Epidemiologi Atresia Ani
Atresia ani merupakan kelainan kongenital yang sering dijumpai pada bayi baru lahir di bidang bedah anak. Prevalensinya diperkirakan sekitar 1 dari 2.000-5.000 kelahiran hidup. Sumber lain menyebutkan prevalensi atresia ani 3-5 kasus dari 10.000 kelahiran.
Global
Kejadian atresia ani atau malformasi anorektal diperkirakan 1 dari 2.000-5.000 kelahiran hidup. Rasio laki-laki dibanding perempuan sekitar 1,7. Sekitar 60% malformasi anorektal merupakan bagian dari sindrom genetik / kelainan kongenital kompleks / aberasi kromosom, sedangkan 40% nya merupakan malformasi kongenital yang berdiri sendiri.[2-5,8]
Indonesia
Hasil surveilans Kemenkes, pada periode September 2014 – Maret 2018 terdapat 1.085 bayi dengan kelainan bawaan. Jenis kelainan bawaan terbanyak adalah talipes dan orofacial cleft defect. Sedangkan kasus atresia ani dilaporkan 9,7% kasus, yaitu urutan kelima dari kelainan bawaan tersering.[9]
Mortalitas
Atresia ani yang berdiri sendiri jarang menyebabkan kematian, bila tidak terlambat diketahui dan segera ditangani. Namun, atresia ani yang disertai kelainan kongenital lain atau sindrom tertentu dapat berakibat fatal. Perforasi intestinal atau komplikasi sepsis setelah operasi bisa menyebabkan kematian.[3,10,11]
Penelitian di Finlandia menunjukkan bahwa kematian penderita atresia ani letak rendah lebih rendah tiga kali dibandingkan pada penderita atresia ani letak tinggi dengan kelainan kardiovaskuler.[11]