Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Panduan E-Prescription Konjungtivitis general_alomedika 2022-11-30T11:10:07+07:00 2022-11-30T11:10:07+07:00
Konjungtivitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan
  • Panduan E-Prescription

Panduan E-Prescription Konjungtivitis

Oleh :
dr. Novita
Share To Social Media:

Panduan e-prescription untuk konjungtivitis akut ini dapat digunakan oleh Dokter Umum saat hendak memberikan terapi medikamentosa secara online.

Konjungtivitis merupakan suatu peradangan atau infeksi pada lapisan konjungtiva mata. Secara umum dapat disebabkan oleh paparan alergen, serta infeksi baik virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Berdasarkan durasi gejala, konjungtivitis dapat dibedakan menjadi konjungtivitis akut (3‒4 minggu) dan konjungtivitis kronis (>4 minggu).[2]

Tanda dan Gejala

Pada anamnesis, pasien konjungtivitis biasanya mengeluhkan beberapa gejala:

  • Mata merah, gatal, panas seperti terbakar, atau mengganjal
  • Mata silau (fotofobia)
  • Penurunan tajam penglihatan bila ada keterlibatan kornea
  • Sekret mata
  • Riwayat paparan toksin atau alergen
  • Terkadang bisa disertai gejala seperti flu, yaitu demam, malaise, batuk, pilek, dan meriang[1,2,4-6]

Peringatan

Sebagian besar penyakit konjungtivitis tidak berbahaya dan bersifat self-limiting disease. Namun, gejala mata merah akibat konjungtivitis harus dibedakan dengan kegawatdaruratan pada mata, seperti glaukoma sudut tertutup,  iritis, keratitis, ulkus kornea, abrasi kornea, benda asing, dan skleritis, yang perlu dirujuk segera ke dokter spesialis mata karena berpotensi memicu kerusakan penglihatan permanen.

Komplikasi konjungtivitis sangat jarang, tetapi pasien yang tidak menunjukkan perbaikan gejala dalam 3‒5 hari atau mengalami perburukan gejala sebaiknya segera dirujuk ke dokter spesialis mata. Apabila konjungtivitis dicurigai berkaitan dengan infeksi gonorrhea, chlamydia, atau virus herpes, maka diperlukan konsultasi langsung dan terapi tidak diberikan secara daring.[2,22,23]

Medikamentosa

Penatalaksanaan konjungtivitis umumnya bersifat suportif karena mayoritas kasus bersifat swasirna. Baik konjungtivitis viral ataupun bakterial dapat sembuh sendiri dalam waktu 1-3 minggu. Pengobatan antibiotik spesifik diberikan pada kasus-kasus konjungtivitis tertentu saja, misalnya konjungtivitis terkait gonorrhea.[2,14]

Tata Laksana Suportif

Perawatan suportif untuk konjungtivitis antara lain pemberian artificial tears dan agen simtomatik.[3,4]

Air Mata Buatan:

Obat tetes air mata yang dijual dipasaran mengandung bahan seperti gliserin atau hidroksi propil metilselulosa (HPMC). Air mata buatan dapat diberikan 4 kali per hari. Pemberian air mata buatan dapat membantu mengurangi keluhan, melarutkan, serta membilas alergen dan mediator-mediator inflamasi yang terdapat pada permukaan mata. Sebaiknya gunakan air mata buatan yang tidak mengandung bahan pengawet dan dalam kemasan single-dose agar kemasan tetes mata tidak menjadi media penularan.[8]

Kompres Dingin:

Kompres dingin juga dapat diberikan untuk mengurangi keluhan terutama pada pasien dengan konjungtivitis alergi. Kompres dingin dapat dilakukan selama 5 menit.[8]

Irigasi Mata:

Irigasi mata dapat dilakukan untuk mengurangi sekret mata yang banyak, misalnya pada kasus konjungtivitis akibat infeksi Neisseria gonorrhoeae. Irigasi disarankan menggunakan cairan normal saline.[2,8]

Terapi Konjungtivitis Viral

Tidak ada terapi medikamentosa spesifik untuk konjungtivitis viral karena hampir sebagian besar kasus dapat sembuh sendiri. Pada kasus konjungtivitis akibat virus herpes, pasien perlu diperiksa secara langsung dan tidak dapat diberikan pengobatan antivirus secara daring.[2,8,21]

Terapi Konjungtivitis Alergi

Terapi utama konjungtivitis alergi adalah menghindari agen pencetus. Apabila dirasa perlu, pasien dapat diterapi menggunakan antihistamin topikal, mast cell stabilizer, vasokonstriktor, kortikosteroid, dan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS).[1,2]

Antihistamin:

Antihistamin topikal dapat diberikan selama ada keluhan, di antaranya:

  • Epinastine 0,05%, sebanyak 1 tetes, 2 kali sehari, di mata yang sakit. Obat ini tidak diberikan untuk anak di bawah 2 tahun karena keamanannya belum diketahui
  • Azelastine 0,05%, sebanyak 1 tetes, 2 kali sehari, di mata yang sakit. Obat ini tidak diberikan untuk anak di bawah 3 tahun karena keamanannya belum diketahui[7,8]

Antihistamin oral dapat diberikan untuk mengurangi keluhan gatal, misalnya:

  • Cetirizine 5‒10 mg/hari, selama ada keluhan

  • Loratadine 10 mg/hari atau 5 mg/12 jam, selama ada keluhan, dosis maksimal 10 mg/hari[2]

Dosis di atas untuk pasien dewasa, sedangkan dosis untuk pasien anak dapat dilihat pada masing-masing artikel obat.

Vasokonstriktor:

Vasokonstriktor topikal dapat digunakan untuk mengurangi injeksi konjungtiva, tetapi kurang efektif untuk konjungtivitis alergi berat. Vasokonstriktor tersedia dalam bentuk tunggal, antara lain:

  • Oxymetazoline diberikan 1 tetes, sekali sehari, pada mata yang sakit, selama ada keluhan, dan hanya untuk pasien dewasa dan anak di atas 13 tahun

  • Naphazoline atau gabungan dengan antihistamin, diberikan 1‒2 tetes, 2‒3 kali sehari, di mata yang sakit, selama ada keluhan[24,25]

Terapi Konjungtivitis Bakterial

Tidak hanya terbatas pada konjungtivitis viral, konjungtivitis akibat bakteri juga bersifat swasirna atau dapat sembuh sendiri dalam waktu 1- 2 minggu. Namun, pada beberapa kasus yang disebabkan oleh bakteri, seperti N.gonorrhoeae, antibiotik mungkin diperlukan.[2,5]

Konjungtivitis akibat Gonorrhea dan Chlamydia:

Pasien dengan konjungtivitis yang diduga berkaitan dengan gonorrhea dan chlamydia tidak dapat diberi resep secara daring. Pasien perlu disarankan untuk menemui dokter dan memeriksakan kondisinya karena tingginya risiko komplikasi pada gangguan penglihatan.[8]

Pilihan Terapi pada Ibu Hamil dan Menyusui

Ibu hamil dan menyusui yang mengalami konjungtivitis dapat diberikan:

  • Terapi suportif: air mata buatan
  • Vasokonstriktor topikal: oxymetazoline 0,05%, 1 tetes per hari
  • Antihistamin oral: loratadine 10 mg/hari atau 5 mg/12 jam, dosis maksimal 10 mg/hari
  • Antibiotik pada kasus konjungtivitis bakterial: tidak diperlukan kecuali gejala sangat berat. Bila diduga disebabkan oleh infeksi menular seksual, maka pasien memerlukan rujukan dan tidak bisa diterapi secara daring[2,8]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Nurul Falah

Referensi

1. Azari AA, Arabi A. Conjunctivitis: A Systematic Review. J Ophthalmic Vis Res. 2020; 15(3):372-395.
2. Ryder EC, Benson S. Conjunctivitis. StatPearls. NCBI. 2022
3. Chigbu D, Labib B. Pathogenesis and management of adenoviral keratoconjunctivitis. Infect Drug Resist. 2018; 11 : 981–993.
4. Scott IU. Viral Conjunctivitis. 2020. https://emedicine.medscape.com/article/1191370-overview#a1
5. Yeung KK. Bacterial Conjunctivitis. 2019. https://emedicine.medscape.com/article/1191730-overview#a4
6. Ventocillia M. Allergic Conjunctivitis. 2022. https://emedicine.medscape.com/article/1191467-overview#a5
7. Addis H, Jeng BH. Vernal keratoconjunctivitis. Clin Ophthalmol. 2018 Jan 11;12:119-123. doi: 10.2147/OPTH.S129552. PMID: 29391772; PMCID: PMC5769567.
8. American Academy of Ophthamlmology. Conjunctivitis. 2022. https://eyewiki.aao.org/Conjunctivitis#Viral_conjunctivitis
14. Costumbrado J, Ng DK, Ghassemzadeh S. Gonococcal Conjunctivitis. [Updated 2022 Sep 12]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022 Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK459289/
21. Solano D, Fu L, Czyz CN. Viral Conjunctivitis. StatPearls. NCBI. 2022
22. Silverman MA. Acute conjunctivitis (pink eye). 2021. https://emedicine.medscape.com/article/797874-overview#a1
23. Shah SM, Khanna CL. Ophthalmic Emergencies for the Clinician. Mayo Clin Proc. 2020;95(5):1050-1058.
24. Drugs.com. Oxymetazoline ophthalmic. 2022. https://www.drugs.com/monograph/oxymetazoline.html
25. Drugs,com. Naphazoline. 2022. https://www.drugs.com/pro/naphazoline.html

Edukasi dan Promosi Kesehatan Ko...

Artikel Terkait

  • Memilih Sediaan Topikal Mata yang Sesuai untuk Pasien
    Memilih Sediaan Topikal Mata yang Sesuai untuk Pasien
  • Edukasi Cara Penggunaan Obat Tetes Mata dengan Benar
    Edukasi Cara Penggunaan Obat Tetes Mata dengan Benar
  • Hordeolum - Panduan e-prescription Alomedika
    Hordeolum - Panduan e-prescription Alomedika
  • Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
    Dispepsia – Panduan E-Prescription Alomedika
  • Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika
    Batuk Berdahak pada Anak – Panduan e-Prescription Alomedika

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
28 hari yang lalu
Apakah tata laksana konjungtivitis viral membutuhkan tetes mata antibiotik?
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alodokter, izin bertanya. Saya ada mendapatkan pasien anak berumur 5th dengan mata merah kanan dan kiri sudah 2 hari. Awalnya mata kanan terlebih dahulu lalu...
dr. Hudiyati Agustini
08 Februari 2023
Profilaksis Oftalmia Neonatorum: Apakah Masih Relevan? - Artikel SKP Alomedika
Oleh: dr. Hudiyati Agustini
1 Balasan
ALO Dokter, Apakah Dokter masih menerapkan pemberian tetes mata antibiotik profilaksis pada bayi baru lahir? Sebenarnya, tindakan ini bertujuan untuk...
Anonymous
19 Januari 2023
Penggunaan salep antibiotik pada mata bayi baru lahir
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Apakah pemberian salep antibiotik pada kelopak mata semua bayi baru lahir masih relefan untuk mencegah konjungtivitis ??Kalau iya, rekomendasi salep yang...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.