Epidemiologi Xerostomia
Data epidemiologi xerostomia menunjukkan bahwa prevalensi semakin meningkat seiring dengan bertambahnya usia. Hal ini tidak hanya dikarenakan penuaan dapat menyebabkan terjadinya perubahan dan kemunduran fungsi kelenjar saliva, namun juga karena individu usia lanjut cenderung mengonsumsi berbagai macam obat-obatan dan memiliki insidensi kondisi komorbid yang lebih tinggi.[1,6]
Global
Sebuah tinjauan sistematik memperkirakan bahwa prevalensi mulut kering pada populasi global adalah sebesar 22%, dimana prevalensi xerostomia ada pada rentang 0,01% hingga 45% dan hiposalivasi pada rentang 0,02% hingga 40%.
Prevalensi xerostomia meningkat seiring usia dan diketahui lebih tinggi pada populasi lansia. Belum ada data pasti mengenai perbedaan prevalensi xerostomia pada wanita dan pria. Namun, terdapat studi yang menemukan bahwa xerostomia lebih dominan terjadi pada wanita dibandingkan pria.
Prevalensi xerostomia hampir mencapai 100% pada pasien yang menerima terapi radiasi kepala dan leher dan penderita Sindrom Sjogren.[1,6,12]
Indonesia
Belum ada data epidemiologi nasional terkait xerostomia di Indonesia. Xerostomia merupakan salah satu kondisi medis yang dikaitkan dengan degenerasi pada usia lanjut. Suatu studi yang dipublikasikan tahun 2019 menunjukkan bahwa kualitas hidup kelompok lansia dengan xerostomia lebih rendah dibandingkan dengan kelompok lansia tanpa xerostomia. Studi kelompok usia lanjut di Kelurahan Malalayang Satu Timur pada tahun 2018 menunjukkan bahwa 30 dari 35 subjek lansia mengalami xerostomia, dengan jenis kelamin perempuan lebih dominan.[13,14]
Alamsyah et al meneliti xerostomia pada pasien hipertensi di salah satu puskesmas di Medan. Mereka menemukan bahwa prevalensi xerostomia pada pasien hipertensi sebesar 29%. Jenis obat antihipertensi yang dikonsumsi paling banyak adalah golongan diuretik (60%).[16]
Mortalitas
Xerostomia tidak berhubungan langsung dengan mortalitas. Kualitas hidup pasien dapat terganggu jika penyakit sistemik yang menyertai xerostomia tidak terkontrol dan tidak ditanggulangi dengan baik. Selain itu, pasien dapat mengalami komplikasi dari xerostomia seperti karies gigi, kandidiasis, penyakit periodontal, halitosis, dan perdarahan mukosa mulut.[6]