Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Difteri general_alomedika 2022-06-07T11:20:40+07:00 2022-06-07T11:20:40+07:00
Difteri
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Difteri

Oleh :
dr. Bianda Dwida
Share To Social Media:

Etiologi penyakit difteri adalah infeksi bakteri Gram positif Corynebacterium sp., terutama C. diphtheria.[1]

Corynobacterium sp

Selain C. diphtheria, relasi dari spesies ini juga dapat menyebabkan difteri, yaitu C. ulcerans dan C. pseudotuberculosis. Ketiganya merupakan jenis bakteri yang memproduksi toksin difteri (diphtheria toxin/ DT). Jenis non-toksigenik dari C. diphtheriae dan Corynebacterium spp (NTCD), merupakan patogen yang berpotensi untuk menyebabkan wabah karena dapat menyebabkan penyakit yang cukup berat namun tidak dapat dicegah dengan vaksin difteri.[5]

C. diphtheriae adalah bakteri basilus, non-motil, tidak membentuk spora, dan tidak berkapsul. Bakteri C. diphtheria tampak seperti tongkat baton dengan salah satu ujung lebih besar dibanding ujung lainnya. Susunan bakteri ini terkadang seperti pagar (palisade), huruf V, atau L. Selain C. diphtheria, terdapat bakteri Corynebacterium ulcerans yang dapat menyebabkan difteri kulit dan difteri respiratorik meskipun insidensinya lebih jarang.[1]

Di Inggris, infeksi C. ulcerans lebih sering terjadi dibandingkan C. diphtheria, akibat transmisi zoonotik dari hewan, bepergian ke daerah endemis, dan tidak vaksinasi. Di Eropa dan beberapa negara maju lainnya, kasus C. ulcerans dilaporkan meningkat dengan gejala klinis menyerupai difteri, yang juga dialami oleh individu yang sudah divaksinasi.[5]

Faktor Risiko

Faktor risiko penyakit difteri dibedakan antara daerah endemis dan non endemis. Pada daerah endemis, cakupan vaksinasi menjadi faktor penting. Adapun di daerah non endemis dengan cakupan vaksinasi yang optimal, individu imunokompromais dan penyalahguna alkohol merupakan faktor risiko penyakit difteri.[5]

Beberapa studi mengemukakan bahwa cakupan vaksinasi yang kurang, perpindahan penduduk, gaya hidup kurang bersih, dan pemukiman padat penduduk merupakan faktor risiko dari difteri.[5,7,8]

Usia juga menjadi faktor risiko penyakit difteri yang cukup penting, di mana bayi berusia di antara 6 hingga 12 bulan berisiko lebih tinggi mengalami difteri dikarenakan menurunnya imunitas transplasenta dari ibunya. Tidak hanya itu, individu dewasa berusia di atas 40 tahun juga memiliki risiko yang signifikan. Hal ini umumnya berkaitan dengan status vaksinasi yang tidak lengkap atau bahkan tidak pernah vaksin sama sekali, atau akibat respon vaksin yang tidak adekuat.[2]

 

 

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Fredy Rodeardo Maringga

Referensi

1. Lamichhane A, Radhakrishnan S. Diphtheria. StatPearls, Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022.
2. Lo BM. Diphtheria. Medscape, 2019.
5. Sharma NC, Efstratiou A, Mokrousov I, Mutreja A, Das B, Ramamurthy T. Diphtheria. Nat Rev Dis Primers, 2019;5:1–18. https://doi.org/10.1038/s41572-019-0131-y.
7. Muhamad Ramdan I, Susanti R, Ifroh RH, Noviasty R. Risk factors for diphtheria outbreak in children aged 1-10 years in East Kalimantan Province, Indonesia. F1000Res 2018;7:1625. https://doi.org/10.12688/f1000research.16433.1.
8. Badell E, Alharazi A, Criscuolo A, Almoayed KAA, Lefrancq N, Bouchez V, et al. Ongoing diphtheria outbreak in Yemen: a cross-sectional and genomic epidemiology study. The Lancet Microbe 2021;2:e386–96. https://doi.org/10.1016/S2666-5247(21)00094-X.

Patofisiologi Difteri
Epidemiologi Difteri

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
13 September 2021
Pasien wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, seorang wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir, terasa nyeri juga saat menelan...
dr. Alya Hananti
26 November 2019
Efek dari imunisasi tetanus dan difteri yang diberikan dengan selang waktu hanya 1 tahun
Oleh: dr. Alya Hananti
9 Balasan
Alo, Dok. Izin bertanya, saya mendapatkan user yg anaknya diberikan booster imunisasi tetanus dan difteri terlalu dekat, yaitu saat TK dan kelas 1 SD, jadi...
dr. Riko Saputra
10 Agustus 2019
Penanganan kontak erat difteri
Oleh: dr. Riko Saputra
4 Balasan
Alodokter, ijin bertanya jika kita menemui pasien difteri maka apa saja yang perlu kita minum sebagai profilaksis?? Apakah ckup dengan antibiotik seperti...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.