Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Xerostomia general_alomedika 2023-01-12T09:41:09+07:00 2023-01-12T09:41:09+07:00
Xerostomia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Xerostomia

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Patofisiologi xerostomia berkaitan dengan berkurangnya aliran saliva atau perubahan komposisi biokimia saliva. Kondisi paling berat yang mempengaruhi aliran saliva adalah sindrom Sjogren dan radioterapi di daerah kepala dan leher. Kondisi lain yang lebih ringan dan berkaitan dengan patofisiologi xerostomia adalah dehidrasi, merokok, dan peradangan atau infeksi kelenjar ludah.

Xerostomia pada Sindrom Sjogren

Sindrom Sjogren ditandai dengan hilangnya sel sekretori secara progresif, sehingga terjadi pula penurunan progresif produksi air liur. Pada sindrom Sjogren, infiltrasi limfositik kronis dan peradangan sel asinar menyebabkan fibrosis eksokrin yang mengakibatkan kelenjar tidak berfungsi. Patofisiologi sindrom Sjogren melibatkan limfosit CD4+ dan sel B.

Xerostomia pada Terapi Radiasi

Terapi radiasi kepala dan leher dapat menyebabkan xerostomia karena rongga mulut, kelenjar getah bening, dan kelenjar saliva termasuk dalam area radiasi. Walaupun jaringan kelenjar saliva memiliki indeks mitosis rendah yang membuatnya cukup stabil dan lebih tahan radiasi, terdapat studi yang menunjukkan penurunan fungsi kelenjar saliva selaras dengan dosis radiasi. Kerusakan kelenjar permanen dapat terjadi jika paparan radiasi melebihi 50 Gy.

Xerostomia pada Penyakit Sistemik

Rendahnya aliran saliva dapat terjadi akibat cedera langsung pada parenkim, perubahan mikrosirkulasi, gangguan kontrol glikemik, dan dehidrasi. Beberapa penelitian mengindikasikan bahwa penurunan aliran saliva pada pasien diabetes berhubungan dengan peningkatan diuresis atau poliuria yang melibatkan penurunan cairan ekstraseluler dan produksi saliva.

Selain itu, terdapat bukti yang menunjukkan bahwa aliran saliva lebih rendah pada pasien penyakit Parkinson. Kondisi ini diduga berkaitan dengan disfungsi otonom dan obat yang digunakan.

Xerostomia Akibat Obat

Pada individu usia lanjut, mekanisme paling umum dari xerostomia adalah penggunaan obat-obatan karena sebagian besar lansia mengonsumsi setidaknya 1 obat yang menyebabkan hipofungsi kelenjar saliva. Xerostomia dapat timbul sebagai efek samping obat-obatan yang digunakan dalam manajemen berbagai penyakit, termasuk depresi, nyeri, alergi, common cold, hipertensi, inkontinensia urine, asthma, dan penyakit Parkinson.  Golongan obat dan contoh obat yang dapat menyebabkan xerostomia terlampir pada Tabel 1.[5-7]

Tabel 1. Obat Yang Dapat Menyebabkan Xerostomia

Golongan Obat Contoh Obat
Ansiolitik Lorazepam, diazepam
Anorektik Fenfluramine
Antikonvulsan Gabapentin
Antidepresan trisiklik Amitriptyline, imipramine

Antidepresan SSRI Sertraline, fluoxetine
Antiemetik Meclizine
Antihistamin Loratadine
Antiparkinson Biperidene, selegiline
Antipsikotik Clozapine, chlorpromazine
Bronkodilator Ipratropium, albuterol
Dekongestan Pseudoephedrine
Diuretik Spironolactone, furosemide
Antihipertensi Prazosin hydrochloride
Lainnya Baclofen, meperidine, morfin, flurazepam, piroxicam

Sumber: Escobar et al, 2018.[5]

Referensi

5. Escobar A, Aitken-Saavedra JP. Xerostomia: An Update of Causes and Treatments. Intechopen. 2018. 15-35. http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.72307
6. Talha B, Swarnkar SA. Xerostomia. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545287/
7. Hennessy BJ. Xerostomia. MSD Manual Professional Version, 2020. https://www.msdmanuals.com/professional/dental-disorders/symptoms-of-dental-and-oral-disorders/xerostomia

Pendahuluan Xerostomia
Etiologi Xerostomia
Diskusi Terbaru
Anonymous
1 hari yang lalu
Luka bekas silet di telapak kaki
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien yang memiliki tampilan telapak kaki seperti tertera pada gambar.Bekas silet, sebab pasien senang untuk mengupas kulit yang...
Anonymous
2 hari yang lalu
Gatal cacar air yang tidak tertahankan
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, untuk pasien wanita muda usia 19 thn dengan cacar air, sebelumnya belum pernah, mengalami demam hari ketiga bersama dengan lesi nya juga sudah...
Anonymous
2 hari yang lalu
Tambal gigi geraham
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Selamat malam dok izin bertanya untuk pasien dengan kondisi gigi geraham seperti foto di bawah apa masih bisa di tambal? Jika tidak bisa dan harus di cabut...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.