Penatalaksanaan Menopause
Penatalaksanaan menopause bisa berupa terapi hormonal dan nonhormonal. Terapi hormonal dapat dilakukan menggunakan preparat estrogen atau kombinasi estrogen dan progesteron. Terapi nonhormonal dapat berupa obat-obatan seperti antidepresan, antikonvulsan, clonidine, dan preparat herbal seperti fitoestrogen.[1,4]
Tata Laksana Hormonal
Tata laksana hormonal diberikan mulai tahap perimenopause. Tata laksana dapat berupa estrogen atau kombinasi estrogen dan progesteron.
Estrogen diberikan secara tunggal untuk wanita yang sudah menjalani operasi histerektomi. Wanita yang masih memiliki uterus harus diberikan kombinasi progesteron untuk melindungi endometrium dari efek estrogen yang mencetuskan hiperplasia dan kanker endometrium.[4]
Indikasi tata laksana hormonal adalah:
- Tata laksana gejala vasomotor sedang dan berat yang berhubungan dengan menopause
- Tata laksana gejala urogenital sedang dan berat seperti rasa kering pada vagina, pruritus, dan disuria yang berhubungan dengan menopause. Untuk gejala ini preparat topikal vagina lebih direkomendasikan
- Pencegahan osteoporosis pasca menopause
Kontraindikasi tata laksana hormonal adalah:
- Riwayat kanker payudara
- Riwayat keganasan yang dicetuskan oleh estrogen
- Perdarahan genital yang belum terdiagnosis
- Hiperplasia endometrium yang belum diobati
- Riwayat penyakit tromboemboli vena
- Riwayat penyakit tromboemboli arteri
Hipertensi yang tidak terkontrol
- Penyakit hepar aktif
- Riwayat hipersensitivitas dengan terapi hormonal
- Porfiria kutaneus tarda[4,24]
Estrogen
Terapi estrogen dimulai dengan dosis terendah yang dapat mengatasi gejala menopause dan memberi efek proteksi tulang. Beberapa preparat yang sering digunakan adalah sebagai berikut:
Conjugated equine estrogens 0,3-0,625 mg
Micronized 17β-estradiol 0,5-1 mg
Transdermal estradiol 14-100 mcg
- Ethinyl estradiol 0,01-0,02 mg
- Preparat estrogen vagina seperti cincin estradiol[24]
Penggunaan preparat transdermal lebih dipilih untuk wanita dengan hipertensi, hipertrigliseridemia, dan risiko kolelitiasis karena preparat estrogen oral memiliki efek sistemik yang meningkatkan sintesis trigliserida dan angiotensinogen.[4]
Progesteron
Pemberian progesteron ditujukan untuk efek proteksi endometrial. Beberapa preparat yang umum digunakan adalah:
Medroxyprogesterone acetate (MPA) 2,5 mg setiap hari atau 5 mg untuk 10-12 hari/bulan
Micronized progesterone 100 mg setiap hari atau 200 mg untuk 10-12 hari/bulan
- Norethindrone 0,35 mg setiap hari atau 5 mg untuk 10-12 hari/bulan
- Levonorgestrel 0,075 mg setiap hari
Beberapa efek samping dari penggunaan progesteron adalah sindrom premenstrual, perubahan mood, rasa kembung, retensi cairan, dan gangguan tidur.[4]
Tata Laksana Nonhormonal
Tata laksana nonhormonal berupa obat-obatan seperti antidepresan, antikonvulsan, clonidine, dan preparat herbal seperti fitoestrogen dapat menjadi alternatif untuk mengatasi gejala vasomotor.
Antidepresan
Beberapa obat antidepresan dapat digunakan untuk meredakan gejala hot flushes. Antidepresan yang paling sering digunakan adalah venlafaxine, paroxetine, dan fluoxetine. Efek samping dari antidepresan dapat berupa mual, mulut kering, insomnia, rasa lelah, disfungsi seksual, dan gangguan gastrointestinal.
- Fluoxetine 20 mg per hari
- Paroxetine 12,5-25 mg per hari
- Venlafaxine 75 mg per hari[4,25]
Clonidine
Clonidine adalah agonis alfa-2-adrenergik sentral yang diduga dapat mengurangi gejala hot flushes dengan menurunkan aktivitas vaskular perifer. Clonidine dapat digunakan dalam dosis 0,1 mg per hari. Efek samping dapat berupa hipotensi postural, konstipasi, dan rasa lelah.[4]
Gabapentin
Penggunaan gabapentin ditemukan dapat mengurangi frekuensi dan keparahan hot flushes sebanyak kurang lebih 2 episode per hari. Dosis yang dianjurkan adalah 900 mg/hari dalam dosis terbagi.[26]
Fitoestrogen
Fitoestrogen adalah molekul sterol yang diproduksi oleh tumbuhan dengan aktivitas estrogenik lemah, memiliki struktur yang mirip dengan estrogen pada manusia, dan dapat berinteraksi dengan reseptor estrogen.
Konsumsi isoflavone, salah satu jenis fitoestrogen, sebanyak 40-80 mg per hari selama 6 bulan dilaporkan dapat mengurangi gejala vasomotor. Wanita lebih direkomendasikan mengkonsumsi sumber isoflavone dari makanan daripada suplemen. Makanan yang banyak mengandung isoflavone adalah produk kacang-kacangan dan soya.[4]