Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Ruam Popok general_alomedika 2022-08-08T16:43:54+07:00 2022-08-08T16:43:54+07:00
Ruam Popok
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Ruam Popok

Oleh :
Immanuela Hartono
Share To Social Media:

Tujuan penatalaksanaan ruam popok atau diaper rash dibagi menjadi dua, yaitu untuk menyembuhkan kulit yang mengalami iritasi, dan mencegah terjadinya rekurensi.

Beberapa tata laksana yang dapat dilakukan, antara lain menjaga higienitas area popok dengan membersihkan area popok dengan baik dan mengganti popok lebih sering, serta menggunakan pembersih kulit bebas deterjen. Penggunaan produk topikal, misalnya salep zinc oksida dan petrolatum, dapat berfungsi untuk memperbaiki sawar kulit, dan bertindak sebagai barrier antara kulit dengan popok.[2,5]

Terapi Medikamentosa

Obat-obatan yang digunakan dalam tata laksana ruam popok dapat berupa salep yang memperkuat sawar kulit, misalnya yang berbahan dasar zinc oksida atau lanolin. Selain itu, jika terjadi infeksi sekunder maka pengobatan perlu disesuaikan berdasarkan etiologi. Pada kandidiasis, dapat diberikan antifungal topikal, misalnya nistatin, jika berhubungan dengan infeksi bakteri, dapat diberikan salep antibiotik, seperti mupirocin.[4]

Salep Sawar Kulit

Penggunaan salep kulit berguna untuk mencegah dan mengobati ruam popok. Salep berguna untuk memperbaiki sawar kulit, dan menjadi barrier antara kulit dengan popok, urin, dan feses. Salep kulit juga berfungsi untuk mencegah hidrasi berlebihan pada area popok.

Pada kulit bayi yang sehat, salep dapat dioleskan 2 kali seminggu. Bahan dasar salep yang sering digunakan, antara lain zinc oksida, petrolatum, minyak ikan cod, dimethicone, lanolin, dexpanthenol, dan larutan Burrow.

Salep kulit yang mengandung pengawet serta pewangi sebaiknya dihindari, karena berpotensi menyebabkan iritasi dan alergi. Selain itu, produk yang mengandung asam borat, camphor, fenol, benzocaine, dan salisilat juga tidak boleh digunakan, karena dapat menyebabkan toksisitas sistemik dan methemoglobinemia.[2,4,7]

Kortikosteroid Topikal

Salep kortikosteroid berpotensi rendah, misalnya hidrokortison 0,5–1% dioleskan 2 kali sehari, dapat digunakan untuk mengatasi inflamasi persisten yang belum membaik dengan salep sawar kulit. Penggunaan kortikosteroid sebaiknya dalam jangka pendek, tidak melebihi 2 minggu. Salep kortikosteroid dapat dihentikan jika erupsi kulit telah menunjukkan perbaikan.[1,2,4]

Antifungal

Antifungal topikal, misalnya nistatin, dapat digunakan pada ruam popok yang disertai dengan kandidiasis. Salep nistatin dioleskan setiap kali mengganti popok. Namun, jika belum ada perbaikan setelah 1–3 hari, ganti nistatin menjadi golongan azol, seperti clotrimazole, miconazole, atau ketoconazole. Gunakan 2 kali sehari, selama 7–10 hari.

Antifungal dalam formulasi losion lebih dipilih untuk penggunaan pada daerah intertriginosa. Jika menggunakan salep, oles secara tipis-tipis agar tidak terjadi maserasi kulit.[1–3]

Antibiotik

Jika terjadi infeksi sekunder yang diakibatkan bakteri, maka penggunaan antibiotik topikal atau oral akan diperlukan. Jika infeksi bakteri bergejala ringan dan lesi kulit lokal, dapat digunakan salep mupirocin 2 kali sehari selama 5–7 hari. Antibiotik oral dapat digunakan pada kasus infeksi yang lebih berat, misalnya amoksisilin dan asam klavulanat dengan kekuatan 250/125 mg.[1,3,4]

Terapi Non-medikamentosa 

Memelihara kebersihan kulit pada area popok sangat penting untuk menjaga integritas kulit dan mencegah iritasi. Kurangi paparan dengan iritan dengan mengganti popok lebih sering, yaitu setiap kali setelah urinasi atau defekasi. Gunakan popok dengan daya serap tinggi (superabsorbent diapers) untuk mencegah area popok menjadi lembap.

Saat memandikan bayi, gunakan sabun bebas deterjen, yang disesuaikan untuk kulit bayi. Formulasi sabun cair yang digunakan sebaiknya memiliki pH netral, dan menggunakan bahan-bahan yang telah disetujui oleh badan pengawas obat dan makanan (BPOM). Suhu air mandi sebaiknya antara 37–40 C.

Jika membersihkan area popok dengan tisu basah, pilih tisu basah dengan kemampuan pH buffer, sehingga dapat mengatasi efek alkalinisasi urin dan menjaga keasaman kulit area popok. Tisu basah juga sebaiknya tidak mengandung iritan, misalnya alkohol, pewangi yang dapat menyebabkan alergi, minyak atsiri, sabun, surfaktan, dan deterjen yang keras, seperti sodium lauryl sulfate.[2,4,7]

Persiapan Rujukan

Meskipun ruam popok merupakan kompetensi dokter umum, terkadang manifestasi klinis cukup berat sehingga pasien perlu dirujuk. Pasien perlu mendapatkan tata laksana lebih lanjut ke spesialis dermatologi jika gejala tidak kunjung membaik dengan pengobatan, atau apabila ditemukannya tanda-tanda berikut:

  • Ruam disertai nyeri atau rasa terbakar saat urinasi
  • Demam
  • Ruam menjalar ke area yang tidak terpapar oleh feses dan urin
  • Adanya ulkus atau hilangnya jaringan epidermis
  • Timbul komplikasi, seperti selulitis[5,16]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Dib R, Kazzi AA. Diaper rash. Medscape. 2021 https://emedicine.medscape.com/article/801222-overview#a1
2. Benitez Ojeda AB, Mendez MD. Diaper Dermatitis. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559067/
3. Agrawal R. Diaper dermatitis. Medscape. 2020 https://emedicine.medscape.com/article/911985-overview#a4
4. Šikić Pogačar M, Maver U, Marčun Varda N, Mičetić-Turk D. Diagnosis and management of diaper dermatitis in infants with emphasis on skin microbiota in the diaper area. Int J Dermatol. 2018 Mar;57(3):265-275. doi: 10.1111/ijd.13748.
5. Wesner E, Vassantachart JM, Jacob SE. Art of prevention: The importance of proper diapering practices. Int J Womens Dermatol. 2019 Mar 3;5(4):233-234. doi: 10.1016/j.ijwd.2019.02.005.
7. Blume-Peytavi U, Kanti V. Prevention and treatment of diaper dermatitis. Pediatr Dermatol. 2018 Mar;35 Suppl 1:s19-s23. doi: 10.1111/pde.13495.
16. Merrill L. Prevention, treatment and parent education for diaper dermatitis. Nursing for Women’s Health. 2015 Aug; 19(4). https://onlinelibrary.wiley.com/doi/full/10.1111/1751-486X.12218

Diagnosis Ruam Popok
Prognosis Ruam Popok

Artikel Terkait

  • Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
    Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
  • Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
    Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
  • Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
    Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
  • 5 Lesi Kulit pada Neonatus
    5 Lesi Kulit pada Neonatus
Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 11 Februari 2025, 09:18
Bintil, gatal, dan panas di kedua tungkai kaki sehabis bermain di pantai
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, saya memiliki pasien usia 5 tahun, laki2 datang dengan keluhan gatal dan panas di kedua tungkai kaki, sehabis bermain di pantai 3 hari lalu....
Anonymous
Dibalas 13 September 2024, 18:19
Laki-laki 51 tahun dengan lesi kemerahan yang gatal sejak 1 minggu lalu
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Laki usia 51 dtang dengan keluhan timbul lesi kemerahan di tangan kanan sejak 1 minggu disertai gatal, riw pekerjaan pegawai bangunan, udah di cek DM (-)...
dr. Risna Safitri
Dibalas 14 Agustus 2024, 17:16
Ruam hingga luka apakah infeksi bakteri?
Oleh: dr. Risna Safitri
2 Balasan
Izin berdiskusi dok. Seorang Pasien wanita usia 21 tahun dengan keluhan gatal dan luka pada kaki. Hal ini dialami sejak 3 hari. Ada riwayat membersihkan...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.