Perbedaan Klinis antara Keratitis Bakteri dan Jamur

Oleh :
dr. Friska Debby Anggriany, SpM, MKes

Beberapa ahli berpendapat bahwa keratitis bakteri dan jamur dapat dibedakan secara klinis dengan melihat karakteristik manifestasi pada pasien. Pemeriksaan mikrobiologi dari infiltrat kornea merupakan baku emas untuk menentukan etiologi keratitis, tetapi penatalaksanaan keratitis seringkali dilakukan secara empiris tanpa menunggu hasil pemeriksaan karena penatalaksanaan perlu dilakukan segera atau tidak tersedia sarana laboratorium.[1,2]

Keratitis merupakan peradangan pada lapisan kornea dan ditandai dengan edema kornea, infiltrat sel radang, dan injeksi silier. Keratitis dapat disebabkan patogen infeksi atau non-infeksi. Keratitis infeksi dibedakan menjadi keratitis bakteri, virus, jamur, dan acanthamoeba. Keratitis bakteri merupakan penyebab terbanyak, terutama pada negara berkembang.

Keratitis

Keratitis bakteri dapat disebabkan oleh Pseudomonas, Staphylococcus, Moraxella, Nocardia, dan Mycobacteria. Sementara itu, keratitis jamur dapat disebabkan oleh Aspergillus, Fusarium, Candida, Cladosporium, Alternaria, Curvularia, dan Microsporidia.[1-6]

Hambatan dalam Diagnosis Etiologi Infeksi pada Keratitis

Pada berbagai setting klinis, dukungan laboratorium untuk diagnosis jenis patogen penyebab keratitis tidak tersedia. Di sisi lain, beberapa dokter berpengalaman telah berpendapat bahwa fitur klinis tertentu dapat membedakan keratitis jamur dari keratitis bakteri. Meski demikian, data formal untuk mendukung pandangan ini masih terbatas.

Dalam serangkaian serial kasus di India dan Ghana, kasus keratitis infeksi dievaluasi untuk mencoba merumuskan apakah ada fitur klinis tertentu yang merujuk pada patogen infeksi tertentu. Menurut studi ini, margin infiltrat serrated, slough yang terangkat, dan adanya lesi satelit berkaitan dengan keratitis jamur. Sementara itu, adanya fibrin pada bilik mata depan berkaitan dengan keratitis bakteri. Namun, hasil ini belum divalidasi dan belum bisa dianggap dapat diandalkan.[6]

Perbedaan Klinis Keratitis Bakteri dan Jamur

Secara umum, keratitis akan menyebabkan keluhan gangguan penglihatan, mata merah, berair, fotofobia, nyeri, rasa mengganjal, dan blefarospasme. Pada banyak kasus, perbedaan klinis yang dianggap dapat membedakan keratitis bakteri dan jamur adalah tepi infiltrat, stromal haze, dan bentuk hipopion.[1-6]

Riwayat Klinis

Keratitis bakteri adalah penyebab paling umum dari keratitis infeksi. Kondisi ini merupakan kedaruratan mata yang membutuhkan perawatan segera karena dapat berkembang cepat. Faktor predisposisi keratitis bakteri mencakup pemakaian lensa kontak, penggunaan steroid topikal sebelumnya, ocular surface disease (OSD), trauma okular, riwayat keratitis dan tindakan operasi sebelumnya.

Di sisi lain, keratitis fungal adalah salah satu penyebab utama kebutaan di Asia. Faktor predisposisi keratitis fungal adalah cedera kornea, mikrotrauma dengan pemakaian lensa kontak, penggunaan kortikosteroid topikal, dan riwayat OSD seperti dry eye syndrome, blefaritis, dan sindrom Stevens-Johnson.

Pada cedera kornea dengan bahan vegetatif atau objek yang terkontaminasi tanah, jamur masuk langsung ke dalam defek epitel atau defek terinfeksi. Jenis trauma ini terjadi terutama pada individu yang bekerja di pertanian atau di luar ruangan. Jamur saprofit filamen lebih sering dikaitkan dengan cedera kornea dan lebih umum terjadi di iklim tropis seperti Indonesia.

Keluhan yang dialami pasien keratitis bakteri dan jamur serupa. Ini mencakup pandangan kabur, mata merah, dan fotofobia.[4]

Gambaran Pemeriksaan Mata

Secara umum, tepi lesi yang tidak rata, feathery border, adanya lesi satelit, serta hipopion yang permukaannya tidak rata dianggap mengarah ke keratitis jamur. Sementara itu, infiltrat berbentuk cincin, tepi lesi yang rata dan tegas, plak epitel, serta permukaan hipopion yang rata dianggap mengarah ke keratitis bakteri.[1-6]

Lebih spesifik, pemeriksaan mata pada keratitis bakteri yang berkaitan dengan bakteri kokus Gram positif biasanya menunjukkan ulserasi kornea yang bulat atau oval, infiltrat stroma berwarna abu atau putih, batas tegas, dan stromal haze sekitar yang minimal. Sementara itu, keratitis bakteri akibat basil Gram negatif biasanya menunjukkan proses peradangan lebih cepat, supurasi stroma padat, kornea sekitar berkabut, dan ada immune ring.

Keratitis fungal akibat jamur filamen biasanya menunjukkan gambaran pemeriksaan mata berupa dry elevated slough, infiltrasi stroma dengan tepian hifa, lesi satelit, dan eksudat endotel kental. Keratitis jamur akibat Candida biasanya menunjukkan gambaran stroma mirip keratitis bakteri, defek epitel di atasnya, infiltrat diskrit, progresi lambat, dan lokasi inferosentral.[4]

Basis Bukti Ilmiah Perbedaan Klinis Keratitis Jamur dan Bakteri

Dalam sebuah penelitian yang dilakukan oleh Dalmon et al, dilakukan analisis terhadap 80 foto mata pasien keratitis yang telah terbukti secara laboratorium merupakan keratitis bakteri dan jamur.  Sebanyak 15 spesialis kornea mendiagnosis organisme penyebab dengan mengamati tanda klinis pada foto tersebut.

Dalam studi ini, ditemukan bahwa secara akurat klinisi dapat membedakan keratitis bakterial dari keratitis jamur sebesar 66%. Probabilitas keakuratan identifikasi keratitis bakteri mencapai 69%, sedangkan keratitis jamur mencapai 62%. Kehadiran batas tidak teratur atau feathery border dikaitkan dengan keratitis jamur, sedangkan infiltrasi bentuk cincin atau plak epitel dikaitkan dengan keratitis bakteri.[5]

Sebuah studi potong lintang artificial intelligence menggunakan 5 convolutional neural networks (CNNs) untuk membedakan foto ulkus kornea bakteri dan jamur yang telah dibuktikan lewat kultur laboratorium. Hasilnya dibandingkan dengan interpretasi dari 12 spesialis kornea. Studi ini menunjukkan bahwa CNN memiliki akurasi lebih tinggi untuk ulkus jamur (81%) dibandingkan bakteri (75%), sedangkan manusia menunjukkan akurasi yang lebih tinggi pada ulkus bakteri (88%) dibandingkan jamur (56%).[7]

Belum ada bukti ilmiah lain yang lebih meyakinkan untuk mengetahui nilai diagnostik dari karakteristik klinis tertentu dalam membedakan keratitis jamur dan bakteri. Meski demikian, pemeriksaan klinis dapat dijadikan dasar diagnostik untuk memulai terapi dan penentuan patogen penyebab tidak menjadi alasan untuk menunda pengobatan.

Kesimpulan

Beberapa ahli berpendapat bahwa keratitis jamur dan bakteri dapat dibedakan secara klinis oleh dokter yang sudah berpengalaman. Hal ini tentunya bermanfaat pada kondisi dimana pemeriksaan penunjang untuk mengidentifikasi patogen penyebab tidak tersedia. Meski demikian, basis bukti yang menunjukkan bahwa karakteristik klinis tertentu berkaitan dengan keratitis akibat patogen tertentu masih belum cukup baik.

Secara umum, keluhan yang dialami pasien keratitis bakteri dan jamur adalah serupa, yakni gangguan penglihatan, mata merah, dan fotofobia. Faktor predisposisi keduanya juga cukup mirip, yakni penggunaan lensa kontak, cedera mata, dan penggunaan steroid tetes mata.

Berdasarkan pemeriksaan mata, tepi lesi yang tidak rata, feathery border, adanya lesi satelit, serta hipopion yang permukaannya tidak rata dianggap mengarah ke keratitis jamur. Sementara itu, infiltrat berbentuk cincin, tepi lesi yang rata dan tegas, plak epitel, serta permukaan hipopion yang rata dianggap mengarah ke keratitis bakteri.

Karakteristik klinis di atas dapat dijadikan dasar penegakan diagnosis dan inisiasi terapi sembari menunggu hasil pemeriksaan penunjang untuk memastikan patogen penyebab keratitis. Pemeriksaan mikrobiologi dengan apusan atau kultur diperlukan terutama pada kasus infiltrat kornea di sentral, berukuran besar, memiliki manifestasi atipikal, berkaitan dengan riwayat tindakan operatif, serta tidak responsif dengan terapi antimikroba empiris.

Referensi