Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Xerostomia general_alomedika 2023-01-12T09:41:35+07:00 2023-01-12T09:41:35+07:00
Xerostomia
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Xerostomia

Oleh :
Drg. Rifa Astari Gumay
Share To Social Media:

Penatalaksanaan xerostomia bertujuan untuk mengurangi gejala yang dirasakan dan meningkatkan fungsi saliva pasien. Penatalaksanaan xerostomia dimulai dengan menyingkirkan faktor-faktor yang menjadi penyebab. Langkah penanggulangan awal yang dapat dilakukan antara lain minum air yang cukup, menghindari jenis pasta gigi atau makanan yang memperparah kondisi xerostomia, dan mengunyah permen karet untuk menginduksi sekresi saliva. Penggunaan lubrikan, pengganti saliva, dan sialogogue seperti pilocarpine juga membantu dalam mengurangi gejala xerostomia.[5]

Modifikasi Gaya Hidup dan Manajemen Penyakit Sistemik yang Mendasari

Modifikasi gaya hidup merupakan salah satu bentuk metode penanggulangan awal yang dapat dilakukan pada pasien dengan keluhan xerostomia. Beberapa modifikasi gaya hidup yang dilakukan antara lain:

  • Menjaga hidrasi tubuh dengan konsumsi air yang cukup
  • Menjaga kebersihan rongga mulut dan mengaplikasikan fluoride topikal untuk mencegah komplikasi karies gigi

  • Mengurangi konsumsi minuman yang mengandung kafein dan alkohol
  • Menghindari kebiasaan merokok
  • Menggunakan humidifier saat malam hari untuk menjaga kelembaban
  • Mengunyah permen karet bebas gula untuk menginduksi sekresi saliva
  • Jika xerostomia disebabkan oleh gangguan psikis, maka perlu melakukan konsultasi dengan psikiater untuk merawat faktor penyebabnya

Manajemen penyakit sistemik yang dapat menyebabkan kondisi xerostomia dapat meningkatkan kondisi kualitas hidup pasien. Apabila xerostomia disebabkan oleh efek samping penggunaan obat-obatan yang digunakan untuk perawatan suatu penyakit, maka perlu konsultasi dengan dokter yang merawat untuk mengevaluasi kemungkinan mengganti obat dengan efek yang sama namun dari golongan yang berbeda.[2,4-6]

Agen Topikal Intraoral

Obat topikal merupakan perawatan lini pertama yang direkomendasikan sebagai terapi xerostomia. Agen stimulasi dan pengganti saliva dapat memperbaiki gejala.

Mengunyah permen karet dan permen bebas gula dapat membantu dalam stimulasi sekresi saliva dan mengurangi gesekan pada mukosa oral. Pengganti saliva meniru komponen saliva alami tanpa mengubah sekresi saliva dan meningkatkan viskositas saliva. Umumnya pengganti saliva mengandung fluoride, kalsium dan fosfor, carboxymethylcellulose, xanthan gum, hydroxyethylcellulose, polyethylene oxide, linseed oil, dan musin.

Obat semprot untuk terapi xerostomia mengandung asam malat 1%. Sialogogue semprot ini dilaporkan efektif dalam mengurangi gejala xerostomia pada pasien yang sedang mengonsumsi antihipertensi dan antidepresan, namun obat ini memiliki risiko menyebabkan kehilangan enamel.

Produk topikal lain yang mengandung xylitol, betaine, minyak zaitun, mukopolisakarida, glycerate polymer gel base, dan mucin juga dilaporkan efektif menangani xerostomia. Terdapat bukti ilmiah yang menunjukkan bahwa pasien merasa keluhan subjektif berkurang setelah penggunaan produk-produk tersebut, namun saat diukur secara objektif sebetulnya tidak ada perbaikan bermakna.[2,4-6]

Agen Sistemik

Terdapat dua obat sistemik yang telah disetujui oleh FDA sebagai terapi obat xerostomia yaitu pilocarpine dan cevimeline.

Pilocarpine

Pilocarpine menstimulasi saraf parasimpatetik muskarinik. Dosis awal yang direkomendasikan adalah 5 mg per hari, dengan dosis maksimal 30 mg per hari. Obat digunakan selama kurun waktu 3 bulan.

Pilocarpine secara spesifik mengurangi kondisi mulut kering pada pasien yang sedang menjalani terapi radiasi kepala leher dan sindrom Sjogren. Efek optimal obat pada pasien terapi radiasi terjadi sekitar 2-3 bulan setelah penggunaan. Potensi efek samping yang bisa terjadi antara lain gangguan lapang pandang, cegukan, takikardia, hipotensi, bronkokonstriksi, hiperhidrosis, mual, muntah, diare, vasodilatasi kulit, dan meningkatnya frekuensi buang air kecil. Penggunaan pilocarpine kontraindikasi pada pasien iritis, glaukoma sudut tertutup, penyakit jantung, penyakit paru kronik termasuk asthma tidak terkontrol, dan ulkus gaster aktif.[2,4-6]

Cevimeline

Cevimeline adalah agonis muskarinik yang selektif untuk reseptor M1 dan M3 yang berlokasi di kelenjar lakrimal dan saliva. Cevimeline membantu stimulasi saliva karena afinitasnya yang kuat terhadap reseptor M3. Dosis cevimeline adalah 30 mg, 3 kali sehari, selama 3 bulan. Cevimeline telah disetujui sebagai terapi mulut kering pada pasien Sindrom Sjogren. Efek samping yang terjadi lebih sedikit dibandingkan pilocarpine karena cevimeline tidak mempengaruhi reseptor M2. Efek samping yang umum terjadi adalah dispepsia. Penggunaan obat ini kontraindikasi pada pasien penyakit paru kronik termasuk asthma tidak terkontrol, hipertensi tidak terkontrol, pasien yang mengonsumsi beta-adrenergic blocker, dan ulkus gaster aktif.[2,4-6]

Regenerasi Glandular dan Terapi Genetik

Terapi penggantian sel punca dapat menjadi salah satu pilihan perawatan untuk kondisi hiposalivasi yang diinduksi oleh radiasi. Terapi sel punca bertujuan untuk memperbaiki kelenjar saliva yang rusak pada tingkat sel.

Human salivary stem/progenitor cells (hSSPCs) dapat dikultur menggunakan teknik salisphere dan diperkenalkan ke kelenjar saliva yang rusak untuk menggantikan sel-sel yang mati atau rusak. Sel ini memiliki kemampuan pembaharuan diri dan diferensiasi ketika ditransplantasi ke penerima irradiasi dan memperbaiki fungsi kelenjar.

Terapi genetik dilakukan dengan penyuntikan vektor dengan informasi genetik ke dalam jaringan. Terapi ini sedang diteliti efikasinya untuk xerostomia. Pada studi yang dilakukan Baum et al di studi fase I dan II didapatkan peningkatan laju alir saliva pada kelenjar saliva parotis yang disertai berkurangnya gejala xerostomia terkait radiasi pada subjek yang diterapi dengan cDNA transfer untuk human aquaporin-1 (h1AQP1) melalui vektor adenoviral.[2,5]

Akupuntur dan Stimulasi Elektrik

Studi menemukan bahwa akupuntur dan stimulasi elektrik intraoral pada rongga mulut dapat meningkatkan sekresi saliva. Pada pasien yang sedang menjalani terapi radiasi, konsumsi amifostine (agen sitoprotektif) sebelum radiasi dilaporkan bermanfaat dalam mengurangi efek samping, termasuk xerostomia. Terapi hiperbarik untuk pasien yang sedang menjalani terapi radiasi juga dilaporkan dapat meningkatkan fungsi saliva.[2-4]

Referensi

2. Millsop JW, Wang EA, Fazel N. Etiology, evaluation, and management of xerostomia. Clin Dermatol. 2017 Sep-Oct;35(5):468-476. doi: 10.1016/j.clindermatol.2017.06.010. Epub 2017 Jun 27. PMID: 28916028.
4. Villa A, Connell CL, Abati S. Diagnosis and management of xerostomia and hyposalivation. Ther Clin Risk Manag. 2014;11:45-51. Published 2014 Dec 22. doi:10.2147/TCRM.S76282
5. Escobar A, Aitken-Saavedra JP. Xerostomia: An Update of Causes and Treatments. Intechopen. 2018. 15-35. http://dx.doi.org/10.5772/intechopen.72307
6. Talha B, Swarnkar SA. Xerostomia. In: StatPearls. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing. 2021. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK545287/

Diagnosis Xerostomia
Prognosis Xerostomia
Diskusi Terbaru
Anonymous
Kemarin, 15:30
Bisul dan luka di kaki
Oleh: Anonymous
5 Balasan
Alo dokter. Saya dikonsulkan mengenai pasien yang datang ke Pustu di wilayah tempat saya bekerja, jadi saya hanya dikirimkan foto klinis pasien.Keluhannya:...
Anonymous
Kemarin, 15:27
Dosis Itraconazole untuk onikomikosis setelah ektraksi kuku
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter, saya baru saja melakukan ekstraksi kuku kaki karena kuku onikomikosis yang terbentur, sehingga kuku agak terlepas. Saya akan meresepkan...
Anonymous
Kemarin, 14:15
Lesi di kulit yang terasa gatal dan perih
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Pasien datang dengan keluhan lesi seperti di foto sudah 3 hari. Lesi terasa gatal dan perih. Riwayat digigit serangga (-). Pasien rutin konsumsi obat jantung...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.