Masuk atau Daftar

Alo! Masuk dan jelajahi informasi kesehatan terkini dan terlengkap sesuai kebutuhanmu di sini!
atau dengan
Facebook
Masuk dengan Email
Masukkan Kode Verifikasi
Masukkan kode verifikasi yang telah dikirimkan melalui SMS ke nomor
Kami telah mengirim kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Kami telah mengirim ulang kode verifikasi. Masukkan kode tersebut untuk verifikasi
Terjadi kendala saat memproses permintaan Anda. Silakan coba kembali beberapa saat lagi.
Selanjutnya

Tidak mendapatkan kode? Kirim ulang atau Ubah Nomor Ponsel

Mohon Tunggu dalam Detik untuk kirim ulang

Nomor Ponsel Sudah Terdaftar

Nomor yang Anda masukkan sudah terdaftar. Silakan masuk menggunakan nomor [[phoneNumber]]

Masuk dengan Email

Silakan masukkan email Anda untuk akses Alomedika.
Lupa kata sandi ?

Masuk dengan Email

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk akses Alomedika.

Masuk dengan Facebook

Silakan masukkan nomor ponsel Anda untuk verifikasi akun Alomedika.

KHUSUS UNTUK DOKTER

Logout
Masuk
Download Aplikasi
  • CME
  • Webinar
  • E-Course
  • SKP
  • Diskusi Dokter
  • Penyakit & Obat
    Penyakit A-Z Obat A-Z Tindakan Medis A-Z
Patofisiologi Kejang Demam kirti 2022-09-14T09:48:29+07:00 2022-09-14T09:48:29+07:00
Kejang Demam
  • Pendahuluan
  • Patofisiologi
  • Etiologi
  • Epidemiologi
  • Diagnosis
  • Penatalaksanaan
  • Prognosis
  • Edukasi dan Promosi Kesehatan

Patofisiologi Kejang Demam

Oleh :
dr. Ferdinand Sukher
Share To Social Media:

Patofisiologi kejang demam masih belum diketahui dengan jelas. Kejang demam terjadi karena adanya peningkatan suhu tubuh secara mendadak. Kejang terjadi tanpa adanya faktor penyebab lain seperti faktor intrakranial ataupun kelainan metabolik. Faktor predisposisi yang diduga menyebabkan kejang demam adalah genetik.[4,5]

Predisposisi Genetik

Melalui berbagai penelitian yang dilakukan, terdapat bukti-bukti yang menunjukkan adanya hubungan faktor genetik dengan kejadian kejang demam. Riwayat kejang demam pada keluarga derajat pertama (orang tua atau saudara) meningkatkan risiko kejadian kejang demam pada individu.[4,5]

Hingga saat ini, terdapat beberapa lokus genetik yang dianggap berkaitan dengan kejadian kejang demam. Beberapa lokus genetik tersebut antara lain adalah 19q, 19p13.3, 18p11.12, 8q13-21, 6q22-24, 5q14-15, dan 2q23-34. Mutasi pada kanal natrium, kanal nukleotida siklik, dan reseptor GABA juga ditemukan berhubungan dengan kejadian kejang demam.[4,5]

Faktor Lingkungan dan Infeksi

Infeksi pada tubuh menyebabkan terjadinya produksi sitokin pro inflamasi melalui aktivasi neutrofil dan makrofag. Sitokin proinflamasi seperti TNF-a, IL-6, dan IL-1b yang menembus sawar darah otak dapat menyebabkan peningkatan suhu dan perubahan plastisitas dari sel otak. Pada kondisi normal, terdapat usaha tubuh untuk menginhibisi inflamasi berlebih.[6-8]

Eksitasi sel otak dicurigai terjadi akibat sitokin inflamasi yang tidak terinhibisi. Keberadaan sitokin pro inflamasi yang berlebih menyebabkan terbukanya kanal kalsium dan menyebabkan influks dari ion kalsium. Hal ini dapat dilihat dari keberadaan sitokin-sitokin inflamasi pada pemeriksaan analisa cairan serebrospinal. Peningkatan suhu tubuh dapat menyebabkan peningkatan aktivitas neuronal. Aktivasi neuronal tersinkronisasi tersebut dapat menginduksi kejang pada anak.[6-8]

Selain infeksi, faktor lingkungan lain seperti gangguan selama kehamilan dan kelahiran prematur juga dianggap berhubungan dengan kejadian kejang demam. Stress selama masa postnatal seperti infeksi, cedera otak, dan hipoksia dapat menyebabkan alterasi pada struktur seluler otak. Penurunan ambang kejang terjadi akibat perubahan yang terjadi.[6-8]

 

 

Penulisan pertama oleh: dr. Nathania Sutisna

Referensi

4. Xixis K, Samanta D, Keenaghan M. Febrile Seizure. StatPearls. 2022. https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK448123/
5. Sawires R, Buttery J, Fahey M. A Review of Febrile Seizures: Recent Advances in Understanding of Febrile Seizure Pathophysiology and Commonly Implicated Viral Triggers. Front Pediatr 2022; 9: 1–8.
6. Maniu I, Costea R, Maniu G, et al. Inflammatory biomarkers in febrile seizure: A comprehensive bibliometric, review and visualization analysis. Brain Sci; 11. Epub ahead of print 2021. DOI: 10.3390/brainsci11081077.
7. Güneş A, Fidan S, Dulkadir R, et al. Evaluation of risk factors associated with first episode febrile seizure. Eur Rev Med Pharmacol Sci 2021; 25: 7089–7092.
8. Kwon A, Kwak BO, Kim K, et al. Cytokine levels in febrile seizure patients: A systematic review and meta-analysis. Seizure 2018; 59: 5–10.

Pendahuluan Kejang Demam
Etiologi Kejang Demam

Artikel Terkait

  • Profilaksis Kejang Demam pada Anak
    Profilaksis Kejang Demam pada Anak
  • Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
    Konsekuensi Jangka Panjang Akibat Kejang Demam Berulang
Diskusi Terkait
Anonymous
13 Desember 2022
Pemeriksaan lab selama terapi antikejang pada anak usia <18 bulan
Oleh: Anonymous
7 Balasan
Alo Dokter, izin bertanya dan sharingnya, jika anak <18 bulan dg diagnosis kejang demam komplek dan diberikan terapi asam valproat 1 tahun, apakah selama...
Anonymous
23 November 2022
Perlukah tetap diberikan diazepam jika kejang demam sudah berhenti?
Oleh: Anonymous
4 Balasan
Alo dok jika kejang demam anak durasi kurang dari 5 menit, kejang baru pertama kali, sebelum diberikan diazepam rektal kejang sudah berhenti, perlukah tetap...
Anonymous
11 Oktober 2022
Indikasi pemberian diazepam pada anak dengan riwayat kejang demam - Anak Ask the Expert
Oleh: Anonymous
2 Balasan
Alo, dr. cynthia Sp.A. izin bertanya dokter, jika anak datang dengan info ibunya mengalami kejang dirumah yang disertai demam, namun saat datang sudah tidak...

Lebih Lanjut

Download Aplikasi Alomedika & Ikuti CME Online-nya!
Kumpulkan poin SKP sebanyak-banyaknya, Gratis!

  • Tentang Kami
  • Advertise with us
  • Syarat dan Ketentuan
  • Privasi
  • Kontak Kami

© 2021 Alomedika.com All Rights Reserved.