Patofisiologi Menopause
Patofisiologi menopause pada dasarnya melibatkan deplesi dari folikel primordial di ovarium. Perlu diketahui beberapa terminologi dan definisi dari tahapan menopause yaitu:
- Menopause: periode 1 tahun setelah berhentinya menstruasi
Menopausal transition: periode waktu mulai dari siklus menstruasi yang ireguler hingga berhentinya menstruasi
- Perimenopause: masa transisi menopause + 1 tahun setelah menstruasi berhenti
Postmenopause: periode setelah berhentinya menstruasi[5]
Penuaan Ovarium dan Patofisiologi Menopause
Proses penuaan ovarium dimulai dengan aktivasi folikel primordial, maturasi, dan regresi. Fase folikuler dari siklus menstruasi normal akan berkurang seiring dengan bertambahnya usia, dimana akan mulai terjadi pada tahap late reproductive.
Pada tahap early menopausal transition, siklus menstruasi menjadi ireguler akibat fluktuasi sekresi hormon gonadotropin, penurunan jumlah folikel yang berfungsi dengan baik, dan terjadi penurunan hormon inhibin B yang bekerja secara negatif menghambat hipofisis anterior mensekresi follicle stimulating hormone (FSH) pada awal siklus menstruasi. Hal ini menyebabkan peningkatan FSH pada awal siklus menstruasi, lalu akan terjadi rekruitmen folikel yang lebih awal, periode fase folikuler yang lebih lambat, dan pada akhirnya akan membuat siklus menstruasi menjadi lebih pendek sehingga mempercepat terjadinya deplesi folikel.
Penurunan hormon inhibin B juga menyebabkan penurunan hormon progesteron pada fase luteal siklus menstruasi, sehingga menstruasi menjadi semakin ringan dan sedikit. Ketika semua folikel deplesi atau habis, ovarium menjadi tidak responsif terhadap peningkatan drastis FSH dan estradiol.[5-7]
Pengaruh terhadap Jaringan
Penurunan sekresi estrogen akan mempengaruhi beberapa organ target dan regenerasi jaringan.
Kardiovaskular
Estrogen memiliki efek kardioprotektif, meningkatkan high density lipoprotein (HDL), dan menurunkan low density lipoprotein (LDL). Dengan berkurangnya estrogen, maka risiko untuk terjadi disfungsi endotel dan penyakit kardiovaskular meningkat.[5]
Sistem Saraf Pusat dan Vasomotor
Berkurangnya estrogen menyebabkan turunnya konsentrasi endorfin di hipotalamus, sehingga akan meningkatkan sekresi norepinefrin dan serotonin yang akan menurunkan set point termoregulasi dan menyebabkan gejala hot flushes. Transmisi neuronal yang terganggu akan menyebabkan gejala iritabilitas, mood depresif, insomnia, dan gangguan fungsi kognitif.[8,9]
Tulang
Menopause akan menyebabkan osteoporosis primer, dimana terjadi peningkatan pembentukan osteoklas yang menyebabkan resorpsi tulang lebih banyak dari pada pembentukan tulang.[5]
Urogenital
Berkurangnya vaskularisasi akan menyebabkan penipisan epitel dinding vagina dan kandung kemih, melemahnya otot, dan meningkatnya deposit lemak. Hal akan menyebabkan gejala dispareunia, rasa kering pada vagina, dan inkontinensia urine. Berkurangnya glikogen dan asam laktat akan mengubah pH vagina menjadi lebih basa, sehingga meningkatkan risiko infeksi.[5]