Prognosis Distosia
Prognosis distosia biasanya berpengaruh terhadap kehamilan dan persalinan selanjutnya. Beberapa penelitian menyatakan bahwa distosia saat persalinan biasanya akan menyebabkan kesulitan persalinan pada kehamilan berikutnya. Sementara itu distosia dapat menyebabkan komplikasi, baik dari ibu maupun bayi.
Komplikasi
Sebuah studi kohort retrospektif pada lebih dari 50.000 wanita dengan kehamilan lebih dari 37 minggu dan tidak memiliki riwayat sectio caesarea, untuk melihat komplikasi distosia pada ibu dan anak. Pasien yang melakukan dorongan aktif lebih dari 1 jam memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalami sectio caesarea, persalinan vaginal operatif, perdarahan pasca persalinan, dan laserasi derajat 3 dan 4 pada perineum. [4]
Studi tersebut juga meneliti adanya komplikasi pada janin. Komplikasi yang dinilai dalam studi adalah penggunaan ventilasi mekanik, sepsis, kelumpuhan pleksus brakial, fraktur, kejang, ensefalopati hipoksik-iskemik, atau kematian di bawah 120 hari. Komplikasi ini ditemukan lebih banyak pada pasien yang melakukan dorongan aktif diatas 2 jam pada pasien nulipara dan diatas 1 jam pada pasien multipara. [4]
Pada studi kohort lain dengan jumlah subjek lebih dari 120.000 ditemukan bahwa risiko korioamnionitis, trauma pada persalinan, dan trauma pada neonatus akan semakin meningkat seiring dengan peningkatan durasi pada kala 2 persalinan. Risiko morbiditas maternal yang termasuk dalam studi ini adalah korioamnionitis, trauma obstetrik, transfusi darah, pendarahan pasca persalinan, komplikasi luka, dan demam pada masa nifas. Komplikasi tersebut ditemukan tertinggi pada durasi kala 2 lebih dari 5 jam pada pasien nulipara dan lebih dari 3 jam pada pasien multipara. [5]
Untuk morbiditas pada neonatus, kondisi yang dinilai adalah nilai Apgar kurang dari 7, trauma mayor dan minor, sepsis, dan dirawatnya neonatus ke ruang intensif. Risiko ini ditemukan paling tinggi pada durasi kala 2 antara 4–5 jam pada pasien nulipara dan antara 2–3 jam pada pasien multipara. [5]
Prognosis
Sebuah studi kohort retrospektif pada 1.655 wanita menemukan bahwa pasien sectio caesarea karena distosia pada kala 2 persalinan, akan memiliki risiko distosia bahu, persalinan pervaginal operatif dan ruptur uteri pada kala 2 persalinan pada persalinan berikutnya. Risiko ini lebih tinggi pada kasus janin makrosomia. [28]
Studi retrospektif lain pada 1.650 wanita menemukan bahwa 6,4% di antaranya mengalami perlambatan persalinan (obstructed labour). Morbiditas akibat perlambatan persalinan yang paling banyak ditemukan pada ibu adalah infeksi saluran kemih (36,4%), sepsis puerperium (28,0%), ekstensi insisi uterus (25,2%), dan perdarahan postpartum akibat atonia uteri (17,8%). Sementara itu, lebih dari setengah bayi yang lahir dari kondisi distosia membutuhkan perawatan insentif karena nilai Apgar kurang dari 7. [22]