Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
general_alomedika 2022-06-07T12:54:26+07:00 2022-06-07T12:54:26+07:00
Serum Antidifteri
  • Pendahuluan
  • Farmakologi
  • Formulasi
  • Indikasi dan Dosis
  • Efek Samping dan Interaksi Obat
  • Penggunaan pada Kehamilan dan Ibu Menyusui
  • Kontraindikasi dan Peringatan
  • Pengawasan Klinis

Pendahuluan Serum Antidifteri

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Serum antidifteri atau diphtheria antitoxin (DAT) merupakan obat lini pertama yang digunakan untuk penatalaksanaan difteri. Serum ini dibuat dari serum kuda yang hiperimun terhadap difteri.[1]

Serum antidifteri akan menetralisir toksin yang dihasilkan Corynebacteria diphtheriae yang berada di ekstraseluler, sehingga perlu diberikan secepat mungkin sebelum toksin masuk ke dalam sel. Toksin difteri yang telah masuk ke dalam sel tidak bisa dinetralisir dengan serum antidifteri.

Pasien dengan kecurigaan kuat ke arah difteri dapat langsung diberikan serum antidifteri tanpa menunggu hasil laboratorium. Sebelum diberikan, tes sensitivitas terhadap serum antidifteri harus dilakukan. Jika menunjukkan hasil positif, pemberian dengan cara desensitisasi harus dilakukan untuk meminimalisir risiko timbulnya reaksi anafilaksis.

Serum antidifteri diberikan sebagai dosis tunggal dan tidak memerlukan pengulangan. Besarnya dosis serum antidifteri yang diberikan bergantung dari lokasi infeksi dan durasi infeksi. Serum ini dapat diberikan bersamaan dengan antibiotik untuk mengeradikasi C. diphtheriae atau dengan imunisasi difteri toxoid. Jika diberikan bersamaan dengan vaksin, diharapkan pemberian dilakukan di ekstremitas yang berbeda. Selain untuk tata laksana difteri, serum antidifteri dapat digunakan sebagai profilaksis.[2-5]

Tabel 1. Deskripsi Singkat Serum Antidifteri

Perihal Deskripsi
Kelas Obat yang Mempengaruhi Sistem Imun[6]
Sub-kelas Serum dan Imunoglobulin[6]
Akses Harus dengan resep[6]
Wanita hamil

Kategori FDA: N

Kategori TGA: X[4]

Wanita menyusui Tidak diketahui[4,5]
Anak-anak Aman digunakan pada anak[4,5]
Infant Tidak diketahui[1-5]
FDA Approved

 

Referensi

1. Centers for Disease Control and Prevention. Chapter 7: diphtheria. 2019. Available from: https://www.cdc.gov/vaccines/pubs/pinkbook/dip.html
2. Betty L, Gahart RN, Adrienne R, Nazareno. Ortega MG. Gahart’s 2020 intravenous medications. 2020
3. McMillan J, Lee CK, Siberry GK, Dick JD, Carroll K. Harriet lane handbook of pediatric antimicrobial therapy. 2014
4. Public Health England. Immunoglobulin handbook: guidance on the use of diphtheria anti-toxin. 2018. https://assets.publishing.service.gov.uk/government/uploads/system/uploads/attachment_data/file/735374/18026_IMW025.04_immunoglobulin_handbood_diphtheria_update_AUG_2018_v2.pdf
5. World Health Organization. Operational protocol for clinical management of diphtheria. 2017. Available from: https://www.who.int/health-cluster/resources/publications/WHO-operational-protocols-diphtheria.pdf?ua=1
6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia tentang Daftar Obat Esensial Nasional 2013. KMK No. 312/MENKES/SK/IX/2013 Indonesia; 2013 p. 1–65

Farmakologi Serum Antidifteri

Artikel Terkait

  • Red Flag Nyeri Tenggorokan
    Red Flag Nyeri Tenggorokan
Diskusi Terkait
dr. Nurul Falah
13 September 2021
Pasien wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir
Oleh: dr. Nurul Falah
3 Balasan
Alo dokter, izin bertanya, seorang wanita usia 17 tahun mengeluhkan nyeri dan gatal tenggorokan sejak 3 hari terakhir, terasa nyeri juga saat menelan...
dr. Alya Hananti
26 November 2019
Efek dari imunisasi tetanus dan difteri yang diberikan dengan selang waktu hanya 1 tahun
Oleh: dr. Alya Hananti
9 Balasan
Alo, Dok. Izin bertanya, saya mendapatkan user yg anaknya diberikan booster imunisasi tetanus dan difteri terlalu dekat, yaitu saat TK dan kelas 1 SD, jadi...
dr. Riko Saputra
10 Agustus 2019
Penanganan kontak erat difteri
Oleh: dr. Riko Saputra
4 Balasan
Alodokter, ijin bertanya jika kita menemui pasien difteri maka apa saja yang perlu kita minum sebagai profilaksis?? Apakah ckup dengan antibiotik seperti...

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.