Pendahuluan Retardasi Mental
Retardasi mental atau yang sering disebut sebagai intellectual disability merupakan suatu disabilitas yang ditandai oleh keterbatasan yang signifikan dalam fungsi intelektual (reasoning, learning, dan problem solving) dan perilaku adaptif (keterampilan konseptual, dan praktis). Kondisi ini umumnya ditemukan sebelum usia 18 tahun atau dalam masa perkembangan.[1,2]
Beberapa faktor diperkirakan terlibat dalam perkembangan retardasi mental, seperti faktor genetik, lingkungan, dan sosial. Sejumlah sindrom genetik juga berhubungan dengan retardasi mental, misalnya sindrom fragile X, Down syndrome, dan sindrom Prader-Willi.[1-4]
Penegakan diagnosis retardasi mental saat ini tidak hanya berdasarkan pemeriksaan intelligence quotient (IQ), tetapi juga berdasarkan fungsi sosial adaptif (misalnya komunikasi, kemampuan kerja, kemampuan akademik, kemampuan membina hubungan, dan merawat diri) serta riwayat klinis.[1,3] Derajat beratnya retardasi mental berhubungan dengan kemampuan untuk hidup secara mandiri.
Manajemen retardasi mental umumnya menggunakan psikoterapi untuk mengajarkan keterampilan-keterampilan adaptif. Psikoterapi yang sering digunakan adalah cognitive behavioral therapy (CBT). Farmakoterapi diberikan sesuai dengan gejala yang ditunjukkan, misalnya fluoxetine untuk gejala depresi dan risperidone untuk gejala gejala agresi dan self harm. Prognosis gangguan ini sederajat dengan tingkat gangguan yang ditunjukkan.[4]