Etiologi Ruam Popok
Etiologi ruam popok (diaper rash) dapat berupa satu kausa spesifik maupun gabungan dari berbagai penyebab. Namun, kebanyakan ruam popok disebabkan oleh dermatitis kontak iritan. Beberapa hal berikut ini dapat menyebabkan ruam popok :
- Hidrasi kulit secara berlebihan yang menyebabkan maserasi
- Iritiasi kulit yang disebabkan paparan terus menerus dari urin dan feses
- Diare, yaitu peningkatan frekuensi buang air besar
- Efek samping dari antibiotik oral yang biasa memicu timbulnya infeksi jamur kandida
- Gesekan kulit oleh popok secara terus menerus.
- Reaksi alergi yang dapat timbul akibat popok atau sabun, pelembap kulit, atau bahkan tissue pembersih bokong setiap pergantian popok. [2,7]
Untuk memahami etiologi ruam popok, perlu diingat bahwa kulit infant berbeda dengan orang dewasa. Secara histologis, kulit infant memiliki keratinosit yang lebih kecil, struktur mikrorelief lebih tebal, stratum korneum yang lebih tipis, proliferasi sel lebih besar, dan serat kolagen tersusun secara berbeda. Pada kulit infant, konsentrasi dari produk proteolisis filaggrin, atau juga dikenal dengan natural moisturization factor (NMF), lebih rendah. Kolonisasi flora normal juga berbeda dengan dewasa, dimana pada infant yang terbanyak adalah Firmicutes. Semua hal ini akan menyebabkan kulit infant lebih rentan bila mengalami pergeseran homeostasis sedikit saja, misalnya jika terjadi hidrasi yang meningkat atau pH kulit menjadi basa. [8]
Faktor Risiko
Sebuah studi cross-sectional pada tahun 2012 pada anak usia 1-24 bulan di Cina menunjukan bahwa diare meningkatkan risiko terjadinya diaper rash atau ruam popok. Risiko akan menurun dengan konsumsi makanan solid, tempat tinggal di kawasan urban, dan frekuensi mengganti popok ≥ 6 kali sehari. [9]
Aerasi atau membiarkan anak tanpa popok selama di rumah juga berpengaruh sebagai faktor risiko terjadinya ruam popok. Sebuah studi tahun 2015 melaporkan bahwa anak yang diaerasi lebih dari 1 jam setiap harinya mempunyai risiko lebih rendah (33.6%) secara signifikan dibandingkan anak yang diaerasi kurang dari 1 jam setiap harinya (66.3%). [10]