Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Etiologi Ruam Popok general_alomedika 2022-08-08T16:34:04+07:00 2022-08-08T16:34:04+07:00
Ruam Popok
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Etiologi Ruam Popok

Oleh :
Immanuela Hartono
Share To Social Media:

Etiologi ruam popok atau diaper rash berhubungan dengan perbedaan fisiologi kulit pada bayi baru lahir, terutama fungsi sawar kulit. Hal ini mengakibatkan kulit lebih rentan untuk mengalami disrupsi akibat iritan, misalnya popok ataupun enzim feses.[7]

Etiologi

Etiologi terjadinya ruam pokok merupakan multifaktorial. Beberapa hal yang berperan, antara lain imaturitas kulit pada bayi, kulit lembap terus-menerus karena hidrasi berlebihan, dan kolonisasi mikroorganisme.

Imaturitas Kulit Bayi

Pada bayi yang baru lahir, sawar kulit masih belum matur, sehingga lebih rentan untuk mengalami kerusakan atau absorpsi perkutan. Hal ini terutama terjadi pada bayi prematur. Fungsi sawar kulit juga berbeda-beda antar regio anatomis. Kulit pada area pokok rentan mengalami dermatitis kontak iritan akibat gesekan berulang dengan urin dan feses, juga oklusi akibat pemakaian popok. Hal-hal ini mengakibatkan peningkatan hidrasi dan pH kulit.[2,7]

Hidrasi Berlebihan pada Kulit

Hidrasi berlebihan menyebabkan degradasi pada stratum korneum, sehingga terjadi gangguan sawar kulit. Lapisan asam (acid mantle) pada kulit memegang peranan penting terhadap regulasi enzim-enzim yang berfungsi menjaga integritas stratum korneum.

Paparan berulang terhadap urin dan feses menyebabkan kulit di area popok menjadi basa, sehingga terjadi perubahan kolonisasi mikroba, aktivasi enzim feses, seperti protease dan lipase, serta kerusakan stratum korneum. Gesekan dari popok dan maserasi akan memperberat kerusakan sawar kulit, sehingga meningkatkan permeabilitas kulit akan iritan.[7,8]

Kolonisasi Mikroorganisme

Berbagai faktor di atas menyebabkan kulit menjadi rentan terhadap infeksi mikroba dan inflamasi. Mikroorganisme yang sering menjadi etiologi pada ruam pokok, antara lain Candida albicans yang menyebabkan kandidiasis, serta berbagai bakteri, seperti Staphylococcus aureus, Streptococcus sp., E. coli, dan Bacteroides sp.[7,9]

Faktor Risiko

Beberapa faktor risiko yang diketahui berhubungan dengan terjadinya ruam popok, antara lain kebiasaan jarang mengganti popok, penggunaan antibiotik berspektrum luas, contohnya ceftriaxone, serta tidak membersihkan dan mengeringkan area popok secara baik. Penggunaan sabun cair mengandung deterjen untuk membersihkan kulit dan pemakaian bedak talkum juga meningkatkan resiko ruam popok.[1,4]

Bayi yang memiliki riwayat dermatitis atopik, lebih berisiko untuk mengalami ruam popok. Selain itu, penggunaan popok kain dapat meningkatkan risiko ruam popok, sebab kemampuan menyerap popok kain tidak sebaik popok sekali pakai (disposable).[10]

Studi potong lintang oleh Carr, et al. pada tahun 2020 dilakukan terhadap 1791 bayi. Hasil studi mendapatkan bahwa penggunaan produk topikal, seperti krim zinc oksida, membersihkan area popok dengan baik setelah defekasi, dan mempersingkat waktu penggantian popok di malam hari (overnight diaper) berhubungan dengan kejadian ruam popok yang lebih rendah, pH kulit yang lebih asam, dan perbaikan sawar kulit.[11]

Faktor Protektif

Aerasi atau membiarkan anak tanpa popok selama diduga merupakan faktor protektif terhadap terjadinya ruam popok. Studi tahun 2015 oleh Biranjia-Hudroyal, et al. melaporkan bahwa aerasi pada anak lebih dari 1 jam setiap harinya menghasilkan risiko ruam popok yang lebih rendah, yaitu 33,6%, dibandingkan anak dengan aerasi kurang dari 1 jam setiap harinya, yaitu 66,3%.[12]

Pemberian air susu ibu (ASI) juga merupakan faktor protektif terhadap ruam popok. Studi pada tahun 2016 oleh Ersoy-Evans, et al. mendapatkan insidensi ruam popok lebih rendah pada bayi yang minum ASI. Pemberian ASI diduga menyebabkan feses menjadi lebih tidak iritatif.[1,13]

Hal ini disebabkan karena pH feses yang lebih tinggi, aktivitas enzim lipase dan protease yang lebih rendah, dan kandungan urea yang lebih sedikit, dibandingkan bayi yang mengonsumsi susu formula.[4]

 

 

Direvisi oleh: dr. Livia Saputra

Referensi

1. Dib R, Kazzi AA. Diaper rash. Medscape. 2021 https://emedicine.medscape.com/article/801222-overview#a1
2. Benitez Ojeda AB, Mendez MD. Diaper Dermatitis. StatPearls Publishing. 2022 https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK559067/
4. Šikić Pogačar M, Maver U, Marčun Varda N, Mičetić-Turk D. Diagnosis and management of diaper dermatitis in infants with emphasis on skin microbiota in the diaper area. Int J Dermatol. 2018 Mar;57(3):265-275. doi: 10.1111/ijd.13748.
7. Blume-Peytavi U, Kanti V. Prevention and treatment of diaper dermatitis. Pediatr Dermatol. 2018 Mar;35 Suppl 1:s19-s23. doi: 10.1111/pde.13495.
8. Dey S, Kenneally D, Odio M, et al. Modern diaper performance: construction, materials, and safety review. Int J Dermatol. 2016;55(suppl 1):18-20.
9. Bonifaz A, Rojas R, Tirado-Sanchez A, et al. Superficial mycoses associated with diaper dermatitis. Mycopathologia. 2016;181:671-679.
10. The Royal Children's Hospital Melbourne. Nappy Rash. 2020 https://www.rch.org.au/clinicalguide/guideline_index/Nappy_rash/
11. Carr AN, DeWitt T, Cork MJ, et al. Diaper dermatitis prevalence and severity: Global perspective on the impact of caregiver behavior. Pediatr Dermatol. 2020 Jan;37(1):130-136. doi: 10.1111/pde.14047.
12. Biranjia-Hudroyal SD, Pandamikum L. A study to investigate the prevalence of nappy rash among babies aged 0 to 36 months old in a tropical country. Austin Journal of Dermatology. 2015. http://austinpublishinggroup.com/dermatology/fulltext/ajd-v2-id1040.php
13. Ersoy-Evans S, Akinci H, Dogan S, Atakan N. Diaper Dermatitis: A Review of 63 Children. Pediatr Dermatol. 2016 May. 33 (3):332-6.

Patofisiologi Ruam Popok
Epidemiologi Ruam Popok

Artikel Terkait

  • Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
    Membedakan Dermatitis Kontak Iritan dengan Dermatitis Kontak Alergi
  • Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
    Membandingkan Potensi Kortikosteroid Topikal dan Penggunaannya di Bidang Dermatologi
  • Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
    Penanganan Hand Dermatitis pada Tenaga Kesehatan di Era Pandemi COVID-19
Diskusi Terkait
Anonymous
5 hari yang lalu
Cara mengatasi hand dermatitis pada tenaga kesehatan
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter. Saya memiliki pasien yang bekerja sebagai perawat di RS yang mengharuskan tangannya harus dicuci dan menggunakan handsanitaizer terus menerus....
Anonymous
10 Februari 2023
Bintik di kulit dekat siku disertai rasa gatal hilang timbul
Oleh: Anonymous
6 Balasan
Alo dokter izin konsulPasien usia 29 thn, laki laki, pekerjaan karyawan kantorSudah 1 bulan ini, di tangan atas dekat siku nya ada bintik. Kadang gatal,...
Anonymous
05 Januari 2023
Vesikel pada punggung setelah bekam
Oleh: Anonymous
3 Balasan
Selamat pagi dokter semua, Saya ingin sharing kasus pasien Usia 54 tahun, datang dengan keluhan gatal pada area bekas Bekam di Punggung. Diketahui saat...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.