Pendahuluan Ofloxacin
Ofloxacin adalah antibiotik golongan fluoroquinolone yang secara klinis bisa digunakan untuk terapi infeksi saluran kemih, eksaserbasi akut dari bronkitis kronis, infeksi kulit dan jaringan lunak seperti selulitis, serta penyakit menular seksual tertentu seperti gonore tanpa komplikasi. Ofloxacin bekerja dengan menghambat enzim DNA gyrase dan topoisomerase IV, sehingga mengganggu replikasi DNA bakteri.[1-3]
Ofloxacin memiliki karakteristik farmakodinamik sebagai obat antibiotik spektrum luas. Secara farmakokinetik, ofloxacin memiliki bioavailabilitas sekitar 98%. Saat terdistribusi di dalam plasma, 32% berkaitan dengan protein dan selanjutnya dimetabolisme di dalam hati. Ofloxacin akan dieliminasi mayoritas melalui urine, sebesar 65-68%.[1,3]
Ofloxacin memiliki efek samping yang umumnya bersifat ringan, seperti mual, muntah, konstipasi, mulut kering, dan hipopigmentasi. Efek samping yang lebih jarang terjadi adalah diare berat, demam tinggi, angioedema, perdarahan atau memar yang tidak biasa, serta nyeri pada dada dan perut.[4,5]
Fluoroquinolone, termasuk ofloxacin, telah dikaitkan dengan peningkatan risiko tendinitis dan ruptur tendon. Risiko ini semakin meningkat pada pasien yang berusia lanjut, memakai obat kortikosteroid, dan pada pasien dengan transplantasi ginjal, jantung, atau paru.
Penggunaan fluoroquinolone tidak disarankan pada pasien dengan myasthenia gravis. Fluoroquinolone seperti ofloxacin, dapat menyebabkan eksaserbasi kelemahan otot pada pasien myasthenia gravis.[1]
Di Indonesia, ofloxacin tersedia dalam beberapa merek dagang, seperti Erflox®, Floxa®, dan Tarivid®.[8]
Tabel 1. Deskripsi Singkat Ofloxacin
Perihal | Deskripsi |
Kelas | Antibiotik.[1,3] |
Subkelas | Kuinolon.[1,2] |
Akses | Resep.[3] |
Wanita hamil | Kategori FDA: C.[1,6] Kategori TGA: B3.[7] |
Wanita menyusui | Dikeluarkan ke ASI dalam kadar rendah.[5] |
Anak-anak | Efikasi dan keamanan belum diketahui.[3] |
Infant | |
FDA | Approved.[4,3] |
Direvisi oleh: dr. Bedry Qintha