Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • SKP Online
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit
  • Obat
  • Tindakan Medis
Penatalaksanaan Distosia general_alomedika 2019-08-26T17:34:31+07:00 2019-08-26T17:34:31+07:00
Distosia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Distosia

Oleh :
dr. Shofa Nisrina Luthfiyani
Share To Social Media:

Tata laksana pada distosia bergantung dari etiologinya. Tata laksana yang dapat dilakukan adalah penggunaan oksitosin, rotasi manual, persalinan vaginal operatif, simfisiotomi, dan sectio caesarea.

Rekomendasi Umum

American College of Obstetricians and Gynecologist (ACOG) dan National Institute for Health and Clinical Excellence (NICE) merekomendasikan bahwa selama kala 2 persalinan, evaluasi terhadap ibu dan janin harus terus dilakukan secara berkala. NICE merekomendasikan evaluasi dilakukan setiap 15 – 30 menit. Dukungan terhadap ibu harus senantiasa diberikan oleh keluarga pasien dan tenaga kesehatan. [2,6]

ACOG dan NICE merekomendasikan amniotomi untuk mempercepat persalinan pada kondisi ketuban yang belum pecah. NICE merekomendasikan amniotomi dilakukan setelah 1 jam kala 2 pada pasien nulipara dan setelah 30 menit kala 2 pada pasien multipara. [2,6]

Tata Laksana untuk Gangguan Kontraksi

Pasien dengan kontraksi uterus yang tidak adekuat dapat diberikan oksitosin pada awal kala 2 persalinan. NICE hanya merekomendasikan penggunaan oksitosin untuk penanganan distosia pada pasien nulipara dengan kontraksi yang tidak adekuat. Pasien multipara dengan distosia perlu perhatian khusus sebelum memberikan oxytocin karena dapat terdapat risiko ruptur uteri. [6,23]

Sebelum memberikan oxytocin, harus dipastikan bahwa tidak ada disproporsi antara kepala janin dengan rongga pelvis, tidak ada insisi uterus, tidak ada kondisi malpresentasi, denyut jantung janin dalam keadaan normal, dan tidak ada hambatan pada jalan lahir. Pada kasus kelahiran per vaginam pasca operasi Caesar (Vaginal Birth After Cesarean section / VBAC) dapat dilakukan Trial Of Labor After Cesarean Section (TOLAC). [2,3]

Dosis oxytocin intravena yang diberikan berbeda-beda antara setiap individu karena setiap individu menunjukkan respon klinis yang berbeda sehingga dosis perlu dititrasi. Target pemberian oksitosin adalah tercapainya kontraksi adekuat dengan frekuensi 3 – 5 kali dalam 10 menit dan kekuatan kontraksi 200 Montevideo unit dalam 10 menit. [2,3]

Tabel 1. Dosis Oksitosin

Kelompok Dosis Dosis Awal Peningkatan Dosis Maksimal
Dosis rendah 0,5 – 1 miliunit/menit 1 miliunit setiap 30 – 40 menit 20 miliunit/menit
1 – 2 miliunit/menit 2 miliunit setiap 15 menit 40 miliunit/menit
Dosis tinggi 4,5 miliunit/menit 4,5 miliunit setiap 15 – 30 menit 40 miliunit.menit
6 miliunit/menit 6 miliunit/menit setiap 15 menit 40 miliunit/menit
7 miliunit/menit 7 miliunit setiap 15 menit 40 miliunit/menit

Sumber: dr. Shofa Nisrina Luthfiyani, 2019

Pemberian oxytocin dihentikan apabila ditemukan takisistol uterus yang ditandai dengan frekuensi kontraksi lebih dari 5 kali dalam 10 menit, durasi per kontraksi lebih dari 2 menit, atau jarak antara kontraksi kurang dari 1 menit. Jika pemberian oksitosin tidak membantu kemajuan persalinan, pertimbangkan persalinan dengan instrumen atau sectio caesarea. [2]

Tata Laksana Abnormalitas Janin

Abnormalitas pada janin yang dapat ditemukan adalah malposisi kepala janin. Malposisi yang sering ditemukan adalah oksipitoposterior. Pada kondisi ini, oksipital janin akan menghadap ke tulang belakang ibu dan muka janin menghadap ke simfisis. Malposisi ini dapat ditata laksana dengan melakukan rotasi manual. Rotasi ini bertujuan untuk mengembalikan posisi janin ke oksipitoanterior. [24]

Selain menggunakan rotasi manual, ada beberapa posisi dan pergerakan yang dapat dilakukan oleh ibu, yaitu posisi knee-chest, hands-and-knees, pelvic rocking, side-lying, atau duduk asimetris. Jika rotasi manual dan perubahan posisi gagal dilakukan, maka persalinan dengan instrumen atau sectio caesarea dapat dipertimbangkan. [6,25]

Tata Laksana Abnormalitas Jalan Lahir

Abnormalitas jalan lahir yang dapat ditemukan adalah disproporsi antara kepala janin dan pelvis serta adanya obstruksi pada jalan lahir (biasanya disebabkan oleh kandung kemih yang penuh atau ada keganasan). Kandung kemih yang penuh dapat menghambat kemajuan persalinan, untuk itu kandung kemih perlu dikosongkan terlebih dahulu. Kateter urin dapat dipasang jika ibu tidak dapat mengosongkan kandung kemih. Pada kondisi disproporsi dan adanya obstruksi jalan lahir, persalinan melalui sectio caesarea dapat dipertimbangkan. [1,6]

Persalinan dengan Instrumen dan Sectio Caesarea

Persalinan dengan instrumen dapat dijadikan salah satu alternatif tata laksana pada kasus distosia. Pemilihan instrumen yang digunakan tergantung dari kondisi klinis dan kemampuan tenaga kesehatan. Saat melakukan persalinan dengan instrumen, penggunaan anestesi direkomendasikan, namun jika pasien menolak anestesi lokal pada perineum untuk memblok nervus pudendal dapat dilakukan. Jika persalinan melalui instrumen ini tidak berhasil dilakukan, sectio caesarea dapat dipertimbangkan. [2]

Sampai saat ini tidak ada batasan durasi yang jelas untuk menentukan bahwa pasien perlu dilakukan persalinan operatif atau sectio caesarea. Keputusan untuk melakukan sectio caesarea pada kasus distosia diambil berdasarkan kondisi ibu dan janin. Pada kasus makrosomia, sectio caesarea biasanya digunakan pada janin dengan taksiran berat janin diatas 5.000 gram untuk ibu tanpa diabetes dan diatas 4.500 gram untuk ibu dengan diabetes. [1]

Simfisiotomi

Simfisiotomi dapat dijadikan alternatif tata laksana distosia pada kondisi dengan sumber daya minimal dan sectio caesarea tidak memadai untuk dilakukan. Prosedur ini dilakukan dengan cara membagi ligamen simfisis dengan menggunakan anestesi lokal atau umum. Setelah dilakukan simfisiotomi, diameter simfisis dapat meningkat sebanyak 1 cm dan hal ini bersifat permanen. [26,27]

Referensi

1. Caughey AB, Cahill AG, Guise JM, Rouse DJ. Safe prevention of the primary cesarean delivery. Am J Obstet Gynecol. 2014 Mar 1;210(3):179-93
2. American College of Obstetrics and Gynecology Committee on Practice Bulletins-Obstetrics. ACOG Practice Bulletin Number 49, December 2003: Dystocia and augmentation of labor. Obstet Gynecol. 2003 Dec;102(6):1445-54
3. Ness A, Goldberg J, Berghella V. Abnormalities of the first and second stages of labor. Obstet Gynecol Clin North Am. 2005 Jun;32(2):201-20
6. NICE Clinical Guidelines, No. 190. National Collaborating Centre for Women's and Children's Health (UK). London: National Institute for Health and Care Excellence (UK); 2014
23. Rizwan N, Mughal A. Frequency of maternal morbidity in women with obstructed labor: A study at Liaquat University Hospital Hyderabad Sindh. Applied Medical Research. 2018;4(1):1-4
24. Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. Green-top Guideline No. 26: Operative vaginal delivery.London: RCOG; 2011
25. Cargill YM, MacKinnon CJ, Arsenault MY, Bartellas E, Daniels S, Gleason T, et al., for the Clinical Practice Obstetrics Committee. Guidelines for operative vaginal birth. J Obstet Gynaecol Can. 2004;26:747–61
26. Simkin P, Ancheta R, Myers S. The Labor Progress Handbook: Early Interventions to Prevent and Treat Dystocia.2d ed. Malden, Mass.: Blackwell Science, 2005
27. Choudhury AP, Bhadra B, Roy A. Practical symphysiotomy: an overview. J Indian med Assoc. 2010;108(8):498,503-4

Diagnosis Distosia
Prognosis Distosia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 20:56
Acuan untuk jasa dan tindakan yang dijamin BPJS berbeda2 menurut faskes
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Acuan untuk jasa dan tindakan yang dijamin BPJS berbeda2 menurut faskes, apakah ada sejawat yang memiliki acuan tarif pelayanan dokter?, Baik tindakan maupun...
dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
Kemarin, 18:46
BLOOD 2022
Oleh: dr. I Made Bayu Indratama, Sp.PD
1 Balasan
Bali Hematology and Oncology Update (BLOOD) 2022
Anonymous
Kemarin, 15:44
Serumen prop pada pasien perforasi membran timpani
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dok !Bagaimana tatalaksana serumen prop pada pasien dengan perforasi membran timpani?Apakah irigasi harus dengan cairan h2o2 atau dengan air hangat saja...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.