Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Keratitis general_alomedika 2022-03-02T07:19:49+07:00 2022-03-02T07:19:49+07:00
Keratitis
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Keratitis

Oleh :
Audric Albertus
Share To Social Media:

Penatalaksanaan keratitis oleh dokter umum berupa pemberian terapi suportif dan merujuk ke spesialis mata karena keratitis yang tidak ditangani dengan baik dapat menyebabkan gangguan penglihatan permanen, bahkan kebutaan.

Prinsip pengobatan keratitis adalah mengeliminasi agen penyebab, mengobati penyebab utama, mengurangi gejala, minimalisir terjadinya jaringan parut pada kornea, dan menjaga fungsi mata dari perburukan. Hal ini dapat dilakukan dengan memberikan antibiotik/antifungal/antivirus, imunosupresan, serta terapi suportif.

Pengobatan pada keratitis yang belum diketahui penyebabnya umumnya diterapi sebagai keratitis infeksi terlebih dahulu. Apabila etiologi penyebab sudah diketahui maka terapi harus spesifik sesuai penyakit penyebab.  

Terapi Suportif

Terapi suportif diberikan untuk mengurangi gejala, namun tidak mengobati etiologi keratitis. Terapi ini perlu diberikan oleh dokter umum pada fasilitas primer sebelum merujuk pasien ke spesialis mata untuk penanganan lebih lanjut. Berikut ini merupakan terapi suportif yang dapat diberikan:

Sikloplegik Topikal

Terapi sikloplegik topikal berfungsi dalam paralisis otot silier yang menyebabkan dilatasi pupil. Pilihan tetes mata untuk terapi yang dapat diberikan adalah atropine 1%, homatropine 5%, atau siklopentolat 1%. Dosis yang dianjurkan adalah dua kali sehari. Terapi ini disarankan diberikan pada pasien dengan adanya reaksi pada bilik mata depan dan gejala fotofobia. Selain itu, pengobatan ini dapat mencegah terjadinya sinekia posterior, spasme silier, dan menurunkan rasa nyeri pada mata.

Analgesik

Obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS) topikal dapat digunakan untuk meredakan rasa nyeri pada pasien keratitis. OAINS topikal yang umum digunakan adalah diclofenac 0,1% atau ketorolac 0,4%. Sebaiknya OAINS topikal hanya digunakan tidak lebih dari dua hari karena risiko toksisitas korneal.

Analgesik oral disarankan diberikan pada pasien keratitis dengan nyeri hebat. Pilihan analgesik yang paling sering digunakan pada pasien keratitis adalah golongan obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Pilihan obat seperti ibuprofen 500 mg dapat diberikan dengan dosis tiga-empat kali sehari.

Vitamin A

Suplemen vitamin A telah disarankan dalam pengobatan keratitis, terutama pada negara-negara dengan prevalensi tinggi defisiensi vitamin A. Pemberian vitamin A oral dengan dosis 200.000 IU diikuti dengan dosis tambahan 200.000 IU keesokan harinya disarankan pemberiannya. [4,5]

Pengguna Lensa Kontak

Pada pasien keratitis yang menggunakan lensa kontak, lepas lensa kontak pasien dan pastikan pasien tidak menggunakan lensa kontak sampai diizinkan oleh dokter spesialis mata yang menangani.

Antibiotik Empiris

Penanganan pasien keratitis umumnya diawali dengan pemberian terapi antibiotik empiris secara topikal. Terapi antibiotik empiris yang diberikan bergantung pada risiko pasien. Untuk itu perlu dilakukan stratifikasi risiko terlebih dahulu.

Stratifikasi Risiko untuk Keratitis

Stratifikasi risiko untuk keratitis adalah sebagai berikut:

  • Risiko rendah: Tidak terdapat infiltrat perifer atau terdapat infiltrat perifer diameter <1 mm dan tanpa riwayat lensa kontak
  • Risiko sedang: Terdapat infiltrat perifer 1-2 mm disertai defek epitelial, reaksi ringan bilik mata anterior, dan discharge sedang

  • Risiko tinggi: Terdapat infiltrat stroma > 2 mm, infiltrat sentral, reaksi bilik mata anterior sedang hingga berat, dan discharge purulen

Pilihan Antibiotik Empiris Berdasarkan Risiko

Terapi antibiotik empiris untuk keratitis diberikan selama 4-10 hari. Jika tidak membaik, lakukan scraping kornea dan tangani keratitis berdasarkan hasil kultur dan uji sensitivitas. Apabila sudah terjadi perbaikan tanda dan gejala maka turunkan frekuensi pemberian secara perlahan karena sifat antibiotik yang toksik terhadap epitel kornea dan menghambat penyembuhan.

Berikut ini merupakan pilihan antibiotik empiris yang dapat diberikan berdasarkan risikonya:

  • Pasien risiko rendah: berikan antibiotik topikal selain kuinolon. Terapi antibiotik topikal dapat diberikan sebanyak 1 tetes pada mata sakit setiap 1-6 jam
  • Pasien risiko sedang: Berikan kuinolon topikal, seperti levofloxacin 1,5%, ofloxacin 0,3%, moxifloxacin 0,5%, gatifloxacin 0,3%, dan besifloxacin dapat diberikan satu tetes setiap 1-6 jam pada mata sakit
  • Pasien risiko tinggi: Berikan kombinasi antibiotik topikal nonkuinolon dan kuinolon

Antibiotik topikal nonkuinolon yang disarankan adalah tobramycin fortified 14 mg/mL diberikan 1 tetes setiap jam bergantian dengan cefazolin fortified 50 mg/mL 1 tetes setiap jam.[4,5,20]

Antibiotik Definitif

Setelah hasil kultur dan sensitivitas dari scraping kornea sudah keluar, maka terapi antibiotik empirik dapat diubah menjadi pilihan antibiotik yang sesuai dengan etiologi. Berikut ini merupakan pilihan antibiotik sesuai mikroorganisme yang ditemukan:

Aminoglikosida

Terapi antibiotik topikal menggunakan aminoglikosida lebih disarankan pada mikroba Gram negatif batang. Pilihan terapi, seperti gentamicin 0,3% dapat diberikan sebanyak 1-2 tetes dengan maksimal 6 kali sehari. Gentamicin 0,3% salep mata juga dapat diberikan tiga sampai empat kali sehari.

Sefalosporin

Golongan sefalosporin merupakan antibiotik spektrum luas dan sangat disarankan penggunaannya pada infeksi spesies Haemophilus. Pilihan terapi, seperti seftazidim 50 mg/mL dan cefazoline dapat diberikan.

Chloramphenicol

Chloramphenicol topikal mata dapat diberikan pada infeksi yang berhubungan dengan H. influenzae. Chloramphenicol 0,5% tetes mata dapat diberikan satu tetes setiap 2 jam per hari. Chloramphenicol 1% sediaan salep mata dapat diberikan  sebanyak tiga sampai empat kali sehari.

Makrolida

Makrolida merupakan golongan antibiotik yang dapat menurunkan pertumbuhan bakteri gram positif kokus. Pilihan terapi, seperti erithromycin 0,5% salep mata dapat diberikan sebanyak tiga sampai empat kali sehari.

Fluorokuinolon

Golongan fluorokuinolon disarankan penggunaannya pada bakteri gram-negatif aerob dan beberapa bakteri gram-positif. Ciprofloxacin 0,3% atau ofloxacin 0,3% tetes mata dapat diberikan dengan dosis sebagai berikut:

  • 6 jam pertama: 2 tetes setiap 15 menit
  • Sisa hari pertama: 2 tetes setiap 30 menit
  • Hari kedua: 2 tetes setiap 1 jam
  • Hari 3-14: 2 tetes setiap 4 jam [4,5,21]

Keratitis Fungal

Antifungi diberikan pada keratitis yang disebabkan oleh jamur. Lini pertama antifungi yang disarankan adalah natamycin 5% sebanyak 1 tetes setiap 1-2 jam. Pilihan terapi lainnya, seperti amfoterisin B 1,5 mg/mL dan klotrimazol 1% juga dapat diberikan dengan dosis yang sama. [20-22]

Keratitis Herpetik

Keratitis herpetik perlu diterapi menggunakan terapi antivirus. Terapi seperti trifluridine oftalmik 1% tetes mata dan gansiklovir salep mata dapat diberikan selama 7 – 10 hari. Obat oral seperti acyclovir dan valasiklovir juga dapat diberikan apabila tidak terdapat antivirus sediaan tetes atau salep mata. [4,23,24]

Keratitis Acanthamoeba (Curigai pada Pengguna Lensa Kontak)

Terapi keratitis yang disebabkan oleh acanthamoeba cukup sulit dan membutuhkan jangka waktu terapi yang panjang. Lini pertama pengobatan yaitu klorheksidin oftalmik 0,02% dapat diberikan 1 tetes setiap 30 menit sampai 2 jam selama 2–3 minggu. Polihexametilen biguanid oftalmik 0,02% merupakan pilihan alternatif dengan cara pemberian yang sama. Pengobatan mungkin membutuhkan waktu selama lebih dari 6 bulan. [4,20]

Terapi Imunosupresan

Terapi imunosupresan dapat dipikirkan pada pasien keratitis dengan etiologi noninfektif atau tidak membaik dengan terapi keratitis infeksi. Keratitis noninfektif umumnya diterapi menggunakan imunosupresif sistemik. Berikan methylprednisolone intravena dengan dosis 1 gram IV dosis tunggal selama 30 menit. Imunosupresan lainnya, seperti prednisone, methotrexate, azathiophrine, dan mikofenolat mofetil juga dapat diberikan. [1,20,21]

Referensi

1. Srinivasan M, Mascarenhas J, Prashanth CN. Distinguishing infective versus noninfective keratitis. Indian J Ophthalmol. 2008;56(3):203–7.
4.Austin A, Lietman T, Rose-Nussbaumer J. Update on the Management of Infectious Keratitis. Ophthalmology [Internet]. 2017;124(11):1678–89.
Upadhyay MP, Srinivasan M, Whitcher JP. Diagnosing and managing microbial keratitis. Community Eye Heal J. 2015;28(89):3–6.
20. Keratitis - Epocrates Online. Online.epocrates.com. 2019.
21. Deschenes J. Bacterial Keratitis. Medscape. 2017. https://emedicine.medscape.com/article/1194028-overview
22. Ansari Z, Miller D, Galor A. Current thoughts in fungal keratitis: Diagnosis and treatment. Curr Fungal Infect Rep. 2013;7(3):209–18.
23. Tsatsos M, MacGregor C, Athanasiadis I, Moschos MM, Hossain P, Anderson D. Herpes simplex virus keratitis: an update of the pathogenesis and current treatment with oral and topical antiviral agents. Clin Exp Ophthalmol. 2016;44(9):824–37.
24. Remeijer L, Osterhaus ADME, Verjans GMGM. Human herpes simplex virus keratitis: The pathogenesis revisited. Ocul Immunol Inflamm. 2004;12(4):255–85.

Diagnosis Keratitis
Prognosis Keratitis

Artikel Terkait

  • Penggunaan Kortikosteroid Topikal pada Keratitis Bakterialis
    Penggunaan Kortikosteroid Topikal pada Keratitis Bakterialis
  • Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
    Red Flag Mata Merah Disertai Nyeri
Diskusi Terkait
dr. Livia Kurniati Saputra
27 Januari 2022
Artikel SKP Alomedika - Risiko Infeksi Kornea Akibat Penggunaan Lensa Kontak
Oleh: dr. Livia Kurniati Saputra
1 Balasan
ALO Dokter, Insidensi keratitis meningkat sekitar 10% setiap tahunnya pada pasien yang menggunakan lensa kontak. Kondisi ini seiring dengan peningkatan...
dr. Irene Cindy Sunur
10 November 2021
Artikel SKP Alomedika - Penggunaan Obat Mata Topikal pada Anak-Anak
Oleh: dr. Irene Cindy Sunur
2 Balasan
ALO Dokter!Penggunaan obat mata topikal pada anak-anak perlu dilakukan dengan hati-hati karena rute administrasi ini masih memungkinkan absorpsi sistemik...
dr.Deryana Primasanti
25 Juni 2021
Perubahan warna ASI saat sakit - Anak Ask The Expert
Oleh: dr.Deryana Primasanti
2 Balasan
Alo Prof. Rini, selamat sore.Saya pernah mengalami Karatitis Herpes saat menyusui, dan diterapi Acyclovir oral. Selama pengobatan ASI berubah warna menjadi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.