Doctor icon

Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Apakah Anda memiliki STR?
Alo, sebelum melanjutkan proses registrasi, silakan identifikasi akun Anda.
Ya, Daftar Sebagai Dokter
Belum punya STR? Daftar Sebagai Mahasiswa

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Penatalaksanaan Kejang Demam kirti 2024-03-19T08:22:50+07:00 2024-03-19T08:22:50+07:00
Kejang Demam
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Penatalaksanaan Kejang Demam

Oleh :
dr. Ferdinand Sukher
Share To Social Media:

Penatalaksanaan kejang demam dibagi menjadi tata laksana akut saat anak sedang kejang, tata laksana rumatan, dan tata laksana pencegahan kejang demam berulang. Tata laksana akut umumnya menggunakan antikonvulsan diazepam, yang dapat diberikan intravena atau per rektal.[1,17]

Tata Laksana Akut Saat Kejang

Manajemen awal untuk anak yang datang dalam keadaan kejang demam adalah:

  • Diazepam intravena, dosis 0,3−0,5 mg/kgBB, diberikan bolus secara perlahan 1−2 mg/menit atau sekitar 3−5 menit. Dosis maksimal 20 mg

  • Diazepam rektal yang dapat diberikan bila belum terpasang akses intravena atau pasien masih di rumah, diberikan dengan dosis 0,5−0,75 mg/kgBB. Dosis dapat diberikan 5 mg untuk BB <10 kg dan 10 mg untuk BB >10 kg[1,17]

Di rumah, diazepam rektal dapat diberikan 2 kali dengan jarak waktu 5 menit. Jika kejang masih belum berhenti, maka anjurkan anak untuk dibawa ke rumah sakit dan diberikan diazepam intravena.[1,17]

Bila kejang belum berhenti setelah tata laksana awal, maka lanjutkan dengan:

  • Fenitoin intravena, dosis awal 10‒20 mg/kgBB/pemberian, dengan kecepatan 1 mg/kgBB/menit atau <50 mg/menit

  • Bila kejang belum berhenti juga, maka anak dirujuk perawatan di ruang intensif untuk diberikan obat-obatan anestesi[1,17]

Setelah kejang berhenti, tata laksana lanjutan yang diberikan:

  • Fenitoin intravena kembali diberikan dengan dosis 4‒8 mg/kgBB/hari pada waktu 12 jam setelah dosis awal[1,17]

Tata Laksana Rumatan

Tidak semua anak kejang demam membutuhkan tata laksana rumatan. Berdasarkan konsensus penatalaksanaan kejang demam dari Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI), tata laksana rumatan diberikan sampai tercapai 1 tahun periode bebas kejang, dan diberhentikan bertahap (tapering off) dalam waktu 1‒2 bulan.

Tata laksana rumatan disarankan oleh IDAI untuk kejang demam yang berpotensi menjadi epilepsi atau kejang demam kompleks. Kriteria pemberian tata laksana rumatan adalah jika ditemukan salah satu kondisi berikut:

  • Kejang demam kompleks
  • Timbulnya kelainan neurologis sebelum atau sesudah kejang, misalnya paresis Todd, hemiparesis, palsi serebral, hidrosefalus, dan retardasi mental

  • Kejang >2 kali dalam 24 jam, atau dialami anak usia <12 bulan, atau lebih sama dengan 4 kali kejadian kejang demam dalam 1 tahun (dipertimbangkan)[1]

Obat Obat antikonvulsan rumatan yang dapat diberikan adalah:

  • Asam Valproat: dosis 15‒40 mg/kgBB/hari, diberikan dalam 2‒3 dosis, tetapi memiliki risiko gangguan fungsi hati terutama pada usia <2 tahun

  • Fenobarbital: dosis 3‒4 mg/kgBB/hari, diberikan dalam 1‒2 dosis. Penggunaan setiap hari meningkatkan risiko terjadinya kesulitan belajar dan gangguan perilaku[1,14]

Tata Laksana Intermiten/Pencegahan

Konsensus penatalaksanaan kejang demam dari IDAI, tata laksana intermiten merupakan terapi antikonvulsan pencegahan pada anak demam. Terapi intermiten diberikan pada anak demam dengan indikasi berikut:

  • Kelainan neurologis berat, seperti palsi serebral
  • Kejang berulang >4 kali dalam 1 tahun
  • Kejang pada usia <6 bulan
  • Kejang terjadi pada suhu <39°C
  • Kejang dengan peningkatan suhu cepat pada kejang demam sebelumnya[1]

Pilihan obat untuk terapi intermiten yang diberikan saat anak mengalami demam adalah:

  • Diazepam peroral: dosis 0,3 mg/kgBB/kali, sebanyak 3 kali/hari
  • Diazepam per rektal: dosis 0,5 mg/kgBB/kali, sebanyak 3 kali/hari
  • Terapi ini hanya diberikan pada 48 jam pertama demam[1]

Berdasarkan analisis keuntungan dan kerugian, pemberian obat-obatan antikonvulsan tidak direkomendasikan pada pasien kejang demam sederhana, walaupun terjadi >1 kali. Pemberian antikonvulsan yang terus menerus sebagai tata laksana rumatan (fenobarbital, asam valproat) atau sebagai terapi intermiten (diazepam) memang efektif untuk mencegah kejadian kejang demam.[3,4,18]

Namun, perlu dipertimbangkanan efek samping obat yang dianggap lebih berbahaya bila dibandingkan dengan risiko yang terjadi akibat kejang demam sederhana. Oleh sebab itu, diperlukan pertimbangan yang baik sebelum memberikan terapi intermiten atau rumatan.[3,4,18]

Tata Laksana Antipiretik

Pemberian obat antipiretik berfungsi untuk meningkatkan kenyamanan anak. Antipiretik yang dianjurkan IDAI untuk anak adalah:

  • Paracetamol: dosis 10‒15 mg/kgBB/kali, peroral dapat diberikan sampai 4 kali sehari

  • Ibuprofen: dosis 5‒10 mg/kgBB/kali, peroral dapat diberikan 3‒4 kali sehari[1]

Pemberian antipiretik tidak dapat menurunkan rekurensi kejang pada periode demam yang sama, tetapi tetap direkomendasikan untuk diberikan. Meta analisis tahun 2021 menyimpulkan bahwa manfaat antipiretik dalam mencegah kekambuhan kejang demam dalam episode demam yang sama memiliki bukti yang sangat terbatas, dan tidak ada bukti untuk penggunaannya dalam episode demam yang jauh.[19]

Tata Laksana Lainnya

Terdapat penelitian yang menunjukkan bahwa anak kejang demam memiliki kadar zink rendah daripada anak kejang tanpa demam. Oleh karena itu, zink diduga berperan dalam patogenesis kejang demam. Namun, hingga saat ini tidak ditemukan adanya rekomendasi dalam pemberian zink dalam tatalaksana kejang demam.[20, 21]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna

Referensi

1. Ismael S, Pusponegoro HD, Widodo DP, et al. Rekomendasi Penatalaksanaan Kejang Demam. Ikatan Dokter Anak Indonesia. 2016.
3. Dustin. S, Kerry.P. S, Molly. B. Febrile Seizures: Risks, Evaluation, and Prognosis. Am Fam Physician 2019; 99: 445–450.
4. Xixis K, Samanta D, Keenaghan M. Febrile Seizure. StatPearls. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448123/
14. Leung AKC, Hon KL, Leung TNH. Febrile seizures: An overview. Drugs Context 2018; 7: 1–12.
17. Laino D, Mencaroni E, Esposito S. Management of pediatric febrile seizures. Int J Environ Res Public Health; 15. Epub ahead of print 2018. DOI: 10.3390/ijerph15102232.
18. Offringa M, Newton R, Nevitt SJ, et al. Prophylactic drug management for febrile seizures in children. Cochrane Database Syst Rev; 2021. Epub ahead of print 2021. DOI: 10.1002/14651858.CD003031.pub4.
19. Hashimoto R, Suto M, Tsuji M, et al. Use of antipyretics for preventing febrile seizure recurrence in children: a systematic review and meta-analysis. Eur J Pediatr 2021; 180: 987–997.
20. Kumar M, Swarnim S, Khanam S. Zinc Supplementation for Prevention of Febrile Seizures Recurrences in Children: A Systematic Review and Meta-Analysis. Indian Pediatr 2021; 58: 857–860.
21. Heydarian F, Nakhaei AA, Majd HM, et al. Zinc deficiency and febrile seizure: A systematic review and meta-analysis. Turk J Pediatr 2020; 62: 347–358.

Diagnosis Kejang Demam
Prognosis Kejang Demam

Artikel Terkait

  • Profilaksis Kejang Demam pada Anak
    Profilaksis Kejang Demam pada Anak
  • Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
    Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
  • Anak Demam Tidak Harus Selalu Dirawat
    Anak Demam Tidak Harus Selalu Dirawat
  • Demam Tidak Selalu Harus Diberikan Antipiretik
    Demam Tidak Selalu Harus Diberikan Antipiretik
  • Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi
    Peran Diazepam Per Rektal untuk Kejang pada Bayi

Lebih Lanjut

Diskusi Terkait
Anonymous
Dibalas 03 Oktober 2024, 09:18
Pemberian diazepam rectal pada anak apa perlu diulang
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Hai sejawat.. Jika kita sudah memberikan diazeapam rectal pada pasien anak yg kejang, 1 menit setelahnya si anak langsung bab, apakah perlu pemberian...
Anonymous
Dibalas 23 Agustus 2023, 15:28
Mengganjal mulut saat anak kejang
Oleh: Anonymous
1 Balasan
siang dok, izin berdiskusi, kemarin saya sempat melihat foto pasien anak yang mengalami kejang di faskes, lalu di foto nampak mulut anak diberikan...
Anonymous
Dibalas 03 Februari 2023, 08:43
Terapi untuk anak kejang demam tanpa rawat inap
Oleh: Anonymous
1 Balasan
Alo dokter, mohon berdiskusi....apakah anak dg kejang demam harus di rawat inap? Kadang org tua tdk tahu beda kejang dan menggigil....adakah pedoman terapi...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2024 Alomedika.com All Rights Reserved.