Patofisiologi Ruam Popok
Patofisiologi ruam popok (diaper rash) hingga saat ini belum diketahui pasti. Namun diduga berhubungan dengan adanya kondisi yang lembap, peningkatan pH, enzim dari feses, dan kolonisasi mikroorganisme. [1,4]
Perubahan pH
Situasi asam merupakan kondisi yang ideal pada kulit daerah inguinal dan bokong dalam menjaga flora normal sebagai proteksi untuk melawan bakteri dan jamur patogen. Nilai normal pH pada kulit adalah antara 4,5 dan 5,5. Namun, paparan feses dan urin akan meningkatkan pH kulit menjadi basa. Feses meningkatkan pH melalui enzim lipase dan protease, sedangkan urine meningkatkan pH melalui hidrolisis urea oleh urease. [1,5]
Selain itu, anatomi regio inguinal yang tertutup popok mempunyai banyak lipatan, yang membuatnya lebih sulit dibersihkan, sehingga masih mungkin terdapat sisa feses dan urin. [1,3,4]
Keadaan Lembap
Selain paparan dari feses dan urin, penggunaan popok akan menyebabkan keadaan kulit yang terus menerus lembap sehingga menyebabkan maserasi stratum korneum. Selain maserasi, hidrasi dari stratum korneum dapat menyebabkan obstruksi kelenjar keringat ekrin yang berujung kepada miliaria. Miliaria dengan gambaran permukaan kulit tidak rata, dapat memperparah gesekan kulit. [1,6]
Ukuran Popok
Pemilihan popok yang tepat juga memegang kendali dalam patofisiologi ruam. Penggunaan popok yang terlalu ketat akan memberikan gesekan terus menerus dan merusak lamella interselular lipid pada jaringan stratum korneum sehingga integritas fisik kulit terganggu atau menjadi tidak intak. Keadaan kulit yang tidak intak dapat menjadi sumber masuknya pathogen. [1,3,4]