Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Difteri general_alomedika 2022-06-07T11:28:06+07:00 2022-06-07T11:28:06+07:00
Difteri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Difteri

Oleh :
dr. Bianda Dwida
Share To Social Media:

Penatalaksanaan difteri meliputi dua modalitas terapi utama, yaitu Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik. Selain itu, penatalaksanaan ditentukan dari ada atau tidaknya gangguan dari pernapasan maupun kardiovaskuler.[1,2]

Pada pasien yang dicurigai menderita difteri, pemberian antitoksin dilakukan segera setelah penegakan diagnosis secara klinis, tanpa perlu menunggu hasil laboratorium. Pasien suspek perlu dirawat di ruang isolasi, dengan kewaspadaan terhadap droplet. Selanjutnya, pasien perlu diawasi adanya distress pernapasan. Bila perlu, pasien diintubasi untuk memastikan jalur pernapasan yang paten.[1,2,6]

Medikamentosa

Komponen utama pengobatan adalah pemberian Anti Difteri Serum (ADS) dan antibiotik.

Anti Difteri Serum (ADS)

Anti Difteri Serum atau antitoksin difteri merupakan antiserum yang berasal dari kuda. Antitoksin berfungsi untuk menetralkan toksin difteri bebas sebelum memasuki sel. Jika seluruh toksin sudah mencapai membran sel, maka penggunaan antitoksin menjadi tidak bermanfaat. Dosis antitoksin bergantung dari status klinis dan keparahan dari kondisi. Obat ini dapat diberikan kepada pasien melalui rute intramuskuler maupun intravena.[1,5]

Uji Kulit Sebelum Pemberian:

Sebelum memberikan ADS, pasien perlu dinilai sensitivitasnya melalui uji kulit terlebih dahulu. Uji kulit dilakukan dengan melarutkan 0,1 mL ADS dalam larutan garam fisiologis 1:1000, lalu disuntikkan secara intrakutan. Hasil positif ditunjukkan dengan adanya indurasi >10 mm dalam 20 menit.[5]

Dosis Anti Difteri Serum:

Bila uji kulit positif, ADS diberikan dengan cara desensitisasi. Bila uji kulit negatif, ADS diberikan sekaligus secara intravena. Dosis ADS ditentukan secara empiris berdasarkan keparahan penyakit dan durasi sakit, tidak bergantung dari berat badan pasien. Dosisnya berkisar antara 20.000-100.000 unit.[4]

Tabel 1. Dosis Anti Difteri Serum

Keparahan Difteri Dosis untuk Anak dan Dewasa
Difteri laring atau faring selama 2 hari 20.000 – 40.000 IU
Difteri nasofaring 40.000 – 60.000 IU
Sakit lebih dari 3 hari atau pada pasien dengan pembengkakan difus di leher (distress pernapasan dan hemodinamik tidak stabil) 80.000 – 100.000 IU

Sumber: dr. Bianda, 2022.[1,4,5]

Pemberian ADS intravena dilakukan dengan cara melarutkan ke dalam larutan garam fisiologis atau 100 ml dextrose 5% lalu disuntikan perlahan dalam 1-2 jam. Amati adanya efek samping obat selama pemberian antitoksin hingga 2 jam berikutnya. Selain itu, amati pula adanya reaksi hipersensitivitas lambat (serum sickness).[4]

Kemungkinan terjadi reaksi anafilaksis sekitar 0,6% yang terjadi beberapa menit setelah pemberian ADS. Untuk itu, pemantauan ketat dan injeksi epinefrin harus selalu tersedia pada pasien yang baru mendapatkan ADS.[1]

ADS tidak boleh diberikan pada wanita hamil.[2,4,18]

Antibiotik

Pilihan antibiotik untuk difteri adalah erythromycin dan penicillin G atau penicillin V. Alternatifnya adalah benzilpenicillin atau erythromycin secara parenteral, jika pasien tidak dapat menelan. Pengobatan antibiotik perlu dimulai sedini mungkin untuk eradikasi organisme ini. Selain itu, pengobatan antibiotik membantu membatasi jumlah toksin yang diedarkan, mempercepat pemulihan, dan mencegah penyebaran infeksi ke kontak erat.[1,4,5]

Pembedahan

Jika terdapat tanda ancaman obstruksi komplit pada jalan napas, maka diperlukan tindakan patensi jalan napas. Tanda ancaman obstruksi komplit jalan napas adalah stridor inspirasi, peningkatan laju napas, retraksi dinding dada, dan penggunaan otot bantu napas.

Patensi jalan napas dilakukan dengan pendekatan bertingkat. Metode pertama yang dapat dilakukan adalah intubasi orotrakeal. Namun, jika setelah terpasang intubasi jalan napas belum aman, dapat dilakukan trakeostomi atau needle cricoidthyroidotomy.

Jika penderita sudah mengalami obstruksi komplit pada jalan napas, lakukan trakeostomi emergensi jika ada ahli bedah berpengalaman atau lakukan needle cricothyroidotomy sebagai prosedur emergensi sementara. Pada kondisi ini, intubasi orotrakeal mungkin tidak dapat dilakukan dan dapat membuat membran terlepas sehingga obstruksi tidak teratasi.[4]

Bronkoskopi juga dapat dilakukan untuk membantu mengangkat pseudomembran yang ada.[2,4,18]

Terapi Suportif

Edukasi pasien untuk makan dan minum. Jika pasien kesulitan dalam menelan, pemberian nutrisi dapat dibantu dengan selang nasogastrik. Selang nasogastrik harus dipasang dengan sangat hati-hati.[4,5]

Perawatan Pasien Difteri

Perawatan pasien difteri dilakukan di ruang isolasi yang terpisah dari pasien lainnya. Dalam perawatan pasien difteri, seluruh tenaga kesehatan yang memeriksa atau merawat harus sudah menerima imunisasi lengkap.

Tenaga kesehatan yang berkontak langsung dengan penderita (jarak <1 meter) perlu menggunakan alat pelindung diri (APD) yang optimal.Pada saat memeriksa tenggorok dan mengambil spesimen, sebaiknya dilengkapi dengan topi dan baju pelindung. Sedangkan pada saat melakukan tindakan yang berpotensi menimbulkan aerosolisasi (intubasi dan bronkoskopi), tenaga kesehatan sebaiknya menggunakan masker N95.

Anggota keluarga yang mendampingi pasien, sebaiknya juga menggunakan APD, seperti masker bedah dan gaun. Seluruh tenaga kesehatan dan pendamping yang berkontak perlu untuk menerapkan etika batuk yang benar dan menjaga kebersihan tangan.[1,2,4,18]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Fredy Rodeardo Maringga

Referensi

1. Lamichhane A, Radhakrishnan S. Diphtheria. StatPearls, Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022.
2. Lo BM. Diphtheria. Medscape, 2019.
4. WHO. Operational protocol for clinical management of Diphtheria. 2017. https://www.who.int/publications-detail-redirect/operational-protocol-for-clinical-management-of-diphtheria
5. Sharma NC, Efstratiou A, Mokrousov I, Mutreja A, Das B, Ramamurthy T. Diphtheria. Nat Rev Dis Primers, 2019;5:1–18. https://doi.org/10.1038/s41572-019-0131-y.
6. CDC. Pinkbook: Diphtheria. 2021. https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/dip.html
18. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. PEDOMAN PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN DIFTERI. Sehat Negeriku, 2017. https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/pesan-sehat/20171211/4624262/pedoman-pencegahan-dan-pengendalian-difteri/

Diagnosis Difteri
Prognosis Difteri

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
13 September 2021
Pasien wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, seorang wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir, terasa nyeri juga saat menelan...
dr. Alya Hananti
26 November 2019
Efek dari imunisasi tetanus dan difteri yang diberikan dengan selang waktu hanya 1 tahun
Oleh: dr. Alya Hananti
9 Balasan
Alo, Dok. Izin bertanya, saya mendapatkan user yg anaknya diberikan booster imunisasi tetanus dan difteri terlalu dekat, yaitu saat TK dan kelas 1 SD, jadi...
dr. Riko Saputra
10 Agustus 2019
Penanganan kontak erat difteri
Oleh: dr. Riko Saputra
4 Balasan
Alodokter, ijin bertanya jika kita menemui pasien difteri maka apa saja yang perlu kita minum sebagai profilaksis?? Apakah ckup dengan antibiotik seperti...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.