Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Epidemiologi Ruam Popok general_alomedika 2022-08-08T16:38:26+07:00 2022-08-08T16:38:26+07:00
Ruam Popok
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Epidemiologi Ruam Popok

Oleh :
Immanuela Hartono
Share To Social Media:

Data epidemiologi menunjukkan bahwa ruam popok atau diaper rash terjadi di 65% populasi anak-anak. Kejadian ruam popok dapat dimulai sejak periode neonatus, sejak bayi mulai menggunakan popok. Namun, insidensi lebih sering ditemukan pada bayi yang lebih tua, sebab frekuensi penggantian popok lebih jarang dibandingkan neonatus.

Global

Prevalensi ruam popok secara global diperkirakan antara 16–65%. Angka ini sangat bervariasi, mungkin diakibatkan karena durasi ruam popok yang relatif singkat, hanya sekitar 2–4 hari dan biasanya pasien tidak memeriksakan diri ke tenaga kesehatan. Insidensi dilaporkan paling tinggi pada bayi usia 9–12 bulan. Ruam popok akan berhenti terjadi saat anak berusia sekitar 2 tahun, yaitu setelah toilet training dilakukan.

Data epidemiologi menunjukkan ruam popok lebih sering terjadi pada bayi, terutama bayi prematur, karena sawar kulit yang masih belum matang. Bayi yang disusui dengan air susu ibu (ASI) lebih terlindung dari ruam popok. Selain itu, frekuensi mengganti popok yang lebih sering juga akan menurunkan insidensi ruam popok. Oleh sebab itu, bayi baru lahir lebih jarang mengalami ruam popok, dibandingkan bayi yang lebih tua.[1,2,11]

Indonesia

Sampai saat ini, belum ada data epidemiologi mengenai ruam popok di Indonesia.

Mortalitas

Ruam popok bisanya tidak berakibat fatal dan dapat membaik dengan sendirinya. Namun, sering menyebabkan kecemasan bagi orang tua. Namun, pada pasien dengan gangguan sistem imun, misalnya akibat human immunodeficiency virus (HIV), infeksi sekunder berupa kandidiasis atau superinfeksi bakteri, sering terjadi. Morbiditas yang ditimbulkan pada pasien berupa nyeri dan gatal pada area popok.[1,2]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Dib R, Kazzi AA. Diaper rash. Medscape. 2021 https://emedicine.medscape.com/article/801222-overview#a1
2. Benitez Ojeda AB, Mendez MD. Diaper Dermatitis. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559067/
11. Carr AN, DeWitt T, Cork MJ, et al. Diaper dermatitis prevalence and severity: Global perspective on the impact of caregiver behavior. Pediatr Dermatol. 2020 Jan;37(1):130-136. doi: 10.1111/pde.14047.

Etiologi Ruam Popok
Diagnosis Ruam Popok

Artikel Terkait

  • Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
    Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
  • Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
    Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
  • Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
    Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
Diskusi Terkait
Anonymous
24 hari yang lalu
Vesikel pada punggung setelah bekam
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Selamat pagi dokter semua, Saya ingin sharing kasus pasien Usia 54 tahun, datang dengan keluhan gatal pada area bekas Bekam di Punggung. Diketahui saat...
Anonymous
15 Desember 2022
Kulit di kedua telapak kaki dan jari tangan kanan pecah-pecah
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo dokter,Ijin berdiskusi utk pasien wanita usia 37 tahun, dengan kedua telapak kaki dan ujung jari tangan kanan pecah2.Menurut pasien, ruam di kedua...
dr.Nomi Irene Putri S.
06 Desember 2022
Penanganan hipopigmentasi post dermatitis kontak iritan - Kulit Ask the Expert
Oleh: dr.Nomi Irene Putri S.
2 Balasan
Alo dr. Risty, izin bertanya Dokter. Pada pasien dengan keluhan hipopigmentasi pasca pemberian salep hidrokortison untuk kasus dermatitis kontak iritan, apa...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.