Epidemiologi Distosia
Epidemiologi distosia tidak diketahui secara pasti karena penggunaan definisi yang berbeda-beda antar negara. Sebuah penelitian di Nigeria menyebutkan prevalensi distosia adalah 2,13% dari seluruh persalinan, sebagian besar disebabkan disproporsi sefalopelvis. Di Indonesia terdapat penelitian di Banda Aceh menemukan 6,52% persalinan melalui sectio caesarea disebabkan oleh distosia. Kejadian mortalitas neonatus pada persalinan distosia lebih tinggi daripada mortalitas pada maternal.[1,17-21]
Global
Prevalensi distosia diperkirakan antara 4,8 – 21% diantara seluruh persalinan pervaginam. Sebuah penelitian kohort lain di Denmark pada 2.810 wanita hamil menemukan bahwa 37% pasien nulipara mengalami perlambatan persalinan dan 61% nya terjadi saat kala 2. [17,18]
Data dari Amerika Serikat menunjukkan bahwa 1 dari 3 wanita hamil mengalami persalinan melalui sectio caesarian dan distosia menjadi penyebab operasi sectio caesaria pada 34% kasus. Sebuah penelitian di Nigeria menemukan bahwa prevalensi distosia adalah 2,13%. Sebagian besar kasus distosia tersebut disebabkan oleh disproporsi sefalopelvis (65,37%), posisi oksipitoposterior persisten (16,58%), dan malpresentasi (11,7%). [1,18-20]
Indonesia
Data mengenai prevalensi distosia di Indonesia masih belum banyak ditemukan. Studi di Rumah Sakit Umum Daerah dr. Zainoel Abidin (RSUDZA) Banda Aceh menemukan bahwa 6,52% persalinan melalui sectio caesarea disebabkan oleh distosia.[21]
Mortalitas
Berdasarkan penelitian di Nigeria, ditemukan bahwa angka mortalitas ibu pada kasus distosia adalah 0,98% dan mortalitas bayi pada kasus distosia adalah 34,15%. Studi lain yang dilakukan di Jamshoro pada 1.650 ibu hamil menemukan bahwa prevalensi distosia pada populasi subjek adalah 6,4% (107 kasus). Dari keseluruhan kasus tersebut kematian maternal ditemukan pada 2,8% kasus dan kematian pada neonatus ditemukan pada 20,5% kasus. [20,22]