penyakit infeksi lainnya, patofisiologi pertusis bukan disebabkan oleh bakteri Bordetella pertussis sendiri tapi diakibatkan oleh toksin yang dihasilkan, dicirikan oleh limfositosis dan leukositosis.

B.pertussis menular via droplet di udara yang tersebar melalui batuk.[1-3] Gerbang masuk dari organisme adalah infeksi saluran pernapasan mukosa saluran atas. Setelah terhirup, B. pertussis kemudian menempel pada sel epitel (sel mukosa superfisial) dan nasofaring dengan mengeluarkan beberapa macam protein adesin seperti filamentous hemagglutinin (FHA).[2,4] Di tempat ini bakteri tersebut kemudian akan bermultiplikasi dan memproduksi berbagai toksin untuk merusak sel-sel lokal.

Toksin Pertusis merupakan toksin tipe AB. Toksin ini merupakan proses utama patogenesis Pertusis. Toksin B berikatan dengan sel epitel nasofaring kemudian menginjeksikan toksin A ke dalam sel-sel tersebut.[2] Toksin merupakan sebuah ADP-Ribosyl Transferase yang menginaktivasikan protein G1, dan sebagai akibatnya meningkatkan kadar adenylate cyclase dan peningkatan cAMP.[2]

Dari proses tersebut, nampak manifestasi peningkatan produksi mukus, kerusakan silia, serta infiltrasi sel polimorfonuklear. Kerusakan silia menyebabkan stasis mukus dalam saluran pernapasan, sementara mukus merangsang respon batuk. Keduanya menyebabkan iritasi konstan dari ujung saraf mukosa saluran pernapasan, terbentuknya fokus dominan eksitasi pada pusat batuk, dan menjadi batuk yang berkepanjangan pada pasien. Secara keseluruhan, proses perusakan lokal ditambah dengan hilangnya fungsi protektif sel pernapasan, menghasilkan mikroaspirasi dan gejala batuk. Beberapa substansi biologis untuk mekanisme di atas dapat dilihat pada Tabel 1. [2]

Tabel 1. Substansi biologis aktif dan faktor virulensi Bordetella pertussis

Molekul adesi Toksin Faktor pelawan Fagosit

Filamentous hemagglutinin (FHA)*

Sitotoksin trakeal* Toksin siklase adenilat*
Pertaktin* Toksin Pertusis* Toksin Pertusis*
Toksin Pertusis Toksin siklase adenilate*  
Fimbria Toksin dermonekrosis
Faktor kolonisasi trakeal Lipopolisakarida

* Faktor ini memainkan peran yang besar berdasarkan penelitian in vivo dan in vitro.

Setelah infeksi, tubuh akan mengeluarkan antibodi untuk melawan beragam antigen yang telah disebut pada Tabel 1. Komponen-komponen dari antigen ini banyak dimanfaatkan untuk mengembangkan vaksin Pertusis.

Pada kasus fatal (umumnya terdapat pada anak-anak dan bayi), B. pertussis  juga dapat ditemukan hingga pada makrofag alveolar dan epitel bersilia di saluran pernapasan. Kemungkinan hal ini yang mendasari batuk yang berkepanjangan. Pertusis toksin yang dikeluarkan untuk destruksi sel lokal juga menyebabkan limfositosis dan hiperinsulinemia, yang kemudian mengakibatkan hipoglikemia anak. Secara khusus, limfositosis dan leukositosis merupakan ciri khas infeksi Pertusis. Hal ini disebabkan, adanya kerusakan terlokalisir pada saluran napas atas yang tidak dapat dicapai oleh limfosit dan leukosit sehingga banyak terakumulasi dalam darah.[2]

Kerusakan pada pertusis terutama disebabkan oleh toksin yang diproduksi bakteri dan bukan oleh bakteri itu sendiri. Bakteri B. pertussis  cenderung sudah hilang pada fase paroksismal.[5]

Referensi

1Top KA. Halperin SA. Pertussisn and Other Bordetella Infection. Dalam: Kasper DL. Hauser SL. Jameson JL. Fauci AS. Longo DL. Loscalzo J. Penyunting. 2015. Harrison’s Principles of Internal Medicine 19th edition. NewYork : McGrawHill

2Yeh S, et al. Pertussis infection in infants and children: Clinical features and diagnosis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober 2017]. Dapat diakses melalui [URL]: https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-infants-and-children-clinical-features-and-diagnosis

3 Centers for Disease Control and Prevention. Pertussis (Whooping Cough) Surveillance and Reporting [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober 2017]. Dapat diakses melalui [URL]: http://www.cdc.gov/pertussis/surv-reporting.html

4 Brooks GF. Carroll KC. Butel JS. Morse SA. Mietzner TA. 2013. Jawetz, Melnick & Adelberg’s Medical Microbiology 26th edition. New York : McGrawHill

5 Cornia P, et al. Pertussis infection in adolescents and adults: Clinical manifestations and diagnosis [Artikel dari internet]. [Dikutip Oktober 2017]. Dapat diakses melalui [URL]: https://www.uptodate.com/contents/pertussis-infection-in-adolescents-and-adults-clinical-manifestations-and-diagnosis

Pendahuluan Pertusis
Etiologi Pertusis
Diskusi Terkait
Anonymous
11 Desember 2022
Apakah masih diperlukan vaksinasi DPT jika sedang mengalami pertusis?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodok,izin bertanya TS, seorang anak usia 5 tahun dengan diagnosa Pertussis, dengan riwayat belum pernah immunisasi DPT, apakah masih diperlukan vaksinasi...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.