Epidemiologi Menopause
Epidemiologi menopause berdasarkan usia rerata berkisar antara usia 47-51 tahun. Masa transisi menopause biasanya dimulai pada wanita usia pertengahan hingga akhir 40 tahun dan dapat bertahan selama 4-5 tahun. Menstruasi terakhir biasanya terjadi antara usia 40-58 tahun. [1] Menopause adalah fenomena universal di kalangan wanita, namun waktu onset dan durasi fase transisi menopause dan periode menstruasi terakhir dapat berbeda antar wanita.[15]
Global
Diperkirakan sebanyak 1,3 juta wanita mengalami menopause tiap tahunnya di Amerika. [16] Sindrom premenopause dialami oleh hampir semua wanita di dunia dengan prevalensi sekitar 70-80% pada wanita Eropa, 60% wanita Amerika, 57% wanita Malaysia, 18% wanita Cina, dan 10% pada wanita Jepang dan Indonesia.[17]
Prevalensi wanita yang menderita sindrom premenopause di negara Asia cenderung lebih rendah. Hal ini diduga disebabkan karena pola makan wanita di negara Asia banyak mengandung fitoestrogen yang terbukti dapat mengurangi gejala hot flushes.[4]
Sebuah penelitian mengenai prevalensi gejala perimenopause menunjukkan gejala hot flushes, keringat malam, kekeringan vagina, dan kesulitan tidur meningkat pada tahap akhir transisi menopause dan menetap hingga tahap post menopause.[18]
Indonesia
Saat ini, di Indonesia data dari Badan Pusat Statistik menunjukkan ada 15,2 juta wanita dari 118 juta wanita mengalami menopause.[17]
Berdasarkan data dari Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2017, persentase menopause menurut kelompok usia 30-34 tahun sebanyak 9,7%, usia 35-39 tahun sebanyak 11%, usia 40-41 tahun sebanyak 12,7%, usia 42-43 tahun sebanyak 14,2%, usia 44-45 tahun sebanyak 17,1%, usia 46-47 tahun sebanyak 26,7%, dan usia 48-49 tahun sebanyak 43,1%.[19]
Mortalitas
Wanita yang mengalami menopause secara natural dan berusia > 55 tahun memiliki peningkatan risiko sebesar 29% untuk mengalami mortalitas akibat penyakit kardiovaskular jika dibandingkan dengan wanita yang mengalami menopause pada usia 50-54 tahun.[20]
Wanita yang mengalami menopause akibat operasi ooforektomi bilateral sebelum usia 45 tahun juga memiliki peningkatan mortalitas, terutama karena penyakit kardiovaskular. Namun risiko ini dapat diturunkan dengan terapi estrogen.[10,21]